visitaaponce.com

Ini Tips Mengatasi Stres karena Perubahan

Ini Tips Mengatasi Stres karena Perubahan
Ilustrasi(Freepik)

PERUBAHAN,  khususnya di dunia pekerjaan, baik itu perubahan kepemimpinan maupun kebijakan perusahaan, dapat dianggap sebagai hal yang biasa terjadi. Kendati begitu, tidak semua orang bisa menghadapinya lalu merasa stres.

Menurut ahli saraf Dean Burnett, secara alamiah, otak tidak menyukai ketidakpastian akibat perubahan dan segala sesuatu yang tidak pasti berpotensi menjadi ancaman. 

Sementara itu, penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications itu menunjukkan orang sebenarnya mengalami
lebih banyak stres akibat ketidakpastian ini dibandingkan dengan perubahan itu sendiri

Baca juga : Studi HCC: Orang Indonesia dengan Emotional Eater 2,5 Kali Berisiko Stres

Lalu bagaimana cara menavigasi perubahan?

Menurut psikolog klinis Analisa Widyaningrum, melalui keterangan tertulis, dikutip Senin (19/2), perubahan dapat dinavigasi dengan cerdas secara emosi. 

Kemampuan untuk mengolah emosi inilah yang dapat membantu seseorang melewati segala tantangan yang dihadapi dalam pekerjaan.

Baca juga : Sikap Bersyukur Terbukti Membantu Meredakan Stres

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan manusia mengenali dan memahami emosinya lalu menggunakannya untuk mengelola diri sendiri dan hubungannya dengan orang lain.

"Mengolah hati dan perasaan memang bukan perkara mudah. Banyak hal yang tidak bisa dikendalikan yang dapat membuat seseorang tidak nyaman terhadap perubahan, namun bukan berarti membuat seseorang tersebut tidak kompeten. Penting bagi kita untuk memahami level kecerdasan emosi supaya kita bisa mengontrol perasaan dengan lebih baik," kata Analisa.

Menurut Analisa, kecerdasan emosi sangat penting dalam dunia kerja karena dapat meningkatkan kolaborasi. 

Baca juga : Studi: Stres Pada Tingkat Tertentu Baik untuk Otak

Selain itu, dengan memiliki kecerdasan ini, karyawan juga mampu mengelola stres, tangguh menghadapi tantangan dan mengatasi ketidakpastian secara efisien sehingga kinerja menjadi lebih produktif, pencapaian target meningkat, dan bisa berkontribusi positif terhadap budaya perusahaan.

"Level kecerdasan emosi seseorang dapat terasa saat bekerja bersama orang tersebut. Bekerja dengan orang yang level kecerdasan emosinya tinggi, kita akan merasa lebih nyaman, tenang dan percaya diri. Hal ini karena orang tersebut memiliki kompetensi personal dan sosial yang baik," tutur Analisa.

Kompetensi personal yaitu mampu memahami emosi yang dimiliki atau self-awareness dan mampu mengendalikannya dalam situasi sulit serta tetap profesional saat bekerja atau self-management.

Baca juga : Atasi Stres dengan Meningkatkan Kualitas Tidur

Orang yang memiliki pemahaman emosi yang baik, dapat mengelola perasaannya untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan dan kekhawatiran. Dia bisa menerima perubahan dengan cepat dan memikirkan langkah ke depan.

Lalu, ia juga memiliki kompetensi sosial yaitu mampu memahami perasaan orang lain dan memiliki keterampilan mengelola hubungan dan membangun dinamika tim yang efektif.

"Sebaliknya, jika kita bekerja dengan orang yang level kecerdasan emosinya rendah, kita juga akan ikut terbawa merasakan sesuatu yang tidak nyaman, malas, bahkan cemas karena orang tersebut memancarkan aura serta emosi yang negatif," kata Analisa.

Baca juga : Bersikaplah Optimis jika ingin Berumur Panjang

Analisa mengatakan saat emotional brain seseorang merasakan sesuatu yang cukup dalam, rational brain-lah yang membalikkan keadaan dan membawanya kembali ke dunia nyata sehingga meskipun dia sedang merasa sedih, tidak nyaman, kecewa, dia tetap bangkit dan melanjutkan hidup.

Pada saat mengalami perubahan, seseorang boleh merasa tidak nyaman, panik, sedih, kecewa, tetapi tidak perlu berlarut-larut. 

Menurut Analisa, semua orang yang mengalami perubahan dan mengalami hal yang tidak menyenangkan pasti akan mengalami syok, namun jika mereka memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, maka bisa mengendalikan emosi tersebut dengan bijak.

Baca juga : Kotoran Telinga Ungkap Tingkat Stres

Kiat meregulasi perasaan

Analisa, yang akrab disapa Ana, mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah sesuatu yang bisa dilatih dan distimulus dengan regulasi diri. 

Dia pun memberikan kiat untuk meregulasi perasaan sehari-hari agar orang-orang dapat menerima dan merangkul perubahan dengan baik:

Pertama, saat menghadapi sesuatu, amati dulu apa yang terjadi.

Baca juga : Kucing dan Anjing Bisa Kurangi Stres

Kedua, kenali emosi yang hadir, apakah marah, sedih, atau kecewa. Asah diri untuk melakukan rutinitas sederhana supaya kita bisa terkoneksi dengan emosi tersebut, misalnya tulis segala perasaan di notes atau cerita ke orang yang tepat. 

Hal ini dapat membuat seseorang sadar emosi apa yang sedang hadir dalam dirinya.

Ketiga, terima dan kelola emosi tersebut dengan menerapkan mindfulness atau kesadaran penuh dan melakukan respons delay. Sebelum meluapkannya, hitung mundur 10 detik untuk memikirkan dengan matang apakah respons yang akan diberikan itu benar. Perlukah marah-marah? Menangis dan lainnya.

Baca juga : Anak Korban Perundungan Alami Peningkatan Risiko Masalah Kesehatan Mental 

Keempat, cobalah untuk membuka pandangan lebih jauh lagi dan lakukan reframe. Pahami bahwa ini adalah tantangan yang harus dihadapi.

Semua orang bisa mengalami hal yang sama. Seseorang bisa memosisikan diri sebagai orang lain yang juga ikut merasakan perubahan. Inilah yang dapat membangun bonding dalam pekerjaan.

Kelima, ambil napas, ingat kembali tujuan jangka panjang sehingga apapun yang dihadapi, nantinya bisa mengatasinya dengan baik.

Baca juga : CarbonShare Academy Cetak Tenaga Kerja Bidang Berkelanjutan

"Navigasi perubahan itu bukan tentang menekan emosi yang dirasakan dalam perubahan, tapi bagaimana kita bisa menggunakan emosi yang tepat di situasi yang tepat," pungkas Analisa. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat