Skrining Awal pada PPDS Diharapkan Bisa Antisipasi Gejala Stres
![Skrining Awal pada PPDS Diharapkan Bisa Antisipasi Gejala Stres](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/04/6dae7b6f8a2a177e3b54306254f1b269.jpg)
SKRINING awal pada peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) Indonesia mengalami gejala depresi sebagai langkah awal pencegahan yang diharapkan mampu dilakukan tindakan awal.
"Justru dengan ada skrining awal ini menjadi deteksi dini dan kita bisa melakukan pencegahan sejak awal supaya tidak semakin meningkat dan mengevaluasi faktor apa saja yang menjadi penyebab tingginya depresi pada PPDS," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi, Selasa (16/4).
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa 22,4% peserta PPDS Indonesia mengalami gejala depresi. Kemudian depresi pada PPDS di luar negeri angkanya lebih tinggi, rata-rata 28,8%, dengan kisaran antara 20,9% sampai 43,2% berdasar berbagai penelitian PPDS di berbagai tempat di luar negeri.
Baca juga : Kemenkes Terima 91 Laporan Perundungan di Kalangan Dokter
"Ini baru skrining awal ya belum diagnosis pasti depresi jadi kalau akan membandingkan harus dilihat dulu lagi metodologinya supaya benar-benar berbanding dan analisanya tepat," ujar dia.
Dihubungi terpisah Wakil Ketua Umum II Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Mahesa Paranadipa Maikel minta Kemenkes dapat mencari penyebab tingkat depresi PPDS di Indonesia yang tinggi.
"Data penelitian Kemenkes perlu dibuka lebih detail mulai dari metode penelitiannya hingga termasuk menelusuri apa penyebab depresi pada PPDS tersebut," ungkapnya.
Baca juga : RUU Kesehatan Mudahkan Dokter Ambil Pendidikan Spesialis, Benarkah Demikian?
Untuk pendidikan spesialis yang banyak berperan Kemendikbud-Ristek, Kemenkes, rumah sakit (RS) pendidikan termasuk asosiasi RS pendidikan, termasuk kolegium terkait. "Karena penelitian dilakukan di RS vertikal Kemenkes jadi perlu dievaluasi lebih lanjut," sambung Mahesa.
Ia juga menjelaskan tingkat depresi pada PPDS juga terjadi di banyak negara.
"Secara global memang angka depresi di kedokteran ada. Tidak hanya di Indonesia dari data Kemenkes, tertinggi tingkat depresi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebesar 22%. Artinya di Indonesia masih lebih rendah di bandingkan luar negeri," pungkasnya. (H-2)
Terkini Lainnya
Korea Selatan Perintahkan Dokter yang Mogok kembali Bekerja
Masuk UGM Lewat SNBT, Persaingan Terketat Ternyata bukan di Prodi Kedokteran
Kabupaten Indramayu Jalankan Program Dokter Masuk Desa
Wakil Indonesia Jadi Pembicara Tamu Kehormatan dalam Profound Health Summit 2024 di Inggris
Tingkatkan Pendidikan Kedokteran, Holding RS BUMN Bersinergi dengan IJN Malaysia
DPR Minta Mobilisasi Dokter Asing Diatur Ketat
Ini Dampak Judi Online terhadap Kesehatan Mental
Komunikasi Bisa Cegah Lansia Alami Depresi
Diduga Depresi, Bule Asal Amerika Sayat Lehernya dengan Pisau
5 Fakta Terkait Pembunuhan Balita oleh Ayah Kandung di Serang
Ini Bahaya Terlalu Sering Mendengarkan Lagu Galau Bagi Kesehatan Mental
Hati-Hati, Narsisistik Bisa Berkomplikasi Depresi
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap