visitaaponce.com

Skrining Awal pada PPDS Diharapkan Bisa Antisipasi Gejala Stres

Skrining Awal pada PPDS Diharapkan Bisa Antisipasi Gejala Stres
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi(DOK UI.AC.ID)

SKRINING awal pada peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) Indonesia mengalami gejala depresi sebagai langkah awal pencegahan yang diharapkan mampu dilakukan tindakan awal.

"Justru dengan ada skrining awal ini menjadi deteksi dini dan kita bisa melakukan pencegahan sejak awal supaya tidak semakin meningkat dan mengevaluasi faktor apa saja yang menjadi penyebab tingginya depresi pada PPDS," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi, Selasa (16/4).

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa 22,4% peserta PPDS Indonesia mengalami gejala depresi. Kemudian depresi pada PPDS di luar negeri angkanya lebih tinggi, rata-rata 28,8%, dengan kisaran antara 20,9% sampai 43,2% berdasar berbagai penelitian PPDS di berbagai tempat di luar negeri.

Baca juga : Kemenkes Terima 91 Laporan Perundungan di Kalangan Dokter

"Ini baru skrining awal ya belum diagnosis pasti depresi jadi kalau akan membandingkan harus dilihat dulu lagi metodologinya supaya benar-benar berbanding dan analisanya tepat," ujar dia.

Dihubungi terpisah Wakil Ketua Umum II Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Mahesa Paranadipa Maikel minta Kemenkes dapat mencari penyebab tingkat depresi PPDS di Indonesia yang tinggi.

"Data penelitian Kemenkes perlu dibuka lebih detail mulai dari metode penelitiannya hingga termasuk menelusuri apa penyebab depresi pada PPDS tersebut," ungkapnya.

Baca juga : RUU Kesehatan Mudahkan Dokter Ambil Pendidikan Spesialis, Benarkah Demikian?

Untuk pendidikan spesialis yang banyak berperan Kemendikbud-Ristek, Kemenkes, rumah sakit (RS) pendidikan termasuk asosiasi RS pendidikan, termasuk kolegium terkait. "Karena penelitian dilakukan di RS vertikal Kemenkes jadi perlu dievaluasi lebih lanjut," sambung Mahesa.

Ia juga menjelaskan tingkat depresi pada PPDS juga terjadi di banyak negara.

"Secara global memang angka depresi di kedokteran ada. Tidak hanya di Indonesia dari data Kemenkes, tertinggi tingkat depresi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebesar 22%. Artinya di Indonesia masih lebih rendah di bandingkan luar negeri," pungkasnya. (H-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat