visitaaponce.com

Sosialisasi Pengembangan Bedah Robotik Jarak Jauh Masih tidak Optimal

Sosialisasi Pengembangan Bedah Robotik Jarak Jauh Masih tidak Optimal
Ilustrasi: petugas kesehatan memeriksa peralatan di ruang operasi(ANTARA FOTO/Sakti Karuru)

PENGEMBANGAN operasi bedah dengan robot di Indonesia menghadapi tantangan yang sampai saat ini masih terjadi, terutama perihal sosialisasi dan perspektif pada masyarakat.

Ketua Perkumpulan Robotik Medik Indonesia (Robomedisia), Ivan Rizal Sini, menjelaskan dari awal pembedahan robotik ada tantangan yaitu akses yang didapatkan masyarakat hingga persepsi umum, masyarakat, hingga asuransi. Padahal pembedahan robotik jarak jauh atau robotic telesurgery membawa pelayanan kesehatan Indonesia lebih maju lagi seperti yang dikembangkan di negara-negara maju.

Selain itu, robotic telesurgery juga bisa membantu operasi jarak jauh antar kota hingga pulau. Sehingga memudahkan pasien di daerah agar tidak perlu repot-repot melakukan perjalanan jauh.

Baca juga : Program Corporate Social Responsibility Alfaland Group dalam Perayaan Anniversary Ke-25

"Saat ini banyak pasien kita punya persepsi ingin berobat ke luar negeri mereka sudah tahu ada nilai tambah yang ditawarkan bagaimana operasi lebih affordable. Karena human error dari robotic telesurgery lebih sedikit dibandingkan dengan operasi biasa," kata Ivan kepada Media Indonesia, Sabtu (18/5).

Ia mencontohkan rata-rata operasi angkat rahim butuh waktu lama, kemudian waktu pemulihannya 3-5 hari di rumah sakit dan istirahat di rumah bisa berminggu-minggu. Namun dengan robotic telesurgery dalam 1 pekan sudah pulih dan kembali aktif beraktifitas.

"Itu sudah berlaku pada orang-orang yang baik dan angka keamanan komplikasi karena robotik untuk deteksi sudah baik sekali. Adapun cost 20-50% lebih tinggi namun bila dibandingkan di Singapura bisa 2 kali lipat lebih mahal di sana," ujar dia.

Baca juga : Bank Mega dan IHH Healthcare Malaysia Kerja Sama Akses Layanan Kesehatan

Wakil Ketua Umum Robomedisia, Reno Rudiman, menjelaskan robotic telesurgery bisa menjawab kesenjangan dokter spesialis yang masih kurang. Seperti halnya dokter spesialis obgyn yang hanya 4-5 ribu dokter. Pemerintah melihat agar masyarakat mendapat nilai kesehatan terjangkau, jadi keuntungannya dokter bedah tidak perlu datang jauh ke daerah karena bisa dilakukan telesurgery.

"Keunggulan robotik secara lokal alat tersebut akurasinya pembedahan seperti biasa. Dengan robot ini akurasi lebih tinggi lagi dan minimal risiko," ungkap Reno.

Salah satu program Robomedisia yaitu permudah training bagi para dokter agar bisa dimungkinkan. banyak dokter dari Robomedisia melakukan training di luar negeri. Semoga hal itu juga diikuti dokter-dokter lainnya maka semakin banyak dokter dan ahli di bidang robotik agar pelatihan ada di Indonesia.

"Agar banyak dokter spesialis bedah dengan robotik banyak di Indonesia," ucapnya. (Iam/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat