visitaaponce.com

Tudingan Iran Buat Bom Atom, Khamenei Tidak Masuk Akal

Tudingan Iran Buat Bom Atom, Khamenei: Tidak Masuk Akal
Ayatollha Ali Khamenei melambaikan tangan selama konferensi video di Teheran pada 17 Februari 2022.(AFP/Khamenei.Ir.)

PEMIMPIN tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menepis tudingan negaranya ingin memperoleh senjata atom sebagai hal yang tidak masuk akal. Ini disampaikan dalam sambutannya pada Kamis (17/2) di tengah tanda-tanda terobosan dalam pembicaraan nuklir.

Republik Islam itu terkunci dalam negosiasi dengan kekuatan dunia untuk menghidupkan kembali kesepakatan 2015 yang menawarkan keringanan sanksi sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya. Kesepakatan yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan atau JCPOA dirancang untuk mencegah Iran memperoleh persenjataan nuklir--tujuan yang selalu ditolaknya.

Kepala perunding Teheran Ali Bagheri menulis tweet, "Kita lebih dekat dari sebelumnya untuk mencapai kesepakatan," Rabu malam. Ini ditegaskan beberapa jam setelah Prancis memperingatkan bahwa Iran hanya memiliki beberapa hari tersisa untuk menerima kesepakatan.

Dalam komentar yang disiarkan oleh televisi pemerintah pada Kamis, Khamenei mengatakan Iran harus memikirkan hari esok dan, "Cepat atau lambat kita akan sangat membutuhkan energi nuklir damai. Anda dapat melihat aliansi musuh menekan dengan kejam masalah nuklir kita," kata pemimpin tertinggi itu.

"Mereka telah menjatuhkan sanksi pada energi nuklir kami, ketika mereka tahu betul bahwa itu damai. Mereka mengeklaim Iran akan memproduksi bom dalam beberapa waktu, kata-kata absurd yang tidak masuk akal, dan mereka sendiri mengetahuinya dengan baik," kata Khamenei.

"Mereka tahu kami tidak mencari senjata nuklir, tetapi untuk penggunaan energi nuklir secara damai. Mereka mendorong untuk mencegah bangsa Iran mencapai kemajuan yang signifikan ini."

Baca juga: Israel Serang Kota di Selatan Damaskus Suriah

Iran selalu membantah mencari senjata atom meskipun mengingkari beberapa komitmen nuklirnya setelah Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian itu pada 2018 di bawah presiden saat itu Donald Trump. (AFP/OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat