visitaaponce.com

Unjuk Rasa untuk Gulingkan PM Mahinda Rajapaksa Diwarnai Kekerasan

Unjuk Rasa untuk Gulingkan PM Mahinda Rajapaksa Diwarnai Kekerasan 
Kelompok pendukung PM Mahinda Rajapaksa dan demonstran anti-PM Mahinda Rajapaksa bentrok di Kota Kolombo, Sri Lanka, Senin (9/5).( Ishara S. KODIKARA / AFP)

AKSI massa menuntut Perdana Menteri (PM) Sri Lanka Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri. Gelombang demonstrasi terbaru diwarnai kekerasan menewaskan lima orang termasuk seorang anggota parlemen dari partai yang berkuasa.

Sejumlah fasilitas umum dan milik pendukung Rajapaksa turut menjadi target penghancuran para demonstran.

Pasukan bersenjata lengkap menahan ribuan massa yang mengepung kediaman Rajapaksa.

Legislator dari partai yang berkuasa Amarakeerthi Athukorala menembak dua orang yang menewaskan seorang pria berusia 27 tahun setelah dikepung oleh massa di Nittambuwa, sekitar 40 km (25 mil) dari Kolombo.

Baca juga: Raih Suara Terbanyak. Ferdinand Marcos Jr Tetap Tunggu Selesai Perhitungan

Usai kejadian itu, rekaman CCTV menunjukkan dia bersama petugas keamanannya melarikan diri ke gedung terdekat. Mereka kemudian ditemukan tewas.

Selama gelombang demonstrasi ini, ratusan orang terluka dan puluhan lainnya tewas. Pada Senin (8/5),  sebanyak150 orang terluka dalam bentrokan antara pendukung dan anti-Rajapaksa.

Rumah milik Saman Lal Fernando, yang menjabat Wali Kota Moratuwa, dibakar massa demonstran beberapa jam setelah dia membawa delapan bus penuh pekerja kota untuk menyatakan solidaritas mendukung PM Rajapaksa.

Tak hanya itu, rumah milik Menteri Johnston Fernando, Kanchana Wijesekara, dan Prasanna Ranatunga serta anggota parlemen Sanath Nishantha, Ramesh Pathirana dan Nimal Lanzawere juga dibakar pengunjuk rasa yang marah.

Sebuah hotel wisata milik rekan dekat anak-anak Mahinda Rajapaksa juga dibakar, bersama dengan mobil Lamborghini yang diparkir di dalamnya. Tidak ada korban di antara tamu asing, kata polisi.

Terdapat pula sekelompok massa menyerang museum Rajapaksa yang kontroversial di desa leluhur keluarganya. Dua patung lilin orang tua Rajapaksa diratakan.

Sementara itu, Sekretaris Kementerian Pertahanan, purnawirawan Mayjen Kamal Gunaratne mengimbau masyarakat tetap tenang.

Sejumlah tokoh agama juga bertemu dengan Presiden Gotabaya Rajapaksa pada Senin malam, mendesaknya untuk segera mengambil langkah untuk menstabilkan negara.

PM Rajapaksa Tolak Mundur

Terdapat pula loyalis Rajapaksa menyerang pengunjuk rasa tak bersenjata yang berkemah di luar kantor presiden di kawasan pejalan kaki Galle Face di pusat kota Kolombo.

Rajapaksa telah berbicara kepada sekitar 3.000 pendukung di rumahnya dan berjanji dia akan melindungi kepentingan bangsa.

Para pendukung Rajapaksa menurunkan tenda-tenda kelompok anti-Rajapaksa dan membakar spanduk dan plakat anti-pemerintah.

Mereka kemudian berbaris ke kawasan pejalan kaki terdekat dan mulai menghancurkan tenda-tenda lain yang didirikan oleh demonstran.

Polisi menembakkan gas air mata dan meriam air dibarengi dengan penetapan jam malam di Kolombo yang kemudian diperluas untuk mencakup seluruh negara kepulauan Asia Selatan yang berpenduduk 22 juta orang.

Para pejabat mengatakan pasukan antihuru hara militer diperbantukan untuk memperkuat polisi.

Tentara telah dikerahkan selama gelombang demonstrasi ini untuk melindungi pengiriman bahan bakar dan kebutuhan penting lainnya namun gagal mencegah bentrokan.

“Sangat mengutuk tindakan kekerasan yang terjadi oleh mereka yang menghasut dan berpartisipasi, terlepas dari kesetiaan politik. Kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah saat ini," cuit Rajapaksa.

Dilaporkan ribuan pendukung pemerintah dibawa dengan bus dari seluruh negeri untuk berkumpul di kediaman Rajapaksa.

“Mahinda Rajapaksa berbicara kepada kelompok itu, mengatakan dia akan melakukan yang terbaik untuk kepentingan umum.  Tapi kelompok ini adalah kelompok yang sangat agresif, mereka memanjakan untuk berkelahi,” kata reporter Aljazeera.

"Kekerasan yang dilepaskan oleh pendukung Rajapaksa benar-benar memicu kekerasan lebih besar.” jelasnya.

Serangan terhadap pengunjuk rasa anti-Rajapaksa terjadi sehari setelah Rajapaksa dicemooh selama acara publik pertamanya sejak protes nasional meletus.

Pada Minggu (8/5), Rajapaksa mengunjungi salah satu kuil Buddha tersuci yang menampung pohon yang dikatakan berusia 2.300 tahun di Anuradhapura.

Ratusan orang menghadangnya dengan membawa plakat tulisan tangan dan meneriakkan slogan-slogan yang menolak kehadiran Rajapaksa yang disebut 'pencuri'.

Juru Bicara Pemerintah, Nalaka Godahewa, mengatakan pada Senin (9/5) bahwa semua anggota kabinet telah mengundurkan diri.

“Sekarang presiden akan mengundang partai politik lain untuk membentuk pemerintahan persatuan,” katanya.

Negara kepulauan di Samudra Hindia itu berada di ambang kebangkrutan dan telah menangguhkan pembayaran pinjaman luar negerinya. Sebab gagal membayar utang luar negerinya sebesar USD51 miliar bulan lalu.

Kekurangan mata uang keras juga telah menghambat impor bahan mentah untuk manufaktur dan memperburuk inflasi, yang melonjak menjadi 18,7% di bulan Maret.

Ketika harga minyak melonjak selama invasi Rusia ke Ukraina, stok bahan bakar Sri Lanka hampir habis. Pihak berwenang telah mengumumkan pemadaman listrik besar-besaran di seluruh negeri.

Para pengunjuk rasa memadati jalan-jalan sejak Maret dan menyatakan bahwa Rajapaksa dan keluarganya yang telah mendominasi hampir setiap aspek kehidupan di Sri Lanka selama hampir 20 tahun terakhir bertanggung jawab atas krisis tersebut.

Pada Jumat (6/5), Rajapaksa mengumumkan keadaan darurat, menarik perhatian dari para diplomat dan kelompok hak asasi. (Aljazeera/Cah/OL-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat