Lawan Rusia, Ukraina Minta Negara Barat Pasok Senjata Lebih Banyak
![Lawan Rusia, Ukraina Minta Negara Barat Pasok Senjata Lebih Banyak](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/06/fb42e29d135d8f499dd8340f37fda4d4.jpg)
PRESIDEN Ukraina Volodymyr Zelensky membuat permohonan yang berapi-api kepada sekutu Barat untuk mempercepat pengiriman senjata.
Apalagi, wilayah Severodonetsk dan Lysychansk telah menjadi sasaran selama berminggu-minggu. Itu merupakan daerah terakhir di wilayah Donbas timur Lugansk, yang masih di bawah kendali Ukraina.
Zelensky mengungkapkan korban jiwa dari pertempuran di kawasan itu benar-benar menakutkan. Pihaknya optimistis dapat merebut kembali wilayah, dengan menyerukan sekutu negara untuk mengirim pasokan senjata lebih banyak.
Baca juga: Zelensky Klaim Ukraina Kehilangan Hingga 100 Tentara Per Hari
"Kami hanya membutuhkan senjata yang cukup untuk memastikan semua ini. Mitra kami memilikinya," pungkasnya.
Penasihat Presiden Ukraina, Mikhaylo Podolyak, mendaftarkan barang-barang yang dibutuhkan tentara Ukraina. Termasuk, ratusan howitzer, tank dan kendaraan lapis baja.
"Untuk mengakhiri perang kita membutuhkan senjata berat," bunyi cuitannya di akun Twitter.
Gubernur regional Sergiy Gaiday menyebut pasukan Ukraina telah didorong mundur dari pusat Severodonetsk, setelah serangan Rusia selama berminggu-minggu.
"Mereka menghancurkan semua jembatan. Masuk ke kota sudah tidak mungkin lagi. Evakuasi juga tidak mungkin," jelas Gaiday.
Baca juga: Harga Minyak Menguat akibat Sanksi terhadap Rusia
Pasukan Rusia dikatakannya menguasai 70-80% wilayah kota, namun belum merebut atau mengepungnya. Menteri Pertahanan Ukraina mengungkapkan bahwa 100 tentara tewas setiap hari dan 500 lainnya luka-luka.
Dengan pengetatan di wilayah Lugansk, pasukan Ukraina memiliki dua pilihan: "menyerah atau mati," cetus Eduard Basurin, seorang perwakilan separatis pro-Rusia.
Penaklukan Severodonetsk akan membuka jalan ke Sloviansk dan kota besar lainnya, seperti Kramatorsk. Itu dalam upaya Moskow untuk menaklukkan Donbas, wilayah yang sebagian besar dikuasai separatis pro-Rusia sejak 2014.(AFP/OL-11)
Terkini Lainnya
Hingga Juli, Ada 20 Kasus Konflik Buaya vs Manusia di Babel
Sebarkan Kabar Baik Kurangi Potensi Konflik Antarumat Beragama
Pejabat Senior Departemen Luar Negeri AS Mundur di Tengah Konflik Gaza
Israel Menolak Inisiatif Prancis Meredakan Konflik dengan Hizbullah
Laporan PBB Ungkap Pelanggaran Berat terhadap Anak Meningkat pada 2023
Putin Ingin Akhiri Konflik Ukraina Secara Menyeluruh, Bukan Gencatan Senjata
Perpusnas Jalin Kerja Sama dengan Dua Perpustakaan Nasional Rusia
Arti Kemenangan Prabowo Subianto dan Vladimir Putin
Korea Utara Gelar Pertemuan Plenari Partai Pekerja Korea Bahas Kerja Sama dengan Rusia
Serangan Rusia di Ukraina Menewaskan 12 Orang, Termasuk 4 Anak-Anak
Sempat Anjlok Akibat Politik di Rusia dan Timur Tengah, Ekspor Rumput Laut Menggeliat Lagi
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Manajemen Sekolah Penghalau Ekstremisme Kekerasan
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap