visitaaponce.com

Rusia Batasi Suplai Gas ke Negara Pendukung Ukraina, Eropa Terancam Resesi

Rusia Batasi Suplai Gas ke Negara Pendukung Ukraina, Eropa Terancam Resesi
Raksasa energi Rusia Gazprom, mengurang aliran gas ke Jerman melalui pipa Nord Stream 1 akan turun menjadi 33 juta meter kubik, mulai Rabu ((dok.AFP)

RUSIA akan memotong pasokan gas ke Eropa sebagai sanksi telah mendukung Ukraina. Sejumlah negara di kawasan itu pun diambang resesi, seperti Jerman.

Keputusan itu menyusul perintah Presiden Rusia, Vladimir Putin yang memperingatkan Barat awal bulan ini bahwa sanksi yang diberikan akan memicu kenaikan harga energi global. Raksasa energi Rusia Gazprom, mengutip instruksi dari pengawas industri, pada hari Senin mengatakan aliran gas ke Jerman melalui pipa Nord Stream 1 akan turun menjadi 33 juta meter kubik per hari mulai Rabu (27/7).

Itu adalah setengah dari arus yang mengalir, yang sudah hanya 40 persen dari kapasitas normal. Sebelum perang, Eropa mengimpor sekitar 40% gasnya dan 30% minyaknya dari Rusia.

Kremlin mengatakan gangguan gas ke Eropa akibat dari pemeliharaan dan sanksi negara-negara Barat. Namun Eropa menuduh Rusia sengaja mengurangi pasokan gas sebagai pemerasan energi.

Pemerintahan Jerman menilai alasan Rusia tidak masuk akal. Hal itu senada dengan pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang memperingatkan bahwa Kremlin sedang melancarkan perang gas terbuka melawan Eropa.

Politisi di Eropa telah berulang kali mengatakan Rusia merencanakan untuk memotong pasokan gas sebelum musim dingin ini. Dampaknya akan mendorong negara-negara di Eropa khususnya Jerman terjerembab ke dalam jurang resesi yang sudah dilanda inflasi tinggi.

Namun Moskow mengatakan tidak akan menghentikan pasokan gas secara total. Rusia dan Ukraina juga menyumbang hampir sepertiga dari ekspor gandum global.

Pejabat dari Rusia, Turki, Ukraina dan PBB menyepakati perjanjian membuka jalur ekspor gandum dari Laut Hitam ke Selat Bosphorus Turki untuk dilanjutkan ke pasar global.

Moskow menepis kekhawatiran kesepakatan itu dapat digagalkan oleh serangan Rusia seperti yang terjadi di Odesa. Rusia mengatakan aksi itu hanya menargetkan infrastruktur militer.

Gedung Putih mengatakan serangan itu membuat dunia meragukan kredibilitas Rusia. Pihaknya pun akan mengawasi dengan cermat untuk melihat apakah komitmen akan dipenuhi. "Kami juga akan terus secara aktif menjajaki opsi lain dengan komunitas internasional untuk meningkatkan ekspor Ukraina melalui jalur darat," kata pejabat Amerika Serikat.

Armada Laut Hitam Rusia telah memblokir ekspor gandum dari Ukraina sejak invasi Moskow pada 24 Februari. Moskow menyalahkan sanksi Barat karena memperlambat ekspor makanan dan pupuknya dan Ukraina karena menambang pendekatan ke pelabuhannya.

Berdasarkan kesepakatan tersebut, pesawat khusus akan memandu kapal pembawa gandum di sepanjang jalur ekspor. Seorang pejabat Ukraina berharap pengiriman biji-bijian pertama dapat dilakukan dari Chornomorsk minggu ini.

Zelensky bersikeras bahwa perdagangan akan dilanjutkan: "Kami akan mulai mengekspor, dan membiarkan para mitra menjaga keamanan," katanya.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, dalam tur ke negara-negara Afrika, mengatakan tidak ada hambatan untuk ekspor gandum dan tidak ada dalam kesepakatan yang mencegah Moskow menyerang infrastruktur militer.

Kremlin juga mengatakan PBB harus memastikan pembatasan pupuk Rusia dan ekspor lainnya dicabut agar kesepakatan biji-bijian berhasil. (The Straits Times/OL-13)

Baca Juga: Serangan Rusia di Odesa Untuk Tekan Militer Ukraina

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat