visitaaponce.com

Agar Air Mengalir Sampai Jauh di Ujung Singapura

DI bagian timur kawasan Marina Bay, Singapura sebuah taman terbuka dengan rerumputan yang hijau terlihat cerah di tengah cuaca yang cukup panas. Di pinggir sekeliling taman, terdapat sungai kecil dengan air jernih. Di bagian tengah, terdapat gazebo yang bisa digunakan untuk duduk sembari menikmati pemandangan.

Di arah barat, nampak jelas gedung-gedung berjejeran di kawasan Marina Bay. Siapa sangka, jauh di bawah taman bernama Green Roof ini terdapat Keppel Marina East Desalination Plant (KMEDP), yang merupakan proyek desalinasi keempat di negara tersebut. KMEDP ini mendapat penghargaan dari Global Water Intelligence sebagai Desalination Plant of the Year pada tahun 2021.

Baca juga: Tersenyum Sapa Warga, Raja Charles III: Tuhan Selamatkan Raja

"Kawasan KMEDP adalah bagian dari Program Singapore Green Plan yang dijalankan Pemerintah Singapura," jelas Wang Weixiang, Director of Environmental Policy at the Ministry of Sustainability and the Environment Singapura, kepada rombongan jurnalis peserta Impact Media Fellowship yang digelar Singapore International Foundation beberapa waktu silam.

Singapore Green Plan menjadi upaya implementasi Paris Agreement dan untuk mencapai target pembangunan berkelanjutan pada 2030.
"Kami menargetkan meraih net zero emission pada pertengahan abad ini," imbuh Wang.

Tak beda dengan negara-negara lain di dunia, ancaman perubahan iklim juga membayangi Singapura, termasuk ancaman penurunan muka tanah, dan tantangan konservasi air. Pada saat yang bersamaan, terdapat populasi sebanyak 5,45 juta jiwa yang harus dipenuhi kebutuhan air hariannya. Tahun lalu, tercatat setiap orang membutuhkan 158 liter air per hari. Setidaknya, diperlukan 861 juta liter per hari yang harus tersedia.

"KMEDP adalan desalinasi mode ganda pertama di dunia. Sumber air KMEDP bisa berasal dari air laut ataupun Marina Reservoir, tergantung dari kondisi," jelas Head of Water Plants Keppel Infrastructure Holding Jason Wong yang memimpin para jurnalis untuk berkeliling di area KMEDP.

Selama musim penghujan sumber utama air berasal dari waduk/sungai. Ketika musim kemarau dan sumber air terbatas, maka proyek dapat menjadikan air laut sebagai sumber utama. Dengan langkah ini proses pengolah air membutuhkan energi yang lebih sedikit.

Jason menuturkan sistem disinfeksi utama dalam proyek desalinasi ini menggunakan sinar ultarviolet. "Sistem ini mampu mengubah 99,9 persen virus dalam air menjadi tidak berbahaya dalam sepersekian detik," ujarnya. 

Menurutnya, sistem desalinasi juga mampu mengeliminasi bahan beracun yang mungkin terkandung dalam sumber air yang dipompa. "Proses desalinasi dengan teknologi terbaru ini memang sangat mahal, tapi kami (Singapura) tidak punya pilihan. Bagaimanapun, air adalah kebutuhan dasar," ujarnya. 

Proyek ini memproduksi 30 juta galon air tiap hari, hal yang sangat vital dan mendukung resilensi atas kebutuhan air masyarakat. KMEDP beroperasi secara komersial pada 29 Juni 2020 dengan konsesi selama 25 tahun hingga 2045. 

Jason menambahkan, selama proses desalinasi, pihaknya menambahkan sejumlah mineral untuk menjamin keamanan air tersebut selama dialirkan melalui pipa hingga sampai ke kediaman masyarakat atau tempat publik untuk dikonsumi. Seperti yang diketahui secara luas, air dari pipa atau tap water di Singapura aman untuk langsung diminum.

"Juga agar bisa mengalir hingga ke hotel-hotel yang Anda tempati," pungkasnya. (H-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat