visitaaponce.com

Penderitaan Muslim Uighur tak Kunjung Berakhir

Penderitaan Muslim Uighur tak Kunjung Berakhir
Sejumlah massa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Islam melakukan aksi di depan Kantor Perwakilan PBB, Jakarta, Rabu (5/4).(MI/Susanto)

PENDERITAAN muslim Uighur tidak kunjung berakhir. Setelah terusir dari tanah kelahiran di Xinjiang, Tiongkok, mereka terpenjara di tempat pengasingan seperti yang dialami beberapa orang etnis tersebut di Thailand.

Seorang pria etnis Uighur Mattohti Mattursun yang ditahan oleh Thailand pada 2014 setelah melarikan diri dari Tiongkok meninggal dalam tahanan imigrasi. Dia menjadi pengungsi Uighur kedua yang meninggal dalam tahanan Thailand tahun ini.

Mattohti meninggal karena dugaan gagal hati di Pusat Penahanan Imigrasi Suan Phlu di Bangkok pada 21 April, menurut pernyataan 24 April dari Kongres Uighur Sedunia dan Proyek Hak Asasi Manusia Uighur (UHRP). Dia berumur 40 tahun.

Mattohti, yang juga dikenal sebagai Muhammad Tursun, adalah salah satu dari 350 warga Uighur, termasuk anak-anak, yang ditahan Thailand saat menuju Malaysia pada Maret 2014. Tahun berikutnya, 170 dari mereka dipindahkan ke Turki sementara lebih dari 100 dikirim kembali ke Tiongkok, yang menurut PBB mereka disiksa otoritas Negeri Tirai Bambu.

"Berapa banyak lagi kematian yang akan terjadi sebelum pihak berwenang Thailand bertindak dengan kemanusiaan untuk membebaskan orang-orang tak bersalah yang hanya mencari tempat berlindung yang aman," kata Direktur Eksekutif UHRP Omer Kanat dalam pernyataan tersebut.


Baca juga: Perusahaan Tiongkok Tinggalkan Myanmar Setelah Diprotes Warga


"Uighur di seluruh dunia dipenuhi dengan kesedihan karena para pengungsi ini telah dibiarkan dalam kesengsaraan selama sembilan tahun dan dunia tidak mengangkat satu jari pun untuk menyelamatkan mereka," tambahnya.

Presiden Kongres Uighur Dunia Dolkun Isa mengatakan ada kekhawatiran tentang kondisi penahanan di Thailand dapat menyebabkan kematian semua tahanan yang tersisa. Seperti banyak negara di Asia Tenggara, Thailand bukan merupakan pihak dalam Konvensi Pengungsi PBB 1951, membuat pencari suaka rentan ditangkap dan ditahan sebagai migran ilegal.

Kelompok Uighur mengatakan Mattohti dikirim ke rumah sakit pekan lalu setelah berminggu-minggu sakit perut parah dan muntah karena penyakit kuning. Dia meninggal tak lama setelah dirawat.

Thailand belum secara resmi mengonfirmasi kematiannya. Pada Februari, Aziz Abdullah yang berusia 49 tahun meninggal karena pneumonia setelah menghabiskan sembilan tahun di tahanan.

"Otoritas Thailand menempatkan orang dalam risiko dengan menahan mereka selama bertahun-tahun dalam kondisi yang mengerikan di pusat penahanan imigrasi. Kematian Mattohti Mattursun harus membunyikan alarm untuk mengakhiri kebijakan kasar yang memenjarakan pencari suaka dan pengungsi ini," kata Direktur Asia Human Rights Watch Elaine Pearson dalam sebuah pernyataan. (Aljazeera/I-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat