Dituding Pasok Senjata ke Rusia, Afsel Tegaskan Netral
![Dituding Pasok Senjata ke Rusia, Afsel Tegaskan Netral](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/05/fec5c4c7e3bbe14c9f919cdf85a21d7a.jpg)
PRESIDEN Afrika Selatan (Afsel) Cyril Ramaphosa menegaskan bahwa negaranya mempertahankan posisi nonblok atau netral dalam perang Rusia-Ukraina. Ia juga menegaskan bahwa negaranya tidak akan bisa ditekan untuk mengubah sikap tersebut.
"Dengan terjadinya konflik Rusia-Ukraina, ada tekanan kuat terhadap negara-negara untuk meninggalkan posisi nonblok mereka dan memihak salah satu kubu dalam sebuah kontes antara Rusia dan Barat," ungkap Ramaphosa.
Ramaphosa mengatakan bahwa sejumlah negara lain di Afrika dan tempat lainnya juga mengalami tekanan serupa. Pernyataan Ramaphosa disampaikan setelah ucapan Duta Besar Amerika Serikat untuk Afsel Reuben Brigety pekan lalu yang mengatakan bahwa Washington meyakini bahwa Afsel telah memasok senjata kepada Rusia.
Baca juga:
> 4 Pesawat Militer Rusia Jatuh di Dekat Perbatasan Ukraina
> Tiongkok Ingin Damaikan Ukraina dan Rusia Lewat Delegasi Khusus
Brigety mengatakan bahwa kapal kargo Rusia, Lady R, yang berlabuh di pangkalan angkatan laut Simon's Town dekat Cape Town antara 6 dan 8 Desember 2022, telah memuat senjata dan amunisi saat kembali ke Negeri Beruang Merah.
Ramaphosa mengatakan, karena tidak ada bukti nyata untuk mendukung tuduhan tersebut, pemerintah membentuk penyelidikan independen yang dipimpin pensiunan hakim untuk menentukan fakta di lapangan.
Pemimpin Afsel itu mengatakan pandangan negaranya tentang konflik yang sedang berlangsung adalah bahwa masyarakat internasional perlu bekerja sama untuk segera mencapai menghentikan permusuhan dan mencegah hilangnya nyawa lebih lanjut di Ukraina.
Baca juga: Pihak Rusia Bantah Keunggulan Ukraina di Wilayah Bakhmut
"Perlu mendukung dialog bermakna menuju perdamaian abadi yang menjamin keamanan dan stabilitas semua bangsa," sebut Ramaphosa.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa perang Rusia-Ukraina dan ketegangan yang mendasarinya tidak akan dapat diselesaikan melalui cara-cara militer, melainkan perlu melalui metode politis.
"Afsel meyakini bahwa konflik ini harus diselesaikan melalui dialog," kata Ramaphosa. (Z-6)
Terkini Lainnya
Putin Ingin Akhiri Konflik Ukraina Secara Menyeluruh, Bukan Gencatan Senjata
Perpusnas Jalin Kerja Sama dengan Dua Perpustakaan Nasional Rusia
Arti Kemenangan Prabowo Subianto dan Vladimir Putin
Korea Utara Gelar Pertemuan Plenari Partai Pekerja Korea Bahas Kerja Sama dengan Rusia
Serangan Rusia di Ukraina Menewaskan 12 Orang, Termasuk 4 Anak-Anak
Sempat Anjlok Akibat Politik di Rusia dan Timur Tengah, Ekspor Rumput Laut Menggeliat Lagi
Zelensky Tolak Usulan Gencatan Senjata dari Prabowo Subianto
AS Nilai Perlu Lebih Banyak Sanksi untuk Rusia
Ukraina Berupaya Tahan Serangan Rusia di Lyptsi
Pasukan Rusia Tangkap Warga Sipil di Vovchansk, Ukraina
Kharkiv Diserang, Zelensky Mengadu ke Biden
Bom Luncur Rusia Pengubah Serangan di Ukraina
Manajemen Sekolah Penghalau Ekstremisme Kekerasan
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap