visitaaponce.com

Kemenlu dan Kemenkeu Kenya Jadi Target Peretasan dari Hacker Tiongkok

Kemenlu dan Kemenkeu Kenya Jadi Target Peretasan dari Hacker Tiongkok
Ilustrasi. Aksi peretasan yang dilakukan hacker dari Tiongkok.(Ist/vchal/ilustrasi)

DUNIA saat ini tengah menyoroti aksi peretas dari Tiongkok yang diduga tengah menargetkan pemerintah Kenya.

Dalam serangkaian intrusi digital yang meluas selama bertahun-tahun, peretas dari Tiongkok menyasar website kementerian dan lembaga negara utama.

Perentas dari 'Negeri Tirai Bambu' ini menargetkan delapan kementerian utama Kenya termasuk kementerian luar negeri dan kementerian keuangan.

Baca juga: Serangan Siber 'Volt Thyphoon' Diduga dari Tiongkok Ancam Banyak Negara

Aksi peretasan yang terjadi selama periode tahun 2019 tahun 2022 diduga untuk mengambil data terkait utang Kenya yang mencapai miliaran dolar AS kepada Beijing.

Serangan dunia maya juga menargetkan Kepresidenan Kenya dan memengaruhi National Intelligence Service (NIS) setelah penyerang secara diam-diam mengakses server email yang digunakan oleh agen mata-mata tersebut. 

Kementerian Kenya yang menjadi sasaran sangat penting dalam implementasi proyek Belt and Road Initiative (Inisiatif Sabuk dan Jalan).

Baca juga: keamanan Siber Perlu Diperkuat Hadapi Potensi Dampak Sistemik Serangan Siber ke Sektor Keuangan

Dari berbagai informasi di media massa maupun media sosial, peretasan tersebut dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang utang kepada Beijing oleh negara Kenya, yang menjadi penghubung strategis dalam Inisiatif China Road and Bridge Corporation (CRBC).

Waspada Aksi Spionase Beijing

Menanggapi aksi peretasan itu, Dewan Pimpinan Pusat Pelajar Islam Indonesia (DPP PII) mengingatkan negara-negara dunia khususnya Indonesia yang memiliki hubungan kerja sama dengan Tiongkok, untuk senantisa mewaspadai dugaan aksi spionase Beijing untuk kepentingan bangsanya.

Wakil bendahara umum DPP PII, Furqan Raka mengatakan peretasan yang dilakukan Tiongkok, memaksimalkan memanfaatkan kemampuan spionase untuk memantau dan melindungi kepentingan ekonomi dan strategis di luar negeri.

Baca juga: Saingi Tiongkok, Uni Eropa Sepakati Dagang dengan Kenya

“Dari berbagai laporan media, disebutkan hal ini dilakukan Beijing karena CRBC sedang dalam proses menghentikan operasinya di Kenya dan pindah kembali ke China dalam waktu dekat,” kata Furqan dalam keterangan, Jumat, (23/6).

Sejumlah besar dokumen ‘dicuri’ oleh perentas sebagian besar dari Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Keuangan Kenya.

Kenya Tak Mampu Bayar Utang ke Tiongkok

Serangan dunia maya ini diketahui dilakukan oleh perentas Tiongkok selama bertahun-tahun dan dimulai pada 2019 saat Tiongkok menghentikan keran kredit ke Kenya setelah negara di Afrika tersebut kesulitan membayar hutang beserta bunga kepada Beijing.

Tiongkok sendiri diketahui telah memberikan pinjaman hampir US$160 miliar ke negara-negara Afrika antara tahun 2000 hingga 2020 yang sebagian besar untuk proyek infrastruktur berskala besar.

Proyek Kereta Api Kenya Rugi

Kenya sendiri menggunakan lebih dari US$9 miliar pinjaman dari Tiongkok sebagai dana untuk membangun atau meningkatkan proyek infrastruktur jalan seperti jalur kereta api, pelabuhan, dan jalan raya.

Baca juga: AS Waspadai Kemungkinan Kelompok Peretas Tiongkok Serang Infrastruktur Penting

“Akan tetapi, industri kereta api Kenya ternyata merugi sebesar US$ 9,2 juta atau Rp 129 miliar (asumsi Rp 14.150/US$) per bulan sehingga KA Kenya diyakini tidak akan dapat membayar utang kreditor Tiongkok,” ungkap Furqan.

Kenya sendiri akhirnya mengakui kesulitan dalam membayar utang Standard Gauge Railway (SGR) yang baru dibangun dan dibiayai Tiongkok.

Runtuhnya SGR Kenya akan menjadi kegagalan spektakuler bagi Presiden Uhuru Kenyatta yang mempertaruhkan warisannya pada proyek-proyek infrastruktur besar seperti ini.

Di sisi lain, atas jasanya memberikan hutang, Beijing didaulat menjadi kreditor bilateral terbesar negara itu dan memperoleh pengaruh kuat di pasar konsumen Afrika Timur, bahkan menjadi negara penting sebagai pusat logistik utama di pantai Samudra Hindia Afrika.

Baca juga: Serangan Siber pada Sistem Kerja Hybrid Makin Meningkat

Pada akhir 2019, pakar keamanan dunia maya Kenya menilai ada gerakan peretasan jaringan di seluruh pemerintah, setelah pinjaman Tiongkok kenegaranya tidak lagi mengalir deras seperti sebelumnya.

“Negara-negara Afrika seharusnya menyadari bahwa pinjaman ini pada akhirnya akan membawa mereka ke dalam 'perangkap utang' karena manfaat yang timbul dari proyek-proyek ini pada akhirnya akan ditransfer ke Tiongkok,” tutur Furqan Raka.

“Apalagi,  dari laporan investigasi sejumlah media massa dan media sosial, proyek-proyek yang didanai China diketahui penuh dengan korupsi dan kriminalitas,” pungkas Furqan. (RO/S-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat