visitaaponce.com

Studi Perburuan Ilegal terhadap Harimau Bangladesh makin Parah

Studi: Perburuan Ilegal terhadap Harimau Bangladesh makin Parah
Seekor harimau Bengal berjalan melalui hutan di Sarankhola, distrik Bagerhat barat daya.(AFP/Departemen Kehutanan Bangladesh.)

BANGLADESH tetap menjadi pusat utama perburuan harimau yang terancam punah. Padahal pemerintah mengklaim tindakan keras berhasil dilakukan terhadap kelompok pemburu yang terlibat dalam perdagangan ilegal. Ini menurut penelitian yang diterbitkan Jumat (28/7/2023).

Hutan bakau Sundarbans yang luas yang membentang di India dan Bangladesh menampung salah satu populasi harimau Bengal terbesar di dunia. Kulit, tulang, dan daging mereka dibeli oleh pedagang gelap sebagai bagian dari perdagangan satwa liar ilegal yang lebih luas senilai sekitar US$20 miliar secara global setiap tahun.

Penelitian dari kelompok konservasi kucing besar Panthera dan Chinese Academy of Sciences mengatakan bagian tubuh harimau yang diambil di Sundarbans diekspor ke 15 negara dengan India dan Tiongkok menjadi tujuan paling umum. "Bangladesh memainkan peran yang jauh lebih signifikan dalam perdagangan harimau ilegal daripada yang kita sadari sebelumnya," kata rekan penulis studi Rob Pickles dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Lebah Irak Merana, Produksi Madu Tertekan Pemanasan Global

Kelompok pemburu ilegal yang beroperasi di Sundarbans menemukan perdagangan yang menguntungkan dalam perburuan harimau sebelum tindakan keras pemerintah dimulai pada 2016. Setidaknya 117 pemburu ilegal ditembak mati dan ratusan lain ditahan, menurut angka resmi, sementara banyak yang menyerah sebagai bagian dari amnesti pemerintah.

Namun penelitian Panthera, yang diterbitkan dalam jurnal Conservation Science and Practice, mengatakan bahwa kekosongan area pengawasan yang diciptakan oleh penumpasan tersebut diisi oleh lebih dari 30 sindikat perburuan harimau spesialis dan pemburu oportunistik. Pedagang beroperasi melalui perusahaan logistik mereka sendiri dan dalam beberapa kasus menyembunyikan aktivitas mereka melalui lisensi untuk perdagangan satwa liar legal.

Baca juga: 45% Air Keran AS Terkontaminasi Bahan Kimia Selamanya Beracun

Penelitian tersebut, sebagian didasarkan pada wawancara dengan mereka yang terlibat dalam perdagangan satwa liar, juga menemukan bahwa konsumsi domestik bagian tubuh harimau telah meningkat sejak penumpasan, karena ekonomi Bangladesh yang sedang berkembang. Pembeli lokal yang kaya membeli obat-obatan menggunakan bagian tubuh harimau serta barang-barang hias besar dipajang seperti tengkorak dan kulit.

Temuan itu dibantah oleh konservator Sundarbans resmi Bangladesh, Abu Naser Mohsin Hossain, yang mengatakan tindakan keras itu telah menghentikan perdagangan gelap. "Kami telah mengambil langkah-langkah untuk melestarikan populasi harimau Bengal di Sundarbans," katanya kepada AFP.

Baca juga: Taliban Bakar Alat dan Perlengkapan Musik yang Dinilai Merusak Moral

"Tidak ada harimau yang mati karena konflik harimau-manusia dalam lima tahun terakhir. Penampakan harimau meningkat."

Hanya 114 harimau Bengal yang hidup di bagian Sundarbans di Bangladesh, menurut sensus resmi yang diterbitkan pada 2019. Ini naik sedikit sejak rekor terendah empat tahun sebelumnya. Jumlah populasi yang diperbarui akan diterbitkan tahun depan.

Perburuan ialah ancaman nomor satu bagi harimau secara global. Tiongkok menjadi pendorong permintaan terbesar secara keseluruhan. Sebagian besar untuk penggunaan bagian tubuh mereka dalam pengobatan tradisional. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat