visitaaponce.com

Lebah Irak Merana, Produksi Madu Tertekan Pemanasan Global

Lebah Irak Merana, Produksi Madu Tertekan Pemanasan Global
Peternak lebah memeriksa kerangka lebah di tempat pemeliharaan lebah di desa al-Raghila dekat Hilla di Irak tengah.(AFP/Ahmad Al-Rubaye.)

PANAS yang menyengat melanda Provinsi Babilonia di Irak tengah. Kekeringan dan peningkatan suhu memukul produksi lebah dan madu dengan keras.

Peternak lebah, Mohamed Aliawi, mengetahuinya dengan sangat baik saat dia memeriksa lusinan kotak sarang yang ditempatkan di kaki pohon palem yang tinggi di ladang desa Al-Reghila. "Tidak ada air dan karena itu tidak ada tanaman (berbunga) untuk membuat lebah puas," kata Aliawi, wakil direktur asosiasi peternak lokal, kepada AFP.

Menanam melon dan semangka terbukti sulit karena kekeringan berkepanjangan. Apalagi suhu pada Juli yang intens sering mencapai sekitar 50 derajat celcius (122 fahrenheit) yang juga memakan korban lebah.

Baca juga: 45% Air Keran AS Terkontaminasi Bahan Kimia Selamanya Beracun

Seekor lebah perlu terus mencari serbuk sari dan nektar yang diperlukan untuk produksi madu. Ia bergerak konstan, biasanya menempuh jarak ratusan meter (yard) untuk menemukan karunianya.

Namun kekeringan memaksa lebah untuk melakukan perjalanan lebih lama hingga lima kilometer (tiga mil) untuk penyerbukan. Menurut Aliawi, ini berdampak pada umur lebah pekerja, lebah betina yang mengumpulkan serbuk sari dan nektar. "Dalam keadaan optimal, lebah pekerja dapat hidup hingga 60 hari, tetapi dalam situasi saat ini hanya hidup 20 hari."

Baca juga: Penambangan Bawah Laut Lepas di Depan Mata Dikhawatirkan

Selain itu, lebah tumbuh subur pada suhu sekitar 30-35 derajat celcius, bukan panas yang membakar. Kini angka, kata manajer produsen madu swasta itu, di termometer naik menjadi 50.

Karena itu, dia memindahkan lusinan kotak sarang lebah dari Irak tengah ke tujuh lokasi yang tersebar di pegunungan wilayah otonomi Kurdistan utara. Udara di sana lebih sejuk dan tanahnya lebih hijau. "Jika kita tidak memindahkan lebah, mereka akan menderita," katanya.

Memindahkan sarang

Pada suatu hari yang panas di Juli, Aliawi dan timnya mengenakan pelindung kepala sebelum memeriksa kotak sarang lebah dan sarang lebah di dalamnya. Mereka mengepulkan asap di atas sarang dengan pengasap lebah, prosedur yang dikenal untuk menenangkan serangga.

Baca juga: Berat Badan Berlebih tanpa Obesitas, Risiko Kematian Lebih Rendah

Pada awal 2000-an, setiap sarang lebah menghasilkan sekitar 20 hingga 25 kilogram (44-55 pon) madu per tahun. Sedangkan sekarang, kata Aliawi, jumlahnya turun menjadi hanya lima kilogram.

Menurut PBB, Irak ialah salah satu dari lima negara di dunia yang paling terkena dampak beberapa dampak perubahan iklim. Pihak berwenang mengatakan Irak sedang mengalami tahun keempat berturut-turut kekeringan.

Baca juga: Dampak Perubahan Iklim terhadap Pangan Tingkatkan Risiko Gagal Panen

Negara itu dilanda musim panas yang terik, curah hujan menurun, dan badai pasir sering terjadi. Bendungan di hulu telah mengurangi aliran sungai Tigris dan Efrat yang melintasi Irak.

Terlepas dari kesengsaraan itu, Kepala Departemen Apiaris di Kementerian Pertanian, Hashem al-Zeheiri, tetap optimis. Produksi madu, katanya, meningkat dari tahun ke tahun.

Baca juga: Waktu Berjalan Lima Kali Lebih Lambat di Alam Semesta Awal

Pada 2022, madu yang diproduksi di beberapa bagian Irak yang dikendalikan oleh otoritas federal Baghdad mencapai 870 ton, terutama dari Kurdistan 850 ton. Ini naik dari sekitar 700 ton di setiap wilayah tahun sebelumnya. Zeheiri mengatakan dia menyiapkan studi tentang manfaat memindahkan sarang lebah dari Irak selatan dan tengah ke Kurdistan, dan sebaliknya sesuai kebutuhan, untuk meningkatkan hasil panen.

Badai pasir

Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan dalam laporan pada 2020 bahwa peternakan lebah telah ada di Irak selama sekitar 8.000 tahun. Sejumlah resep menggunakan madu untuk tujuan pengobatan. Ini tertulis di prasasti Sumeria kuno.

Baca juga: Tinggal Dekat Ruang Hijau Buat Orang Lebih Muda

Di zaman modern, peternak lebah di Irak didominasi oleh laki-laki, tetapi itu tidak menghentikan Zeinab al-Maamuri. Dia mengembangkan minatnya setelah menemukan beternak lebah melalui mendiang suaminya yang menjadikannya sebagai hobi.

Tiga dasawarsa kemudian dan sekarang di usia awal 50-an, Maamuri memiliki 250 sarang lebah di provinsi Babilonia. Lusinan di antaranya dia pelihara di halaman rumah keluarganya.

Baca juga: Pemanasan Naik 1 Derajat Celsius, Hujan Ekstrem Lebih Besar

Dia menyesali efek planet yang menghangat pada lebahnya. "Kenaikan suhu memengaruhi lebah. Ratu berhenti bertelur saat cuaca terlalu panas," kata Maamuri. Dan selama badai pasir yang sering melanda negara, jika lebah keluar, setengahnya tidak akan kembali. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat