visitaaponce.com

Gempa Hancurkan Permusuhan Aljazair-Maroko

Gempa Hancurkan Permusuhan Aljazair-Maroko
Tim penyelamat mencari penyintas gempa Maroko di Desa Talat N'Yacoub, Provinsi Al-Haouz(AFP/FADEL SENNA)

TERLEPAS dari perselisihan diplomatik yang berkepanjangan antara Aljazair dan Maroko, baik pemerintah Aljazair maupun rakyatnya telah menawarkan bantuan dan solidaritas pascagempa bagi Maroko.

Banyaknya dukungan mengesampingkan ketegangan historis antara Aljazair dan Maroko. Kedua negara mempunyai perbedaan politik selama beberapa dekade dalam sejumlah isu, terutama Sahara Barat.

Aljazair mendukung gerakan kemerdekaan sementara Maroko berusaha mengklaim kedaulatan atas wilayah tersebut. Kantor kepresidenan Aljazair menyatakan kesiapan untuk membantu dan membuka wilayah udaranya bagi pesawat bantuan yang menuju Maroko setelah dua tahun ditutup.

Baca juga: Korban Gempa di Maroko Meningkat Jadi 2,862 Orang

Ketika jumlah korban tewas dalam gempa paling dahsyat di Maroko dalam satu abad ini telah melampaui 2.862 orang, Aljazair mengusulkan bantuan darurat. Rencana tersebut mencakup tim yang terdiri dari 80 pekerja penyelamat serta pasokan medis dan bantuan.

"Ini adalah bantuan logistik dan material mendesak yang siap dikirim Aljazair kepada rakyat Maroko, saudara-saudara kita, untuk menghadapi dampak gempa bumi yang dahsyat”, kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Aljazair dalam sebuah pernyataan.

Tawaran itu menunggu persetujuan Maroko. Sepanjang waktu, pesan solidaritas membanjiri media sosial Aljazair, terutama dari kota-kota di bagian barat tempat banyak orang yang merasakan langsung gempa tersebut.

Baca juga: Arab Saudi Luncurkan Jembatan Udara Bantu Korban Gempa Maroko

Namun tidak ada korban jiwa atau kerusakan di kota-kota tersebut, menurut pernyataan Perlindungan Sipil Aljazair, satu jam setelah gempa. 

Raouf, seorang fotografer berusia 28 tahun yang tinggal di Oran, 160 kilometer dari perbatasan dengan Maroko sedang berada di rumahnya ketika dia merasakan tanah berguncang.

Ia menegaskan media sosial tidak mewakili realitas hubungan kedua populasi. 

“Kami benar-benar berada di perahu yang sama. Saya pikir jika perbatasan dibuka, warga Aljazair akan mengirimkan berton-ton bantuan, seperti yang mereka lakukan saat kebakaran hutan (di wilayah Kabylia pada 2021),” tambahnya.

Rasa solidaritas juga meluas hingga foto profil masyarakat di media sosial, banyak di antaranya telah diubah menjadi coretan seniman dan jurnalis Aljazair Djamel Alilat yang memperlihatkan bendera kedua negara saling melebur.

Banyak pesan, terutama dari sekitar Aljir, juga mengatakan gambar-gambar tersebut membawa kembali kenangan menyakitkan tentang gempa dahsyat 2003 di Boumerdes, dengan kekuatan yang sama yang menewaskan lebih dari 2.600 orang.

Memang tidak semuanya positif, namun di sisi lain, nampaknya masyarakat Aljazair telah membuka hati terhadap tetangganya. 

"Meskipun saya melihat beberapa disinformasi dan komentar kebencian atau sinis, rasa solidaritas tampaknya jauh lebih dominan”, kata Isabelle Werenfels, pakar hubungan Maghreb yang berbasis di Berlin, Jerman.

Namun selain media sosial, sejumlah organisasi masyarakat sipil Aljazair telah memulai kampanye untuk mengumpulkan bantuan dan dana untuk dikirim ke Maroko. 

"Kami bekerja selama krisis seperti kebakaran hutan, banjir, dll. Wajar bagi kami untuk meluncurkan kampanye ini segera setelah kami mendengar tentang gempa bumi di Maroko,” Ahmed Ibrahimi, presiden El Baraka.

Didirikan pada 2015 di Aljazair, El Baraka adalah organisasi nirlaba kemanusiaan independen yang bekerja di banyak belahan dunia. Setelah gempa bumi dahsyat yang melanda Suriah dan Turki pada Februari, organisasi tersebut mengirimkan beberapa misi bantuan untuk membantu di sana.

Inisiatif mereka untuk Maroko disebut Kampanye Persaudaraan Mendesak dan mengumpulkan makanan, pasokan medis, dan uang. Setidaknya satu organisasi lain di Aljir, El Irshad Wa El Islah, telah meluncurkan upaya serupa.

“Kami menjalin kontak dengan organisasi-organisasi Maroko sehingga kami dapat bermitra dengan mereka. Kami memberi tahu mereka bahwa kami siap,” kata Ibrahimi.

Namun dengan ditutupnya perbatasan dan tidak adanya penerbangan langsung, tidak jelas bagaimana bantuan ini akan sampai ke Maroko. Ibrahimi berharap pemerintah membantu.

“Kami akan melihat apakah kami dapat meyakinkan pihak berwenang untuk memberi kami pesawat atau mengatur pemindahan melalui perbatasan,” katanya.

Pihak berwenang Maroko mengatakan mereka telah menerima bantuan dari Qatar, Spanyol, Uni Emirat Arab, dan Inggris. 

“Kemungkinan kecil bagi Maroko untuk menerima (proposisi bantuan Aljazair), sama seperti Aljazair yang tidak menerima proposisi bantuan Maroko selama kebakaran hutan 2021,” kata Adel Ourabah, seorang analis politik independen Aljazair dan rekan peneliti PhD di Konrad Adenauer kaku.

Jika Maroko menerima bantuan Aljazair, ada sedikit harapan diplomasi kemanusiaan ini dapat menandai awal dari akhir perselisihan hubungan antara kedua negara. 

Werenfels mencatat, “Kita telah melihat pada kesempatan lain bahwa bencana alam dapat menjadi pemecah kebekuan, sebuah kesempatan untuk menunjukkan niat baik dan meredakan ketegangan antar negara dalam konflik diplomatik.” (Aljazeera/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat