visitaaponce.com

Puluhan Pasien Diabetes di Pakistan Buta setelah Diberi Obat Kanker

Puluhan Pasien Diabetes di Pakistan Buta setelah Diberi Obat Kanker
Ilustrasi(Freepik)

PULUHAN pasien diabetes di Pakistan menderita kehilangan penglihatan setelah diberi Avastin yang seharusnya diperuntukkan untuk penanganan kanker.

Dua orang di balik penyediaan obat tersebut, Avastin, telah ditangkap dan 12 inspektur pemerintah ditangguhkan setelah penyelidikan menemukan obat tersebut dikemas dalam lingkungan yang tidak higienis, menurut polisi dan otoritas kesehatan.

“Sampai saat ini, suntikan tersebut telah berdampak parah pada penglihatan 68 pasien di Punjab,” kata juru bicara departemen kesehatan provinsi tersebut, yang menolak disebutkan namanya.

Baca juga : Pasien Kanker tidak Disarankan Konsumsi Obat Herbal, Ini Alasannya

Setidaknya 12 orang dilaporkan mengalami kebutaan total.

“Kami hanya bisa menilai sejauh mana dampak buruk yang ditimbulkan oleh suntikan tersebut setelah infeksinya benar-benar diobati,” tambah juru bicara tersebut.

Baca juga : Polisi India Bekuk Pegawai Perusahaan Obat Batuk Penyebab Kematian Anak

Disediakan oleh perusahaan farmasi Swiss Roche, Avastin terutama diresepkan untuk pengobatan kanker, namun di Pakistan obat ini diberikan secara off-label kepada pasien diabetes untuk memblokir pertumbuhan pembuluh darah abnormal di mata.

Obat ini hadir dalam dosis 100mg, namun dibagi dan dikemas ulang secara lokal menjadi dosis yang lebih kecil sebagai pilihan berbiaya rendah untuk mengobati kondisi mata tertentu.

Karsten Kleine, juru bicara Roche di Swiss, mengatakan kepada AFP bahwa obat tersebut tidak disetujui untuk digunakan pada mata.

“Roche mengutuk keras tindakan kriminal pemalsuan ini dan melakukan segala daya untuk bekerja sama dengan pihak berwenang guna melindungi pasien dari pemalsuan,” kata Kleine dalam sebuah pernyataan.

Kementerian Kesehatan provinsi kini telah melarang penggunaan obat tersebut untuk pengobatan mata.

Satu dari empat orang dewasa di Pakistan menderita diabetes – salah satu angka tertinggi di dunia – yang disebabkan oleh kurangnya olahraga dan pola makan tinggi gula. (AFP/Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat