visitaaponce.com

Baku Tembak Masih Terjadi di Nagorno-Karabakh

Baku Tembak Masih Terjadi di Nagorno-Karabakh
Pasukan Rusia dan Azerbaijan mendapatkan serangan dari penembak jitu di Nagorno-Karabakh.(AFP)

MOSKOW mengatakan pasukan Rusia dan Azerbaijan mendapat serangan dari penembak jitu di Nagorno-Karabakh. Aksi itu terjadi beberapa hari setelah Baku mengamankan penyerahan separatis Armenia dalam serangan untuk mendapatkan kembali kendali atas wilayah pegunungan tersebut.

Laporan itu muncul ketika Armenia mengatakan seorang tentara tewas di sepanjang perbatasannya dengan Azerbaijan Ketidakstabilan keamanan di wilayah tersebut terus terjadi setelah kelompok penguasa Karabakh menyerah pada pekan lalu.

"Di kota Stepanakert (Khankendi) patroli gabungan Rusia-Azerbaijan ditembak oleh orang tak dikenal menggunakan senjata penembak jitu. Tidak ada korban jiwa," kata Kementerian Pertahanan Rusia.

Baca juga: Armenia : Lebih dari 100 Ribu Orang Tinggalkan Nagorno-karabakh

Rusia mengerahkan pasukan penjaga perdamaiannya ke wilayah pegunungan pada 2020 sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi antara Azerbaijan dan Armenia.

Namun karena terperosok dalam perang di Ukraina, Moskow menolak melakukan intervensi ketika Azerbaijan melancarkan serangan kilat pada akhir September. Kelompok separatis menyerah dan mengatakan 220 orang tewas dalam pertempuran itu, sementara Azerbaijan melaporkan 199 orang tewas.

Baca juga: 23% Penduduk Nagorno-Karabakh Eksodus ke Armenia

Seorang prajurit Armenia lainnya tewas ketika pasukan Azerbaijan melepaskan tembakan di dekat desa Kut di bagian timur pada hari Senin, kata kementerian pertahanan Armenia.

Diumumkan pula dua orang terluka. Azerbaijan menolak klaim tersebut. Beberapa hari setelah serangan kilat, pertempuran masih mereda.

Hampir semua etnis Armenia lebih dari 100 ribu orang telah meninggalkan wilayah yang memisahkan diri karena takut akan pembersihan etnis. Setelah sembilan hari ketakutan dan kepanikan, eksodus orang-orang Armenia berakhir dan koridor Lachin yang menghubungkan Karabakh ke Armenia sebagian besar kosong.

Jurnalis AFP dalam tur yang diselenggarakan pasukan Azerbaijan di kubu pemberontak Stepanakert melihat sebuah kota yang sangat kosong. Gedung-gedung, restoran, hotel, dan supermarket menjadi sepi di kota yang pernah berpenduduk 55 ribu jiwa itu.

Banyak di antaranya yang hancur berantakan dengan rak-rak yang kosong, tanda-tanda penjarahan atau kepergian yang terburu-buru. Setelah tiga dekade dikuasai Armenia, otoritas separatis setuju untuk melucuti senjata, membubarkan pemerintahan mereka, dan berintegrasi kembali dengan Azerbaijan.

Namun pemerintah separatis mengatakan beberapa pejabat akan tetap mengawasi operasi penyelamatan. Presiden Samvel Shahramanyan akan tinggal di kota utama Karabakh, Stepanakert, bersama sekelompok pejabat sampai operasi pencarian dan penyelamatan bagi korban tewas dan hilang selesai.

Selain korban jiwa dari pertempuran itu sendiri, 170 orang lainnya tewas ketika sebuah depot bahan bakar meledak selama eksodus besar-besaran tersebut. Pejabat separatis Artak Beglaryan mengatakan beberapa ratus perwakilan Armenia tetap berada di Karabakh.

Dia mengatakan mereka termasuk pejabat, layanan darurat, sukarelawan, dan beberapa orang yang berkebutuhan khusus. Yerevan menuduh Azerbaijan melakukan kampanye pembersihan etnis untuk membersihkan Karabakh dari penduduk Armenia.

Baku membantah klaim tersebut dan meminta penduduk Armenia di wilayah tersebut untuk tinggal dan berintegrasi kembali ke Azerbaijan karena mengatakan hak-hak mereka akan terjamin.

Pada Senin (2/10), konvoi membawa air dan pekerja komunikasi yang diizinkan memasuki Stepanakert. Konvoi tersebut dikawal oleh tentara Azerbaijan.

Mereka juga melihat sebuah bus membawa pejabat yang berencana membuka kantor reintegrasi di kota itu bagi setiap etnis Armenia yang ingin mendaftar ke otoritas Azerbaijan.

Azerbaijan sedang mengadakan pembicaraan reintegrasi dengan para pemimpin separatis.Beberapa perwakilan senior dari bekas pemerintahan dan komando militernya telah ditahan, termasuk Ruben Vardanyan, seorang miliarder yang dilaporkan memimpin pemerintahan Nagorno-Karabakh antara November 2022 hingga Februari.

Keempat anaknya mengeluarkan pernyataan di media sosial yang menuntut pembebasannya dari penjara ilegal di wilayah Azerbaijan, dengan mengatakan mereka mengkhawatirkan nyawa dan kesehatannya.

Jaksa Agung Azerbaijan Kamran Aliyev mengatakan penyelidikan kriminal telah dimulai terhadap kejahatan perang yang dilakukan oleh 300 pejabat separatis. "Saya mendesak orang-orang itu untuk menyerah secara sukarela,” katanya. (AFP/Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat