Guterres Gaza Jadi Kuburan Massal Anak-anak Palestina
![Guterres : Gaza Jadi Kuburan Massal Anak-anak Palestina](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/11/4db395943d07bff7d70736ccfdb39ff3.jpg)
SEKRETARIS Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan Jalur Gaza yang dibombardir Israel akan menjadi kuburan massal anak-anak Palestina. Dia mendesak gencatan senjata segera dalam konflik Israel-Hamas.
“Bencana yang terjadi membuat perlunya gencatan senjata kemanusiaan menjadi semakin mendesak seiring berjalannya waktu,” katanya kepada wartawan di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat (AS).
Pihak-pihak yang berkonflik, kata dia, berikut masyarakat internasional menghadapi tanggung jawab mendasar dan mendesak. Semuanya dituntut menghentikan penderitaan kolektif yang tidak manusiawi ini dan memperluas bantuan kemanusiaan ke Gaza. “Mimpi buruk di Gaza lebih dari sekedar krisis kemanusiaan. Ini adalah benar-benar krisis kemanusiaan," katanya.
Baca juga: Duduki Patung Liberty, Warga Yahudi New York Tuntut Gencatan Senjata di Gaza
Kelompok pejuang kemerdekaan Palestina, Hamas menyerbu ke Israel dari Gaza pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, termasuk dengan menargetkan rumah-rumah dan orang-orang yang bersuka ria di sebuah festival musik.
Serangan balasan Israel telah menewaskan 10.222 orang, termasuk lebih dari 4.000 anak-anak, di Jalur Gaza yang padat penduduk dan terkepung, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
Baca juga: Hamas Sebut Korban Jiwa Serangan Israel di Jalur Gaza Tembus 10 Ribu
Guterres juga menyesalkan pembunuhan pekerja media. Menurut Komite Perlindungan Jurnalis yang berbasis di New York, setidaknya 36 jurnalis dan pekerja media telah terbunuh.
“Lebih banyak jurnalis yang dilaporkan terbunuh dalam periode empat minggu dibandingkan konflik apa pun setidaknya dalam tiga dekade,” kata Guterres, seraya menambahkan 88 pekerja bantuan PBB juga telah terbunuh.
Guterres secara resmi meluncurkan permohonan kemanusiaan PBB senilai US$1,2 miliar yang baru-baru ini diumumkan untuk membantu 2,7 juta warga Palestina di seluruh Jalur Gaza dan sebagian Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki.
Truk-truk bantuan telah masuk ke Gaza dari Mesir melalui perbatasan Rafah, namun jumlahnya masih jauh di bawah jumlah sebelum 7 Oktober, dan Israel mengatakan perlu waktu untuk pemeriksaan keamanan kendaraan. Salah satu batasannya adalah mereka tidak membawa bahan bakar.
“Tanpa bahan bakar, bayi baru lahir di inkubator dan pasien yang menggunakan alat bantu hidup akan meninggal. Jalan ke depan sudah jelas. Gencatan senjata kemanusiaan sekarang. Semua pihak menghormati semua kewajiban mereka berdasarkan hukum kemanusiaan internasional," kata Guterres.
Guterres kembali menyuarakan kekhawatirannya mengenai pelanggaran nyata terhadap hukum kemanusiaan internasional yang kita saksikan. “Biar saya perjelas, tidak ada pihak dalam konflik bersenjata yang berada di luar hukum kemanusiaan internasional,” katanya.
Guterres tidak menghindari penyebutan Israel dalam pernyataannya itu. Sebab sebelumnya dia membuat marah para pemimpin negara tersebut pada 24 Oktober dalam pertemuan Dewan Keamanan usai menuduh adanya pelanggaran terhadap hukum kemanusiaan dan mengatakan bahwa serangan Hamas tidak terjadi dalam ruang hampa.
Para pejabat Israel menuduh Guterres membenarkan kekerasan. Dia membantah niatnya tersebut dan mengulangi kecamannya atas tindakan teror menjijikkan yang dilakukan oleh Hamas, dan mendesak militan tersebut untuk membebaskan sandera.
Kebuntuan Dewan Keamanan
Dewan Keamanan PBB, yang belum mengeluarkan satupun naskah mengenai konflik tersebut, bertemu lagi pada Senin (6/11) sore, tanpa menghasilkan resolusi apa pun. Menurut sumber-sumber diplomatik, tidak ada konsensus mengenai apakah interupsi dalam pertempuran disebut sebagai gencatan senjata atau jeda kemanusiaan.
“Kami berbicara tentang jeda kemanusiaan dan kami tertarik untuk membahas hal tersebut. Tetapi ada perbedaan pendapat di dalam Dewan mengenai apakah hal itu dapat diterima," kata Wakil Duta Besar AS Robert Wood setelah pertemuan tersebut.
Meskipun 15 anggota badan tersebut menyadari adanya kebutuhan kemanusiaan yang mendesak di Gaza, menurut Duta Besar UEA Lana Zaki Nusseibeh, kesenjangan masih ada pada apa yang bisa dicapai di lapangan.
"Tanpa penghentian permusuhan, atau semacam gencatan senjata kemanusiaan yang segera dilaksanakan akan terlalu banyak orang yang kehilangan nyawa mereka," katanya, seraya menambahkan bahwa Dewan Keamanan merasakan tekanan yang sangat besar untuk mencapai kesepakatan. (AFP/Z-3)
Terkini Lainnya
Kebuntuan Dewan Keamanan
PBB: Mayoritas Penduduk Ingin Negara Tingkatkan Aksi Atasi Perubahan Iklim
Gen Z dari Seluruh Dunia akan Hadir di Simulasi Sidang PBB di Bali
Uni Eropa: Kelaparan di Gaza sebagai Senjata Buatan Manusia
PBB: Reaksi Balik terhadap Hak Perempuan Ancam Kemajuan
Retail Kesehatan Teken Prinsip Pemberdayaan Perempuan PBB
Turki Terus Dukung UNRWA di Palestina
Laporan PBB Ungkap Pelanggaran Berat terhadap Anak Meningkat pada 2023
PBB: Dunia Hanya Menyaksikan Kematian dan Kehancuran Gaza
PBB Tambahkan Militer Israel ke Dalam Daftar Pelanggar Hak Anak-Anak
PBB Kutuk Serangan Israel ke Sekolah Gaza
Sekjen PBB Antonio Guterres Larangan Iklan Bahan Bakar Fosil Global
Antonio Guterres dan David Cameron Dukung Usulan Gencatan Senjata Biden untuk Gaza
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap