visitaaponce.com

Israel Mengebom Gaza, Empat Bayi Kembar Palestina Lahir

Israel Mengebom Gaza, Empat Bayi Kembar Palestina Lahir
Seorang wanita dari keluarga Ashour Palestina memegang jenazah bayi yang tewas dalam pemboman Israel, 14 Desember 2023, di RS Najar, Rafah.(AFP/Mahmud Hams.)

PASUKAN Israel pada Kamis (28/12) mengebom Jalur Gaza ketika pusat pertempuran sengit melawan Hamas terus bergerak ke selatan. Padahal wilayah ini menjadi tempat ratusan ribu pengungsi Palestina berlindung.

Perang tersebut menghancurkan sebagian besar wilayah utara Gaza karena serangan udara dan artileri serta pertempuran dari rumah ke rumah menjadi yang terparah di kota selatan Khan Yunis. Juru bicara kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, Ashraf al-Qudra, melaporkan lebih dari 200 orang tewas, "Termasuk seluruh keluarga," selama 24 jam terakhir dalam serangan di seluruh wilayah tersebut.

Seorang koresponden AFP melaporkan serangan artileri berat semalam, khususnya di Khan Yunis. Tentara Israel telah mengerahkan brigade tambahan ke Khan Yunis, kampung halaman pemimpin Hamas Yahya Sinwar, kata juru bicara militer Daniel Hagari.

Baca juga : Iran Ancam Serangan Israel di Libanon Tanda Akhir Netanyahu

Lebih dari 80% dari 2,4 juta penduduk Gaza terpaksa meninggalkan rumah mereka, kata PBB, dan banyak dari mereka kini tinggal di tempat penampungan sempit atau tenda darurat di ujung selatan serta di dalam dan sekitar kota Rafah dekat Mesir.

Ketua Organisasi Kesehatan Dunia PBB Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan, "Langkah-langkah mendesak untuk meringankan bahaya besar," yang dihadapi rakyat Gaza, termasuk, "Cedera parah, kelaparan akut, dan risiko penyakit yang parah."

Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam panggilan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyuarakan, "Keprihatinan terdalamnya atas banyaknya korban sipil," dan menekankan, "Perlu upaya menuju gencatan senjata yang langgeng," kata kantor Macron.

Baca juga : Pasukan Hash Pro-Iran di Irak Sebut AS Bunuh Komandan Senior

Anak kembar empat yang lahir dalam perang 

Pengepungan Israel yang dilakukan setelah serangan 7 Oktober--setelah bertahun-tahun blokade yang melumpuhkan--membuat warga Gaza kehilangan makanan, air, dan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan. Kekurangan yang parah hanya dapat diatasi secara sporadis dengan konvoi bantuan kemanusiaan yang masuk, terutama melalui Mesir.

"Kami lelah dengan segalanya," kata Ekhlas Shnenou yang meninggalkan rumahnya di Kota Gaza. "Cukup dengan perang, cukup dengan rasa sakit, cukup dengan kelaparan."

Salah satu dari banyak pengungsi, Iman al-Masry, 28, baru-baru ini melahirkan anak kembar empat di suatu rumah sakit di Gaza selatan setelah meninggalkan rumah keluarganya di wilayah utara yang hancur.

Baca juga : Iran Minta FIFA Larang Israel akibat Agresi di Gaza Palestina

Perjalanan yang sulit, "Memengaruhi kehamilan saya," katanya. Dia melahirkan dua anak perempuan dan dua anak laki-laki melalui operasi caesar pada 18 Desember. Salah satu anaknya terlalu rapuh untuk meninggalkan rumah sakit.

"Mereka sangat kurus," katanya tentang tiga bayi lainnya. Ia berbicara di ruang sekolah yang kini menjadi tempat penampungan di Deir al-Balah. "Dingin dan berangin dan tidak ada bak mandi. Saya hanya menggunakan tisu."

Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan penembakan baru pada Kamis di dekat rumah sakit Al-Amal di Khan Yunis, menewaskan sedikitnya 10 orang. Mereka mengecam dalam suatu pernyataan atas intensifikasi serangan Israel di area fasilitas tersebut, yang sudah terjadi awal pekan ini, tempat sekitar 14.000 warga Palestina berlindung.

Baca juga : Iran Berkabung atas 84 Orang Tewas dalam Dua Ledakan

Ketegangan di Timur Tengah berkobar 

Perang paling berdarah yang pernah terjadi di Gaza juga telah meningkatkan ketegangan antara kedua negara. Israel dan musuh bebuyutannya, Iran, mendukung kelompok-kelompok bersenjata di Timur Tengah.

Iran menyalahkan Israel atas serangan rudal di Suriah pada Senin yang menewaskan komandan senior militer Iran Razi Moussavi. Ia dimakamkan pada pemakaman massal yang penuh air mata di Teheran pada hari Kamis.

Kerumunan meneriakkan, "Matilah Israel," dan, "Matilah Amerika," setelah pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei memimpin doa di atas jenazah Moussavi, seorang komandan tertinggi pasukan operasi luar negeri Korps Garda Revolusi Islam, Pasukan Quds.

Teheran telah berjanji untuk membalas kematian Moussavi, jenderal Garda paling senior yang terbunuh sejak pembunuhan komandan Pasukan Quds Qasem Soleimani oleh AS pada 2020. (AFP/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat