Israel Mengebom Gaza, Empat Bayi Kembar Palestina Lahir
![Israel Mengebom Gaza, Empat Bayi Kembar Palestina Lahir](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/12/2574cfc26f44c34b8f488d54796cb0a8.jpg)
PASUKAN Israel pada Kamis (28/12) mengebom Jalur Gaza ketika pusat pertempuran sengit melawan Hamas terus bergerak ke selatan. Padahal wilayah ini menjadi tempat ratusan ribu pengungsi Palestina berlindung.
Perang tersebut menghancurkan sebagian besar wilayah utara Gaza karena serangan udara dan artileri serta pertempuran dari rumah ke rumah menjadi yang terparah di kota selatan Khan Yunis. Juru bicara kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, Ashraf al-Qudra, melaporkan lebih dari 200 orang tewas, "Termasuk seluruh keluarga," selama 24 jam terakhir dalam serangan di seluruh wilayah tersebut.
Seorang koresponden AFP melaporkan serangan artileri berat semalam, khususnya di Khan Yunis. Tentara Israel telah mengerahkan brigade tambahan ke Khan Yunis, kampung halaman pemimpin Hamas Yahya Sinwar, kata juru bicara militer Daniel Hagari.
Baca juga : Iran Ancam Serangan Israel di Libanon Tanda Akhir Netanyahu
Lebih dari 80% dari 2,4 juta penduduk Gaza terpaksa meninggalkan rumah mereka, kata PBB, dan banyak dari mereka kini tinggal di tempat penampungan sempit atau tenda darurat di ujung selatan serta di dalam dan sekitar kota Rafah dekat Mesir.
Ketua Organisasi Kesehatan Dunia PBB Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan, "Langkah-langkah mendesak untuk meringankan bahaya besar," yang dihadapi rakyat Gaza, termasuk, "Cedera parah, kelaparan akut, dan risiko penyakit yang parah."
Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam panggilan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyuarakan, "Keprihatinan terdalamnya atas banyaknya korban sipil," dan menekankan, "Perlu upaya menuju gencatan senjata yang langgeng," kata kantor Macron.
Baca juga : Pasukan Hash Pro-Iran di Irak Sebut AS Bunuh Komandan Senior
Anak kembar empat yang lahir dalam perang
Pengepungan Israel yang dilakukan setelah serangan 7 Oktober--setelah bertahun-tahun blokade yang melumpuhkan--membuat warga Gaza kehilangan makanan, air, dan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan. Kekurangan yang parah hanya dapat diatasi secara sporadis dengan konvoi bantuan kemanusiaan yang masuk, terutama melalui Mesir.
"Kami lelah dengan segalanya," kata Ekhlas Shnenou yang meninggalkan rumahnya di Kota Gaza. "Cukup dengan perang, cukup dengan rasa sakit, cukup dengan kelaparan."
Salah satu dari banyak pengungsi, Iman al-Masry, 28, baru-baru ini melahirkan anak kembar empat di suatu rumah sakit di Gaza selatan setelah meninggalkan rumah keluarganya di wilayah utara yang hancur.
Baca juga : Iran Minta FIFA Larang Israel akibat Agresi di Gaza Palestina
Perjalanan yang sulit, "Memengaruhi kehamilan saya," katanya. Dia melahirkan dua anak perempuan dan dua anak laki-laki melalui operasi caesar pada 18 Desember. Salah satu anaknya terlalu rapuh untuk meninggalkan rumah sakit.
"Mereka sangat kurus," katanya tentang tiga bayi lainnya. Ia berbicara di ruang sekolah yang kini menjadi tempat penampungan di Deir al-Balah. "Dingin dan berangin dan tidak ada bak mandi. Saya hanya menggunakan tisu."
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan penembakan baru pada Kamis di dekat rumah sakit Al-Amal di Khan Yunis, menewaskan sedikitnya 10 orang. Mereka mengecam dalam suatu pernyataan atas intensifikasi serangan Israel di area fasilitas tersebut, yang sudah terjadi awal pekan ini, tempat sekitar 14.000 warga Palestina berlindung.
Baca juga : Iran Berkabung atas 84 Orang Tewas dalam Dua Ledakan
Ketegangan di Timur Tengah berkobar
Perang paling berdarah yang pernah terjadi di Gaza juga telah meningkatkan ketegangan antara kedua negara. Israel dan musuh bebuyutannya, Iran, mendukung kelompok-kelompok bersenjata di Timur Tengah.
Iran menyalahkan Israel atas serangan rudal di Suriah pada Senin yang menewaskan komandan senior militer Iran Razi Moussavi. Ia dimakamkan pada pemakaman massal yang penuh air mata di Teheran pada hari Kamis.
Kerumunan meneriakkan, "Matilah Israel," dan, "Matilah Amerika," setelah pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei memimpin doa di atas jenazah Moussavi, seorang komandan tertinggi pasukan operasi luar negeri Korps Garda Revolusi Islam, Pasukan Quds.
Teheran telah berjanji untuk membalas kematian Moussavi, jenderal Garda paling senior yang terbunuh sejak pembunuhan komandan Pasukan Quds Qasem Soleimani oleh AS pada 2020. (AFP/Z-2)
Terkini Lainnya
Anak kembar empat yang lahir dalam perang
Ketegangan di Timur Tengah berkobar
Hamas Bahas Gencatan Senjata Gaza dengan Qatar, Mesir, Turki
12 Mantan Pejabat AS Sebut Kebijakan Biden di Gaza sebagai Kegagalan
Tim Medis Mulai Evakuasi Pasien Rumah Sakit Eropa Gaza
Terungkap, India Ekspor Roket dan Bahan Peledak ke Israel
AS Ingatkan Konsekuensi Israel jika Serang Hizbullah
Jubir Militer Israel: Tidak Mungkin Netanyahu Hancurkan Hamas
Hizbullah Tembakkan 200 Roket ke Israel
Gagasan Hamas Soal Gencatan Senjata Disambut Positif Israel
PBB Kecam Perlakuan Buruk Israel terhadap Tahanan Palestina
Arab Saudi Berusaha Akhiri Agresi di Gaza
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap