Demontrasi yang Menuntut Pengunduran diri PM Haiti Diwarnai Kekerasan
![Demontrasi yang Menuntut Pengunduran diri PM Haiti Diwarnai Kekerasan](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/02/35c66a81e830b312b6d48a09c69a3570.jpg)
Warga berunjuk rasa di ibu kota Haiti pada Rabu (7/2) menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Ariel Henry yang menolak mundur sesuai dengan perjanjian politik yang dibuat pada tahun 2022.
Haiti dilanda kerusuhan sejak Senin. Ribuan orang berunjuk rasa di Port-au-Prince dan di seluruh negeri.
"Rabu ini adalah D-Day. Ini adalah hari di mana Ariel Henry harus meninggalkan jabatannya," kata seorang tukang ojek yang sedang berunjuk rasa di ibu kota kepada AFP, meminta agar namanya dirahasiakan.
Baca juga : Anies: Indonesia harus Jadi Pelaku Utama Konstelasi Global
“Saya berharap dia mendengarkan seruan ini. Jika tidak, rakyat akan menggulingkannya,” tambah pengunjuk rasa.
Media lokal melaporkan beberapa demonstrasi telah berubah menjadi kekerasan ketika pengunjuk rasa bentrok dengan polisi. Setidaknya dua orang tewas dalam kerusuhan tersebut.
Menurut perjanjian yang disepakati pada Desember 2022 setelah pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise setahun sebelumnya, Henry seharusnya mengadakan pemilihan umum dan kemudian menyerahkan kekuasaan kepada pejabat yang baru terpilih pada 7 Februari 2024.
Baca juga : Badik 24 Dorong Andika Jadi Cawapres Ganjar: Yakin Indonesia Lebih Bisa Memprediksi Politik Global
Namun Henry tetap berkuasa, dan seorang ajudannya mengatakan bahwa perdana menteri bermaksud membentuk pemerintahan persatuan nasional.
Haiti, negara termiskin di belahan bumi barat, telah mengalami kekacauan selama bertahun-tahun, dimana kelompok bersenjata mengambil alih wilayah negara tersebut dan melancarkan kekerasan brutal, sehingga menyebabkan perekonomian dan sistem kesehatan masyarakat terpuruk.
Pembunuhan Moise pada tahun 2021 membuat negara ini semakin kacau. Tidak ada pemilu yang diadakan sejak tahun 2016 dan kursi kepresidenan masih kosong.
Baca juga : Polisi Haiti Selidiki Perang Gangster dengan Pengikut Gereja
Pengunjuk rasa lainnya, berusia 40 tahun dan menganggur mengatakan “Negara ini disandera oleh para geng. Kami tidak bisa makan. Kami tidak bisa menyekolahkan anak-anak kami. Kami tidak tahan lagi.” (AFP/M-3)
Terkini Lainnya
Wartawan Bandung Unjuk Rasa di DPRD Jawa Barat, Tolak RUU Penyiaran
Wartawan di Bali Kompak Tolak Revisi UU Penyiaran
Tolak Revisi UU Penyiaran, Aliansi Jurnalis Gelar Aksi di Depan DPR RI
Gelar Aksi, HMI Subang Kritisi Kinerja Penjabat Bupati
Miliarder Tekan Pejabat AS Hentikan Demo pro Palestina
Mahasiswa, Dosen dan Rektor di Bandung Berunjuk Rasa Dukung Palestina
Bandul Politik di Portugal Diprediksi Bergerak ke Kanan
Kudeta, Konflik, dan Krisis jadi Isu Utama KTT Afrika
Besok, Mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Hirup Udara Bebas
Kemenlu Selesaikan Lebih dari 200 Ribu Kasus WNI Selama 2014-2023
Lima Arah Kebijakan Luar Negeri Ganjar-Mahfud
Universitas Pancasila Kembangkan Dialog Pembumian Pancasila
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap