Polisi Haiti Selidiki Perang Gangster dengan Pengikut Gereja
![Polisi Haiti Selidiki Perang Gangster dengan Pengikut Gereja](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/08/7070cd5583daf8afacbd752c2b13ee61.jpg)
KEPOLISIAN Nasional Haiti telah mengumumkan penyelidikan insiden mematikan pada Sabtu (26/8). Aksi dengan menggunakan senjata api itu, dipimpin seorang tokoh gereja umat paroki di ibu kota Port-au-Prince.
Direktur Jenderal Kepolisian Frantz Elbé mengatakan penyelidikan ini akan membantu tindakan tidak rasional seperti itu tidak terulang. “Kepolisian mengutuk tragedi yang disesalkan ini dan menyampaikan simpatinya kepada keluarga dan orang-orang terkasih para korban,” tambah Elbé.
Elbé menggambarkan kerumunan besar berkumpul di belakang pemimpin agama Marcorel Zidor selama akhir pekan, mengenakan seragam hijau dan pakaian yang bertuliskan namanya. Demonstrasi ini melibatkan ratusan orang, beberapa di antaranya membawa parang dan senapan serbu.
Baca juga: Geng di Haiti Membuka Tembakan saat Protes di Gereja
“Kerumunan ini bertujuan untuk mengusir anggota geng yang bermarkas di Kanaan,” jelas Elbé, mengacu pada pinggiran utara ibu kota Haiti.
Setelah mendapat informasi, Elbé mengatakan polisi mengambil langkah-langkah untuk menghindari pembantaian dan membuat barikade pemisah. "Namun, para pengunjuk rasa dengan cepat mengatasi langkah-langkah keamanan yang ditetapkan oleh penegak hukum dan tetap dapat tiba di daerah yang mereka inginkan untuk menghadapi anggota geng tersebut,” kata Elbé.
Baca juga: Serangan Israel Membuat Bandara Suriah Tutup Lagi
Tidak ada perkiraan resmi mengenai jumlah korban jiwa yang dirilis, namun polisi telah melaporkan banyak kematian dan penculikan, ketika geng tersebut dipimpin pria yang dikenal sebagai Jeff bentrok dengan para pengunjuk rasa.
“Mereka menembaki kami dengan berbagai jenis senjata,” kata salah satu pengunjuk rasa, Francois Vicner.
Vicner juga menjelaskan Zidor, pendeta evangelis yang memimpin demonstrasi, membingkai pertumpahan darah sebagai ujian ketaatan beragama. “Pengikut pendeta benar-benar percaya dengan apa yang dia katakan kepada mereka. Dia bilang mereka antipeluru, dan mereka yang terluka tidak punya keyakinan,” jelasnya.
Di tengah protes atas demonstrasi tersebut, Zidor muncul di Mega Radio Haiti untuk membela tindakannya. “95% persen umat paroki saya ditembak. Tidak ada satupun dari mereka (gengster) yang terkena serangan,” katanya.
Geng-geng telah menguasai sebagian besar wilayah Port-au-Prince, dan PBB memperkirakan pada bulan Desember lalu bahwa hingga 60% kota itu berada di bawah komando mereka.
Hal ini telah menyebabkan kekerasan dan ketidakstabilan yang meluas, dan PBB mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia yang berat termasuk pembunuhan, eksploitasi seksual dan penculikan .
Rumah sakit-rumah sakit telah tutup setelah terjadi kekerasan yang dipimpin oleh geng dan hampir separuh penduduknya menghadapi kerawanan pangan yang parah karena situasi keamanan yang memburuk menghambat bantuan kemanusiaan .
Namun kelompok main hakim sendiri bermunculan ketika masyarakat mengambil tindakan sendiri dalam menegakkan hukum. Dari akhir April hingga pertengahan Agustus, kelompok main hakim sendiri dan anggota masyarakat telah melakukan lebih dari 350 hukuman mati tanpa pengadilan, menurut PBB.
Meskipun sebagian besar korban adalah anggota geng, PBB memperkirakan 46 orang hanyalah anggota masyarakat. Setidaknya satu korban adalah seorang petugas polisi.
Salah satu gerakan main hakim sendiri – yang dikenal sebagai Bwa Kale atau kayu runcing muncul pada April. Ketika lebih dari selusin anggota geng digantung dan dibakar di jalan-jalan Canapé-Vert, sebuah lingkungan di selatan Port-au-Prince.
Perdana Menteri Haiti Ariel Henry telah mengimbau komunitas internasional untuk membantu meredam kekerasan geng di negaranya, sebuah usulan kontroversial di kalangan warga Haiti yang skeptis terhadap campur tangan asing.
Pada 29 Juli, pemerintah Kenya menawarkan untuk memimpin pasukan multinasional ke negara tersebut, serta mengerahkan 1.000 petugas polisi untuk membantu melatih dan membantu rekan-rekan mereka di Haiti dalam upaya mereka untuk memulihkan keadaan. (Aljazeera/Z-3)
Terkini Lainnya
Wartawan Bandung Unjuk Rasa di DPRD Jawa Barat, Tolak RUU Penyiaran
Wartawan di Bali Kompak Tolak Revisi UU Penyiaran
Tolak Revisi UU Penyiaran, Aliansi Jurnalis Gelar Aksi di Depan DPR RI
Gelar Aksi, HMI Subang Kritisi Kinerja Penjabat Bupati
Miliarder Tekan Pejabat AS Hentikan Demo pro Palestina
Mahasiswa, Dosen dan Rektor di Bandung Berunjuk Rasa Dukung Palestina
Polres Batang Tangkap Belasan Gangster Pembunuh Anak Dibawah Umur
Polisi Buru Kelompok Gangster yang Meresahkan Warga di Semarang
53 Ribu Warga Haiti Tinggalkan Ibu Kota
Kondisi Memburuk di Haiti: Geng-Geng Menguasai, Negosiasi Pemerintahan Transisi Terhambat
Operasi Penegakan Hukum di Haiti Melawan Geng 'Barbecue'
Tak Mau Dievakuasi, Pemerintah Terus Pantau Kondisi Tujuh WNI di Haiti
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap