visitaaponce.com

Israel Terus Serang Gaza Jelang Voting Resolusi Gencatan Senjata di PBB

Israel Terus Serang Gaza Jelang Voting Resolusi Gencatan Senjata di PBB
Kepulan asap di kota Rafah yang diserang Israel pada Senin (19/2).(AFP/SAID KHATIB)

ISRAEL menyerang Gaza dengan armada udara pada Selasa (20/2). Pada saat yang sama Dewan Keamanan (DK) PBB akan menggelar voting rancangan resolusi gencatan senjata yang diajukan Aljazair dan Amerika Serikat (AS).

PBB menyuarakan kekhawatiran atas situasi kemanusiaan di wilayah yang terkepung itu. Kekurangan pangan dapat menyebabkan ledakan kematian anak-anak di Gaza yang sebenarnya dapat dicegah oleh Israel.

PBB menilai pertempuran tanpa henti selama empat bulan telah meratakan sebagian besar wilayah Palestina. Itu mendorong 2,2 juta orang ke ambang kelaparan dan membuat tiga perempat penduduk mengungsi.

Baca juga : Saudi Peringatkan Bencana Kemanusiaan jika Israel Deportasi Warga Rafah Palestina

"Berapa banyak dari kita yang harus mati untuk menghentikan kejahatan ini?. Di mana letak kemanusiaannya" kata Seorang Dokter Palestina di kota utama Gaza selatan, Khan Yunis, Ahmad Moghrabi.

Negara-negara besar yang berupaya mencari jalan keluar dari krisis yang semakin meningkat ini sejauh ini belum berhasil, dan desakan Selasa (20/2), malam untuk resolusi gencatan senjata yang diajukan Aljazair menghadapi veto AS.

Setelah berbulan-bulan berjuang untuk mendapatkan tanggapan yang bersatu, semua anggota Uni Eropa kecuali Hongaria menyerukan jeda kemanusiaan segera. Mereka juga mendesak Israel untuk tidak menyerang kota paling selatan Gaza, Rafah, tempat hampir 1,5 juta warga Palestina berlindung.

Baca juga : Di Rafah, Pengungsi Gaza Hidup Seperti di Film Horor

Kota ini, kota terakhir yang tidak tersentuh oleh pasukan darat Israel, juga merupakan pintu masuk utama pasokan bantuan yang sangat dibutuhkan melalui negara tetangga, Mesir.

Serangan Israel terhadap kota tersebut menghambat operasi kemanusiaan, sementara pasokan makanan terganggu oleh penutupan perbatasan secara rutin, menurut badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA.

Kelangkaan makanan dan air telah menyebabkan anak-anak dan perempuan di seluruh wilayah tersebut menderita kekurangan gizi yang meningkat tajam, demikian peringatan dana anak-anak PBB.

Baca juga : Dewan Keamanan PBB Gelar Pembicaraan Darurat terkait Serangan Houthi

Satu dari enam anak di Gaza utara sekarang mengalami kekurangan gizi akut, kata UNICEF, sebuah situasi yang siap untuk memperparah tingkat kematian anak yang sudah tidak tertahankan lagi.

Meskipun berulang kali ada seruan untuk menyelamatkan Rafah, Israel telah menetapkan batas waktu Ramadhan untuk melakukan serangan darat. Jika militan Hamas tidak membebaskan sejumlah sandera Israel yang ditahan sejak serangan 7 Oktober pada saat itu.

“Jika pada bulan Ramadhan para sandera tidak ada di rumah, pertempuran akan berlanjut di mana-mana termasuk wilayah Rafah,” kata anggota kabinet perang Benny Gantz.

Baca juga : Menlu Inggris Diminta Dukung Gencatan Senjata di Gaza

Bulan suci umat Islam diperkirakan akan dimulai sekitar 10 Maret. Mediator internasional telah berupaya keras untuk mencegah serangan tersebut dan dikhawatirkan akan menimbulkan korban sipil dalam jumlah besar.

DK PBB memiliki dua proposal gencatan senjata. Pertama, dirancang oleh Aljazair, menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera dan pembebasan semua sandera tanpa syarat.

Rancangan ini mendapat tentangan cepat dari pendukung utama Israel, AS, yang mengajukan rancangan alternatif. Teks tersebut menekankan dukungan untuk gencatan senjata sementara di Gaza sesegera mungkin.

Baca juga : Dukungan Uni Eropa untuk Gencatan Senjata di Gaza Menguat 

Pernyataan ini juga mengungkapkan keprihatinan terhadap Rafah, dan memperingatkan bahwa serangan darat besar-besaran akan mengakibatkan kerugian lebih lanjut terhadap warga sipil dan pengungsian.

Menurut sumber diplomatik, rancangan ini kecil kemungkinannya untuk disetujui sebagaimana tertulis, dan berisiko diveto oleh Rusia.

Meskipun Washington telah mendesakkan kesepakatan gencatan senjata untuk penyanderaan, perundingan berminggu-minggu yang melibatkan mediator AS, Mesir, dan Qatar gagal mencapai kesepakatan.

Baca juga : Israel Dikucilkan dalam Diplomasi Global

Hamas mengancam akan meninggalkan perundingan kecuali lebih banyak bantuan masuk ke Gaza. Sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak tuntutan Hamas dan menyebutnya sebagai delusi"l.

Dia dengan keras menentang seruan perundingan yang mencakup pengakuan negara Palestina.

“Kami dengan tegas menolak hal ini. Bahwa hal tersebut akan membahayakan keberadaan negara Israel,” paparnya.

Baca juga : Dukungan Gencatan Senjata di Gaza Meluap di Majelis Umum PBB

Selama akhir pekan, pengunjuk rasa Israel berusaha memblokir truk bantuan di perbatasan Mesir-Gaza untuk meningkatkan tekanan bagi pembebasan sandera.

Di Yerusalem, pengunjuk rasa berbaris ke rumah Netanyahu, menuduhnya menelantarkan para sandera. “Tidak ada cara lain untuk mendapatkan kembali orang-orang ini tanpa kesepakatan,” kata pengunjuk rasa Eli Osheroff.

Mati karena kelaparan atau pemboman

Baca juga : Yordania: Kegagalan PBB Izinkan Israel Teruskan Genosida di Gaza

Perang dimulai ketika Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tanggal 7 Oktober yang menyebabkan sekitar 1.160 orang tewas di Israel selatan, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP atas angka-angka Israel.

Militan Hamas juga menyandera sekitar 250 orang 130 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 30 orang diperkirakan tewas, menurut Israel. (AFP/Cah/Z-7)

 

Baca juga : Jeda Kemanusiaan di Gaza Harus Berlanjut ke Gencatan Senjata Permanen

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat