visitaaponce.com

Dewan Keamanan PBB Segera Bertemu Bahas Serangan Mematikan di Rafah

Dewan Keamanan PBB Segera Bertemu Bahas Serangan Mematikan di Rafah
Pertahanan sipil Palestina dan penduduk lokal mengevakuasi seorang pria yang terluka dari rumah yang hancur akibat pengeboman Israel.(AFP)

DEWAN Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan mengadakan pertemuan darurat pada Selasa (28/5) mengenai serangan Israel yang menewaskan puluhan orang di kamp pengungsi di Rafah. Tiga negara Eropa dijadwalkan untuk secara resmi mengakui negara Palestina.

Dilansir CNA, menurut pejabat kesehatan Gaza, serangan baru Israel terjadi pada malam hari di kota perbatasan Gaza selatan. Serangan itu menargetkan dua anggota senior Hamas pada Minggu malam dan memicu kebakaran yang menghaguskan area pengungsian, menewaskan 45 orang.

Serangan tersebut memicu gelombang kecaman internasional. Warga Palestina dan banyak negara Arab menyebutnya sebagai tindakan pembantaian.

Baca juga : Saudi Peringatkan Bencana Kemanusiaan jika Israel Deportasi Warga Rafah Palestina

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pemerintah sedang menyelidiki kesalahan tragis. "Padahal kami telah melakukan upaya terbaik untuk melindungi warga sipil," katanya.

"Tidak ada tempat yang aman di Gaza. Kengerian ini harus dihentikan," tulis Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di media sosial.

Kepala Kemanusiaan PBB Martin Griffiths menunjuk pada peringatan luas mengenai kematian warga sipil yang beredar menjelang serangan Israel ke Rafah. "Kami telah melihat konsekuensi dari serangan yang benar-benar tidak dapat diterima tadi malam," katanya dalam suatu pernyataan.

Baca juga : PBB Selidiki Kematian Staf Internasional akibat Serangan di Rafah

"Menyebutnya sebagai kesalahan ialah pesan yang tidak berarti apa-apa bagi mereka yang terbunuh, mereka yang berduka, dan mereka yang berusaha menyelamatkan nyawa," tambahnya.

Para diplomat mengatakan Dewan Keamanan PBB akan bersidang pada Selasa (28/5) untuk sidang darurat yang diminta oleh Aljazair untuk membahas serangan itu.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa mengatakan dia merasa ngeri dengan berita mengenai serangan tersebut. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan marah terhadap serangan itu. 

Baca juga : Sekjen PBB Peringatkan Bencana Kemanusiaan Besar jika Israel Invasi Rafah

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat mengatakan Israel harus mengambil segala tindakan pencegahan untuk melindungi warga sipil.

Tidak tahu harus ke mana

Pengungsi Gaza Khalil Al Bahtini bersiap meninggalkan daerah yang terkena dampak, sebelum serangan menghantam area pengungsi. "Tadi malam, tenda di seberang tenda kami menjadi sasaran," ujarnya.

"Kami sudah memuat semua barang-barang kami, tetapi kami tidak tahu ke mana harus pergi," sebutnya.

Baca juga : Hamas Tegaskan Gencatan Senjata Gaza Kembali ke Titik Awal

Kecaman atas serangan itu muncul ketika Spanyol, Irlandia, dan Norwegia secara resmi mengakui negara Palestina pada Selasa dalam keputusan yang dikecam oleh Israel.

"Mengakui negara Palestina ialah tentang keadilan bagi rakyat Palestina," kata Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares pada Senin di Brussels. 

"Hal ini juga merupakan jaminan keamanan terbaik bagi Israel dan sangat penting untuk mencapai perdamaian di kawasan," katanya bersama rekan-rekannya dari Irlandia dan Norwegia.

Pada Senin, Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengatakan dia telah mengatakan kepada konsulat Spanyol di Jerusalem untuk berhenti menawarkan layanan konsuler kepada warga Palestina di Tepi Barat mulai 1 Juni sebagai tindakan hukuman awal.

Hangus

Israel melancarkan serangan mematikan di Rafah pada Minggu malam, beberapa jam setelah Hamas menembakkan rentetan roket ke wilayah Tel Aviv, yang sebagian besar dapat dicegat.

Tentara Israel mengatakan pesawatnya menyerang kompleks Hamas di kota itu dan membunuh Yassin Rabia dan Khaled Nagar, pejabat senior kelompok militan di Tepi Barat yang diduduki.

Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan serangan itu memicu api yang mengoyak pusat pengungsian di barat laut Rafah dekat fasilitas badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA.

"Kami melihat mayat-mayat hangus dan anggota tubuh yang terpotong-potong. Kami juga melihat kasus amputasi, anak-anak, perempuan, dan orang tua yang terluka," kata pejabat badan pertahanan sipil Mohammad Al Mughayyir.

"Kami mendengar suara keras dan ada api di sekitar kami. Anak-anak berteriak," kata salah satu korban selamat, seorang wanita yang menolak disebutkan namanya.

Serangan ini menambah ketegangan yang sudah meningkat sejak Israel melancarkan operasi darat di Rafah. Militer Israel dan Mesir melaporkan insiden penembakan pada Senin yang menewaskan seorang penjaga Mesir di daerah perbatasan antara Mesir dan Jalur Gaza selatan.

Kedua pasukan mengatakan mereka sedang menyelidikinya.

Pelanggaran berbahaya

Rekaman dari Bulan Sabit Merah Palestina menunjukkan adegan malam hari yang kacau ketika paramedis bergegas ke lokasi serangan dan mengevakuasi korban luka. Upaya penyelamatan terhambat oleh kerusakan akibat perang dan dampak pengepungan Israel, sehingga menyebabkan kekurangan bahan bakar dan air untuk memadamkan api.

Serangan Israel tersebut memicu protes keras dari mediator Mesir dan Qatar serta dari pemerintah regional lain. Mesir menyesalkan penargetan warga sipil yang tidak berdaya dan menyebutnya sebagai bagian dari kebijakan sistematis yang bertujuan memperluas cakupan kematian dan kehancuran di Jalur Gaza agar tidak dapat dihuni.

Qatar mengutuk pelanggaran berbahaya terhadap hukum internasional dan menyuarakan kekhawatiran bahwa pengeboman tersebut akan mempersulit upaya mediasi yang sedang berlangsung menuju gencatan senjata.

Pengadilan tertinggi dunia, Mahkamah Internasional, pada Jumat memerintahkan Israel untuk menghentikan segala serangan di Rafah dan tempat lain yang dapat menyebabkan kehancuran terhadap warga Palestina.

Perang di Gaza dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan, yang mengakibatkan kematian lebih dari 1.170 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan berdasarkan angka resmi Israel. Militan juga menyandera 252 orang, 121 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 37 orang yang menurut tentara tewas.

Serangan balasan Israel telah menewaskan sedikitnya 36.050 orang di Gaza, sebagian besar warga sipil, menurut kementerian kesehatan wilayah yang dikelola Hamas.

Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, mengatakan hari demi hari berlalu, mereka menyalurkan bantuan dan perlindungan menjadi hampir mustahil. "Foto-foto tadi malam ialah bukti bagaimana Rafah berubah menjadi neraka di Bumi," katanya di platform media sosial X. (CNA/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat