visitaaponce.com

Tingkatkan Rehabilitasi Hutan dan Konservasi Air di Papua

Tingkatkan Rehabilitasi Hutan dan Konservasi Air di Papua
ANTARA/Virna P Setyorini(ANTARA/Virna P Setyorini)

KEMENTERIAN Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengambil langkah strategis guna menyelesaikan bencana banjir bandang Sentani. Langkah tersebut disusun dalam dua skema yakni jangka pendek dan panjang.

Direktur Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL) KLHK IB Putera Parthama akan segera membentuk Satuan Petugas (Satgas) Penanganan Bencana Sentani untuk segera diberangkatkan ke lapangan. Kemudian membentuk posko informasi bencana Sentani.

Selain itu, Putera menerangkan KLHK akan meningkatkan alokasi rehabilitasi hutan dan lahan di Papua dari semula 1.000 hektare menjadi 2.500 hektare, serta peningkatan pembangunan sarana Konservasi Tanah dan Air (KTA), yakni dam penahan erosi (gully plug) serta dam pengendali dan Saluran Pembuangan Air (SPA).

Baca juga : Para Pihak Sepakat Lakukan Rehabilitasi untuk Pulihkan Sentani

"Ini kemudian menjadi yang paling penting, yaitu program rehabilitasi dan pembangunan sarana konservasi tanah dan air. Kita akan menggunakan pendekatan multiyears agar implementasinya dapat berjalan baik dan terukur," kata Putera di Jakarta, Selasa (19/3).

Putera menambahkan, kontinyuitas proses penegakan hukum dalam kerangka Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam (GNPSDA) dengan supervisi KPK juga akan terus dikedepankan. Langkah strategis lainnya adalah penyelesaian tata kelola perijinan.

Sementara itu, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Wiratno menyampaikan tidak ada rencana penurunan status kawasan Cagar Alam Gunung Cycloop.

Baca juga : Ini 4 Rekomendasi Menteri LHK Untuk Penanganan Banjir Sentani

“Akan dipikirkan pembuatan blok khusus untuk daerah permukiman, sehingga dapat dilakukan restorasi bersama dengan mereka. Secara aturan hukum Cagar Alam dapat direstorasi dan dijaga," terang Wiratno.

Menurut Wiratno, Cagar Alam Cycloop akan dikelola berkolaborasi dengan masyarakat adat sehingga proses restorasinya harus melibatkan masyarakat adat di kawasan tersebut.

Sebagian kawasan terbuka di Cycloop adalah kawasan sabana yang sulit ditumbuhi pohon karena lapisan bawah tanahnya adalah pasir, ini merupakan keunikan ekosistem di wilayah Sentani. Wilayah ini sangat berat untuk di jelajah, dengan tingkat kemiringan yang tinggi dan mulut sungai yang kecil, sehingga tidak ada korporasi yang dapat masuk.

Baca juga : Ini Penjelasan KLHK Soal Banjir Sentani

Selanjutnya untuk mengatasi bencana banjir bandang agar tidak kembali terjadi di masa depan, KLHK memberikan empat rekomendasi untuk segera diselesaikan. Pertana, mengembalikan kawasan hutan sesuai dengan fungsinya. Kedua, melakukan review tata ruang berdasarkan pertimbangan pengurangan risiko bencana dan mengembangkan skema adaptasi di titik banjir.

"Kemudian ketiga, internalisasi program rehabilitasi lahan di hulu dan tengah DAS terutama kawasan hutan ke dalam indikasi program pada tata ruang. Keempat, internalisasi program konservasi tanah dan air berupa Saluran Pembuangan Air (SPA) di lahan pertanian dan permukiman untuk meningkatkan pengaturan,” ungkap Putera.(RO/OL-5)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat