visitaaponce.com

Emak-emak Flotim Curhat ke RA Kartini Soal Imbas Gadget Bagi Generasi Muda

Emak-emak Flotim Curhat ke RA Kartini Soal Imbas Gadget Bagi Generasi Muda
Peringatan Hari R.A Kartini yang ke 144, pada Kamis (21/4) DWP UP Inspektorat setempat menggelar lomba menulis surat kepada RA Kartini.(MI/Alexander P.T)

KUMPULAN surat Kartini kepada sahabat-sahabatnya yang diterbitkan di Belanda dalam bentuk buku dengan judul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang), oleh Mr JH Abendanon tahun 1911, menginspirasi Dharma Wanita  Persatuan (DPW) Unsur Pelaksana (UP) Inspektorat Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.

Pada Peringatan Hari R.A Kartini yang ke 144, pada Kamis (21/4) DWP UP Inspektorat setempat menggelar lomba menulis surat kepada RA Kartini.

Dari surat yang masuk, umumnya emak emak mencurahkan dampak negatif ketergantungan anak dalam penggunaan Gadget. "Kami cemas akan cara didik anak di era digital. Anak anak sekarang banyak yang tergantung pada gadget. Mereka lebih memilih menghabiskan waktu bermain Game di HP nya, dari pada bermain dengan teman-teman. Bahkan anak saya, saat ini sulit untuk dapat melihat karena keseringan bermain gadget," ungkap Kristina, salah seorang peserta lomba menulis surat kepada RA Kartini.

Berbagai upaya terus dilakukan agar anaknya terbebas dari belenggu gadget, antara lain mendorong anak anak turut serta dalam berbagai kegiatan kerohanian di gereja atau masjid.

"Anak-anak diajarkan memiliki Rohani yang baik dengan terlibat aktif dalam kegiatan di Gereja maupun masjid. Sebelum berangkat atau keluar rumah harus berdoa dengan bertanda salib di pojok doa. Anak anak juga diajarkan untuk shalat 5 waktu. Cara ini semoga dapat mengurangi
ketergantungan mereka terhadap gadget," tulis salah seorang ibu.

Ada juga yang menuliskan kisah keberhasilan perjuangan kesetaraan Kartini dalam peran perempuan dan laki-laki dalam membina rumah tangga. Sebagai istri ASN hal itu menjadi pendorong agar suami fokus bekerja menjadi tulang punggung keluarga.

"Dalam hal melayani suami, sebagai seorang istri, selalu dijalankan dalam prinsip kesetaraan sebagaimana diperjuangkan Ibu Kartini. Kami menyiapkan segala kebutuhan suami dari bangun pagi hingga kembali beristirahat malam. Itu bentuk dukungan istri dalam kesuksesan pekerjaan
suami. Sama-sama bekerja dan bekerja bersama," ujar Ketua DWP UP Inspektorat Ny. Ilona Fernandez Aikoli Raya

Dalam sambutannya Ny. Ilona Fernandez Aikoli Raya menyampaikan kegiatan menulis surat ini juga merupakan suatu kegiatan Literasi. Kumpulan surat yang ditulis oleh ibu-ibu kepada RA Kartini akan dijilid dan dibukukan. Suatu ketika akan menjadi sejarah tentang pergerakan perempuan di masa ini.

Kartini sangat mengharapkan Wanita mendapat tempat yang sejajar, wanita akan menjadi pendamping suami dan mejadi pendidik dasar di rumah.

Ia menandaskan, Kartini memang tidak berada di garis depan mengangkat senjata seperti Cut Nyak Dien dan Laksamana Malahayati melawan penjajah. Atau, tidak serupa Ratu Kalinyamat yang sama-sama dari Jepara yang dengan gagahnya di medan laga. Ia juga bukan seorang yang tampil di mimbar umum memimpin dan mengorganisasi massa.

"Ujung pena Kartini, menjadi titik mula pengoyak keadaan dan 'rezim' status quo yang selama ini telah lebih dulu mengoyak mimpi-mimpinya," ungkap Ny. Ilona Fernandez Aikoli Raya.

Kartini, jelas Ny Ilona, hanya pembuka jalan, ia pencetus cara berpikir baru. Ia melakukannya dengan tulisan. Gagasan-gagasannya bersemi, tumbuh dan menjadi rujukan serta sumber semangat. (OL-13)

Baca Juga: Prabowo Serahkan Kunci Rumah ke Ahli Waris Pahlawan KRI Nanggala 402

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat