visitaaponce.com

Derita Petani Sawit Pasaman Barat, Harga Jatuh dan Pembelian Disetop

Derita Petani Sawit Pasaman Barat, Harga Jatuh dan Pembelian Disetop
Pekerja menimbang tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Bram Itam, Tanjungjabung Barat, Jambi, Selasa (15/3/2022).(Antara/Wahdi Septiawan.)

SUDAH jatuh tertimpa tangga. Demikian gambaran petani sawit di Pasaman Barat. Harga sawit buah tandan segar (BTS) yang biasanya Rp3.000-an, kini hanya sekitar Rp1.000-Rp1.400 per kg.

Per 26 April 2022, para toke pun tidak lagi membeli, sebab pabrik menutup operasi menjelang lebaran. "Petani sawit banyak mengeluh karena harga sawit tidak menentu. Parahnya, saudagar (toke) hari ini tutup untuk beli," bilang Akmal, seorang petani sawit di Nagari Aia Gadang, Kabupaten Pasaman Barat. Ketua Serikat Petani Indonesia (SPI) cabang Aia Gadang itu menambahkan pabrik di areal Nagari Aia Gadang Kecamatan Pasaman, tutup pada 28 April ini.

Petani lain, Limi, memutuskan membatalkan panen tandan buah segar (TBS) yang jatuh pada Sabtu (23/4), karena harga TBS jatuh drastis hari itu. Ini dipicu oleh kebijakan Presiden Jokowi melarang ekspor CPO.

Alhasil suka cita petani sawit akhir-akhir ini karena harga TBS tinggi pun sirna. Saat ini, menurut Ali, seorang petani sawit yang juga adik Limi, harga TBS berbeda. Ada yang bilang harga TBS Rp.1.700 per kg. Ada juga yang bilang harga TBS Rp700 per kg.

Yang jelas, kata Ali, harganya jatuh dari Jumat yang berkisar Rp3.000 lebih per kg. "Saya beruntung menjualnya Jumat karena harga masih tinggi, Rp3.000 per TBS. Nah, ketika Presiden Jokowi menegaskan larangan ekspor CPO, harga TBS turun jadi Rp.700," jelasnya, Senin (25/4).

Hal yang paling memukul, menurut Ali, yaitu keengganan pabrik membeli TBS sawit. Semua ini juga berdampak pada toke dan petani. Jadi, sambung Ali, mata rantai sawit itu, mulai dari pabrik, peron, toke, hingga petani paling di bawah. Ada toke menjual langsung ke pabrik dan peron.

Pada akhirnya, petani pun kadang menjual dengan harga berapa pun. Karena itu ada harga TBS Rp700 per kg. Dia juga menilai di lapangan harga minyak goreng tetap tinggi. Jatuhnya harga sawit yang dipicu kebijakan pemerintah, menurutnya, sama dengan membunuh petani. "Targetnya mafia, yang terdampak petani langsung," ujar Ali.

"Masak tikus makan padi di lumbung, lumbung yang dibakar. Mestinya diselesaikan kongkalikong. Tidak hanya petani, tetapi juga toke. Banyak yang demam," katanya. (OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat