visitaaponce.com

Ponpes Raudlatul Irfan Sukses Olah Limbah Aren untuk Budidaya Jamur Merang

Ponpes Raudlatul Irfan Sukses Olah Limbah Aren untuk Budidaya Jamur Merang
Ponpes Raudlatul Irfan di Dusun Sarayuda, Desa Kertaharja, Kecamatan Cijengjeung, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, memanfaatkan pengolahan limb(MI/Adi Kristiadi)

PONDOK Pesantren (Ponpres) Raudlatul Irfan di Dusun Sarayuda, Desa Kertaharja, Kecamatan Cijengjeung, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, memanfaatkan pengolahan limbah serabut aren untuk media jamur merang. Upaya yang dilakukan sejak lima tahun terakhir ini telah membuahkan hasil.

Limbah serabut aren yang biasanya dibuang, dimanfaatkan melalui tangan kreatif dan mampu menghasilkan jamur merang dengan harga yang ekonomis. Sekaligus solusi dalam menyelesaikan persoalan lingkungan di Kabupaten Ciamis. Potensi limbah serabut aren sejak lama di Kampung Kubang, Cilengkrang dan Bojong Renged, diolah menjadi tepung. Kemudian dicoba menjadi media tanam jamur merang dan ternyata hasilnya jauh lebih ekonomis.

"Awalnya, di sekitar lingkungan banyak sekali limbah aren yang dijadikan tepung untuk pakan sapi dan ikan tetapi hasilnya kurang maksimal. Namun, dicoba diolah menjadi media tanam jamur hasilnua luar biasa. Kami belajar mandiri dari internet, kini hasilnya bisa dijual ke pembudidaya jamur merang di Karawang," kata Irfan Soleh, seorang pengasuh Ponpes Raudlatul Irfan Ciamis, kemarin.

Irfan mengatakan, dari ujicoba jamur merang dengan limbah aren ternyata hasilnya lebih baik ketimbang menggunakan sekam. Pihaknya langsung memberanikan diri melakukan budidaya jamur di Dusun Sarayuda, Desa Kertaharja. Kini, pihaknya membuat jamur kemasan kaleng dan bisa untuk menghidupi santri dan lingkungan masyarakat sekitar.

"Kami mengolah jamur merang kemasan kaleng dimulai sejak 2015. Melibatkan sekitar 200 santri untuk mengelolanya. Alhamdulillah terus berkembang sebagai latihan bisnis para santri juga," katanya.

Semula, pihak ponpes menekuni budidaya jamur merang ini, jelas Sholeh belajar mandiri dan otodidak. Pihaknya belajar hingga ke Jogjakarta, saat itu medianya jerami. Hasilnya tidak optimal, kemudian ujicoba dengang menggunakan bahan baku serabut aren, kapur, dedak plus bibit jamur merang. Hasilnya jauh lebih bagus dan ekonomis.

"Awal pembuatan hingga panen jamur sekitar 40 hari, mulai di kumbung dengan suhu ruangan di 60 derajat dan turunnya 30 derajat. Setiap hari rata-rata memproduksi jamur merang  80-100 kilogram, dengan harga jual Rp35-40 ribu per kg. Pendapatan per bulannya sekitar Rp80 juta," ujarnya.

Budidaya pengolahan jamur merang ini, ungkap Sholeh, tantangannya cukup besar karena ancaman kebusukan jamur memiliki siklus hidup hanya 8 jam. Karena itu bagaimana untuk menghasilkan produk jamur merang yang bisa tahan lama, akhirnya ditemukan teknologi dikemas dalam kaleng.

"Jamur merang yang dikemas dalam kaleng bisa bertahan selama enam bulan tanpa perubahan kualitas. Hadirnya jamur merang di dalam kemasan kaleng menjadi hal baru terutama penyuka jamur di tanah air," ujar dia.

Selain itu, pilihan media serabut aren untuk budidaya jamur merang kebetulan saja di lingkungannya banyak limbah aren. "Alhamdulillah, dengan mengolah limbah serabut aren menjadi solusi jangka panjang persoalan limbah di lingkungan kami. Produksi jamur merang kaleng pesantren masih terbatas meski sudah merambah ke beberapa daerah berada di Kota, Kabupaten Bandung, Tasikmalaya, Ciamis dan Kota Banjar," katanya.

Izin BPOM

Melihat besarnya peluang bisnis jamur merang ini, ungkap Sholeh, pihak pesantren berencana memperluas produksi dengan melibatkan masyarakat setempat. Ponpes juga telah mengajukan perizinan produksi jamur ke  

kemasan seluruhnya dikantongi. Karena, untuk sekarang ini masih terkendala belum keluarnya perizinan berasal dari badan pengawas obat dan makanan (BPOM) halal termasuk cara produksi pangan olahan yang baik (CPPOB).

"Kami sudah mengajukan proses halal kepada BPOM dan sudah satu tahun belum mendapat sertifikat dari CPPOB. Kalau semua perizinan sudah keluar, rencana ekspor dan bermitra dengan masyarakat akan diperluas. Kita kasih modal dan menerima barangnya," paparnya.

Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya, Nurtjipto mengatakan, pihaknya mengapresiasi pengolahan limbah lingkungan oleh Ponpes Raudlatul Irfan. Apalagi telah menghasilkan produk bernilai tambah tinggi. Pengolahan limbah aren yang dilakukan mereka menjadi produk baru sejalan dengan upaya pemerintah dalam menggairahkan pemberdayaan ekonomi di lingkungan pesantren.

"Pengolahan jamur merang yang dilakukan Ponpres sangat luar biasa tidak hanya mendapatkan keuntungan, tapi juga ada upaya yang dapat dilakukannya di Pesantren dalam pengolahan limbah. Kami, juga telah membantu mereka memberikan mesin produksi pengolahan jamur merang dan produk kemasan bernilai tinggi tidak hanya menjadi media tanam jamur tapi tetap dimanfaatkan sebagai pupuk," pungkasnya. (OL-13)

Baca Juga: Gebyar Salawat dan Doa Untuk Ganjar Menggema di Bandung

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat