visitaaponce.com

Cuaca Buruk Berlanjut Pertanian Lahan Rawa di Kalsel Terancam

Cuaca Buruk Berlanjut Pertanian Lahan Rawa di Kalsel Terancam
Program optimalisasi lahan rawa di Desa Jejangkit Barito Kuala yang terbengkalai. (MI/Denny Susanto )

CUACA buruk dan bencana banjir menahun mengancam petani dan pertanian lahan rawa di Kalimantan Selatan (Kalsel). Apalagi setelah banjir besar pada 2021, sektor pertanian di Kalsel higga kini belum pulih. 

"Dampak dari bencana banjir besar yang melanda Kalsel pada 2021, sektor pertanian terpuruk. Hal ini juga diperparah kondisi cuaca buruk yang terus berlangsung dan banjir terus berulang. Di sisi lain upaya pemulihan pasca banjir memerlukan waktu lama," tutur Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel, Syamsir Rahman, Rabu (15/3).

Tercatat hampir 100 ribu hektare lahan persawahan di Kalsel tidak bisa ditanami padi. Tipe lahan yang paling terdampak ialah lahan rawa lebak dan rawa pasang surut.

Baca juga: Harga Cabai Dan Bawang Merah Di Cimahi Terus Naik

Lawan rawa yang tersebar di kabupaten seperti Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Selatan, Tapin, Banjar, dan Barito Kuala berkontribusi pada 25% dari total luas tanam padi di Kalsel. "Banjir tidak hanya menyebabkan lahan sawah petani tidak bisa ditanami, tetapi juga rusaknya infrastruktur lahan seperti saluran irigasi dan jalan usaha tani," kata Syamsir.

Sejumlah program pembangunan pertanian, seperti SERASI dan optimalisasi lahan rawa juga terhenti. "Ini menjadi ancaman bagi pertanian lahan rawa di Kalsel. Karena itu diperlukan solusi serta pengembangan riset dan teknologi yang lebih maksimal terkait sektor pertanian tanaman pangan ini," kata Berry Nahdian Furqon, Akademisi Universitas NU Kalsel, saat diskusi lingkungan bertema Nasib Petani dan Simalakama Membakar Lahan yang digelar IAAS Universitas Lambung Mangkurat dan Pena Hijau Indonesia beberapa waktu lalu.

Baca juga: Sambut Nyepi 2023, Pelindo Bagikan 3.500 Paket Sembako Gratis

Diketahui produksi padi Kalsel pada 2022 turun menjadi 883 ribu ton dari rata-rata produksi tahunan yang mencapai 1,1 juta ton. Meski demikian Kalsel masih mengalami surplus produksi sebesar 38 ribu ton.

Pantauan Media Indonesia, kondisi lahan pertanian rawa di Kalsel sebagian besar masih terendam banjir. Bakeri, petani dari Desa Nagara yang juga anggota Serikat Petani Indonesia, Hulu Sungai Selatan mengatakan banyak petani di wilayahnya terpaksa beralih profesi menjadi buruh atau tukang dan sebagian lagi menyewa lahan pertanian di daerah lain.

Kepala Desa Jejangkit Pasar, Kecamatan Jejangkit, Barito Kuala, Taufik mengatakan banjir menyebabkan ribuan hektare lahan pertanian pasang surut di Kecamatan Jejangkit tidak bisa ditanam. "Banjir sudah berlangsung beberapa musim tanam. Tidak hanya karena luapan sungai tetapi juga adanya aktifitas pembuangan air dari perusahaan perkebunan sawit. Ini sangat merugikan petani," ujarnya.

Dalam beberapa hari terakhir hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang melanda sebagian besar wilayah Kalsel. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat