visitaaponce.com

Di Keraton Yogyakarta, Kaisar Jepang Disuguhi Beksan Lawung Jajar

Di Keraton Yogyakarta, Kaisar Jepang Disuguhi Beksan Lawung Jajar
Sri Sultan Hamengku Buwono X (kiri) menyambut Kaisar Jepang Naruhito di Keraton Yogyakarta.(MI/Humas Pemda DIY)

TIBA di Regol Kemandungan Lor atau Keben, Yang Mulia Kaisar Jepang Naruhito disambut putri sulung Sri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Mangkubumi, yang juga Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Datu Dana Suyasa Kraton Yogyakarta.

"Ya, seperti biasa, kami menerima dan mempersembahkan tarian kemudian dinner," ungkap GKR Mangkubumi di usai kunjungan Kaisar Jepang itu, Rabu (21/6) malam.

Dari Kemandungan, Kaisar Jepang kemudian masuk ke pelataran Sri Manganti. Melintasi kompleks Sri Manganti, Kaisar Jepang mendapat penghormatan dari Prajurit Wirabraja yang mengenakan seragam keprajuritan lengkap serba merah disertai senjata, bendera (klebet), dwaja dan alat musik (ungel-ungelan) berbaris memanjang dari utara ke selatan di area plataran.

Baca juga: Gendhing Jawa Sambut Kaisar Jepang di Balai Teknik Sabo Sleman

Pada kesempatan ini, turut menyambut yakni Putri Dalem GKR Condrokirono,  GKR Maduretno, GKR Hayu, GKR Bendara, serta Mantu Dalem KPH Wironegoro, KPH Purbodiningrat, KPH Notonegoro, dan KPH Yudonegoro. 

Hadir pula cucu Ngarsa Dalem RM Gustilantika Marrel Suryokusumo, R.Ay Arti Ayya Fatimasari dan RM. Dhrastya Wironegoro.

Selanjutnya Kaisar Jepang Yang Mulia Hironomiya Naruhito disambut Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X bersama Permaisuri GKR Hemas di Regol Danapratapa.

Baca juga: Kaisar Jepang akan Kunjungi Tempat Bersejarah dan Makan Malam di Keraton Yogyakarta

Raja Kesultanan Yogyakarta ini mengenakan busana baju takwa, jarik motif parang gurda dan kuluk kanigara.

Di tempat penyambutan tersebut, Kaisar Jepang dan Sri Sultan bersama Permaisuri kemudian berfoto bersama.

Seusai penyambutan di Regol Danapratapa, alunan repertoar persembahan Abdi Dalem Musikan bergema di Kagungan Dalem Bangsal Mandalasana, mengiringi Sri Sultan, GKR Hemas, dan Yang Mulia Kaisar Jepang menuju Tratag Kagungan Dalem Bangsal Kencana. 

Selanjutnya, Yang Mulia Kaisar bersama Ngarsa Dalem dan GKR Hemas menyaksikan benda koleksi milik Keraton di sisi utara Tratag Kagungan Dalem Bangsal Kencana.

"Dalam kunjungan Kaisar Jepang kali ini, Kawedanan Radya Kartiyasa memamerkan beberapa koleksi Keraton Yogyakarta berupa Batik motif Parangrusak Barong, Batik motif Kawung, Batik Motif Purbanegara, Batik motif Sidaluhur, Pusaka Keris, dan tentunya Manuskrip," jelas Carik Kawedanan Radya Kartiyasa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat Nyi R Ry Noorsundari.

Kepada tamunya, Keraton Yogyakarta memamerkan Manuskrip bertajuk Serat Baratayuda yang dibuat pada masa Sri Sultan Hamengku Buwana VII-VIII. Serat ini bercerita tentang perang saudara Pandawa dan Kurawa, karena Kasultanan Yogyakarta bersendikan Islam, maka Pandawa melambangkan prinsip keislaman (Rukun Islam), Kurawa melambangkan 100 dosa yang harus dilawan manusia.

Pada akhir peperangan Pandawa yang menang, walaupun banyak sekali korban. Gambar pada manuskrip ini sama dengan tokoh yang ada dalam wayang kulit.

Yang Mulia Kaisar Jepang juga juga melihat pertunjukan display pertunjukan wayang kulit persembahan Kawedanan Kridhamardawa di Tratag Bangsal Kencana sisi selatan.

Tidak hanya itu, di hadapan Kaisar Jepang, Kraton Yogyakarta menyuguhkan tarian Beksan Lawung Jajar yang ditarikan oleh penari pria.

"Tarian di kraton itu ada tingkatan-tingkatannya. Selain Bedhaya, Beksan Lawung ini termasuk yang memiliki strata tertinggi. Beksan ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwono I ini adalah salah satu tarian tertua yang dimiliki Keraton Yogyakarta. Oleh karena itu, beksan ini kerap ditampilkan saat Keraton Yogyakarta menerima kepala-kepala negara sahabat seperti halnya Kaisar Jepang," tutur Penghageng Kawedanan Kridhamardawa KPH Notonegoro.

Beksan Lawung Ageng diciptakan Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792) yang menggambarkan adu ketangkasan prajurit bertombak. Tarian ini menggambarkan suasana berlatih perang dan adu ketangkasan dalam bermain tombak. Gerakan-gerakan dalam tarian ini mengandung unsur heroik, patriotik, dan berkarakter maskulin. 

Dialog yang digunakan dalam  tarian merupakan campuran dari bahasa Madura, Melayu, dan Jawa. Dialog tersebut umumnya adalah perintah-perintah dalam satuan keprajuritan.

Seperti tari gaya Yogyakarta lainnya, Beksan Lawung Ageng juga mengandung falsafah hidup. Melalui tarian ini, Sri Sultan Hamengku Buwono I menanamkan nilai-nilai keberanian serta ketangkasan seorang prajurit keraton. 

Selama lebih dari dua abad, tari ini telah menjadi sarana pembentukan karakter jiwa seorang ksatria melalui kedisiplinan berolah fisik dan berolah batin.

Sebelum mengakhiri lawatannya, Yang Mulia Kaisar Jepang bersantap malam di Bangsal Manis bersama dengan Sri Sultan HB X didampingi GKR Hemas, Putri Dalem, Mantu Dalem, dan Wayah Dalem. 

Beberapa menu yang disajikan seperti setup jambu, sop ayam galantin, sate ayam jeruk nipis, udang bakar madu, dan es teler cake. 

Yang Mulia Kaisar Jepang beserta rombongan beranjak meninggalkan Keraton sekitar pukul 19.50 WIB untuk meneruskan agenda selanjutnya keesokan harinya di Provinsi Jawa Tengah. (Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat