visitaaponce.com

793 Titik Panas Terdeteksi di Sumsel, Gubernur Minta Bantuan BNPB

793 Titik Panas Terdeteksi di Sumsel, Gubernur Minta Bantuan BNPB
Ilustrasi(Antara)

BERDASARKAN pantauan satelit Lapan, saat ini tercatat sudah ada 793 titik panas (hotspot) di Sumatra Selatan. Karena itu, Pemprov Sumsel sudah memaksimalkan persiapan dan penanganan kebakaran hutan dan lahan di 17 kabupaten dan kota, utamanya daerah rawan karhutla.

Gubernur Sumsel, Herman Deru mengungkapkan, ada 12 kabupaten yang rawan karhutla. "Kita berharap BNPB dapat memberikan perhatian khusus," katanya.

Diakui Herman Deru, Sumsel sudah jauh hari melakukan pencegahan, penanganan, rehabilitatif dan penegakkan hukum terhadap pelaku karhutla. "Tapi yang paling efektif adalah TMC (teknologi modifikasi cuaca) atau pembasahan. Karenanya kita harapkan bantuan dari BNPB," imbuh dia.

Baca juga : BNPB Antisipasi Peningkatan Karhutla di Sumsel

Kapolda Sumsel Irjen Pol A Rachmad Wibowo  mengatakan, luasan lahan yang terbakar di Sumsel hingga Juni ini mencapai 131 hektar dibandingkan tahun sebelumnya.

Penurunan ini tidak terlepas dari kesiapsiaggan tim di lapangan untuk memadamkan hotspot dan firespot. Namun begitu, diakuinya, kendala dalam penangganan hotspot karena kondisi geografis yang sulit dijangka baik roda dua maupun roda empat sehingga untuk memadamkan harus dilakukan melalui waterboombing.

Baca juga : Antisipasi Potensi Karhutla, TMC Dilanjutkan di Kalimantan

Selain itu, kata dia, pencegahan karhutla juga melalui modifikasi cuaca sangat penting sehingga lahan jadi basah. "Satu pekan ini, hampir setiap hari hujan dan ini harus terus dilakukan untuk mencegah kekeringan yang dapat memicu karhutla," jelasnya

Sepanjang 2013 ini, ada 19 tertangkap dan 16 orang yang masuk tahap kedua. Dari 19 tersangka itu dominan dari daerah  Musi Rawas, Muara Enim dan Pali.  "Terjadi pergeseran pembakaran lahan ini," jelas dia.

Diakui Wibowo, pihaknya pun menpublish baik media massa maupun media sosial mereka yang melakukan pembakaran hutan dan lahan hal tersebut agar memberikan efek jera terhadap masyarakat.

"Masalahnya tidak banyak masyarakat yang paham dengan media massa maupun media sosial sehingga pembersihan lahan dengan membakar masih terjadi," pungkasnya. (Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat