visitaaponce.com

Gempa DIY Jadi Pengingat bahwa Zona Subduksi Selatan Jawa masih Aktif

Gempa DIY Jadi Pengingat bahwa Zona Subduksi Selatan Jawa masih Aktif
Ilustrasi gempa(Dok.MI)

GEMPA bumi yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Jumat (30/6) menjadi pengingat bahwa zona subduksi Selatan Jawa masih aktif dan berpotensi menimbulkan gempa yang cukup besar. Hal itu dikatakan oleh Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono.

"Wilayah DIY merupakan kawasan yang kompleks karena dari laut dan darat memiliki sumber gempa. Dari laut ada zona subduksi yang memiliki potensi magnitudo target mencapai 8,7 dan di daratan terdapat Sesar Opak yang memiliki magnitudo target 6,6," kata Daryono dalam konferensi pers yang diselenggarakan pada Jumat (30/6).

Berdasarkan catatan sejarah, sudah ada sebanyak 12 kali gempa besar yang diakibatkan oleh zona subduksi Selatan Jawa. Terakhir ialah pada 2 September 2009, dengan kekuatan 7,8 magnitudo.

Baca juga: Kerusakan Gempa 6.4 Magnitudo DIY Paling Banyak di Gunungkidul

Selain itu, di Selatan Jawa juga ada catatan sejarah tsunami sebanyak delapan kali. Yakni tahun 1818, 1840, 1859, 1904, 1921, 1957, 1994 dan 2006.

"Ini merupakan catatan penting terkait dengan potensi dan bahaya gempa dan tsunami di Selatan Yogyakarta dan Selatan Jawa pada umumnya," imbuh dia.

Baca juga: Gempa di Bantul Terasa hingga Tasikmalaya, Warga Berhamburan ke Luar Rumah

Dalam hal ini, Daryono mengatakan BMKG telah melakukan serangkaian edukasi untuk memberikan bekal bagi masyarakat menghadapi ancaman gempa bumi dan tsunami. Beberapa yang sudah dilakukan ialah sekolah lapangan gempa pada 2015, 2016, 2020. Kemudian pada 2021 juga dilakukan edukasi di sekolah mengenai gempa bumi di Kulonprogo. Dan pada 2022 telah dilakukan edukasi gempa bumi di Bandara Internasional Yogyakarta.

"Ini merupakan upaya BMKG dalam meningkatkan kapasitas untuk menghadapi gempa dan tsunami," imbuh dia.

Seperti diketahui, pada Jumat (30/6) terjadi gempa berkekuatan 6.4 magnitudo di wilayah Bantul, DIY. Gempa itu berpusat dari kedalaman 67 km.

Analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa itu terjadi akibat adanya tumbukan lempeng Samudera Indo Australia atau lempeng Samudra Hindia yang menumbuk masuk ke Lempeng Eurasia. Gempa itu dirasakan guncangannya di beberapa wilayah, seperti Bantul, Tulungagung, Nganjuk, Kebumen, Ponorogo, Pacitan, Trenggalek.

Selain itu, gempa juga dirasakan di Karangkates, Klaten, Kulonprogo, Wonogiri, Purwokerto, Pacitan, Gresik Malang, Salatiga, Jepara, Lumajang, Ngawi, Blora hingga Bandung. (Ata/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat