visitaaponce.com

140 Ribu Lebih Sapi di Gunungkidul Rentan Antraks

140 Ribu Lebih Sapi di Gunungkidul Rentan Antraks
Ilustrasi pasar sapi(MI / Agus Utantoro )

KEMENTERIAN Pertanian mengungkapkan, sebanyak 143.796 ekor sapi, 202.355 ekor kambing, dan 11.000 ekor domba berpotensi rentan antraks di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Kabupaten itu sedianya diketahui sebagai wilayah endemis antraks.

"Ketika endemis antraks tidak dilakukan penanganan secara baik, baik itu di tanah, lingkungan, dan kesadaran masyarakatnya, maka ini akan terus berlanjut kasusnya," ujar Direktur Kesehatan Hewan Kementan Nuryani Zainuddin dalam konferensi pers yang dikutip pada Jumat (7/7).

Kasus antraks kerap ditemukan di Kabupaten Gunung Kidul. Pada Mei 2019, misalnya, kasus antraks ditemukan di Dukuh Grogol IV, Desa Bejiharjo, Kepanewon/Kecamatan Karangmojo. Lalu di Desember 2019 hingga Januari 2020 ditemukan kasus antraks di Dukuh Ngrejek, Desa Gombang, Kepanewon Ponjong.

Baca juga: Wamentan Harvick Ajak Masyarakat Bali Berperan Aktif Kendalikan Rabies

Kementan juga mencatat antraks terjadi di Dukuh Kebowan, Desa Gombang, Kepanewon Ponjong dan di Dukuh Jetis, Desa Hargomulyo, Kepanewon Gedangsari pada Januari 2022. Teranyar ialah antraks yang terjadi pada Mei-Juni 2023 di Dukuh Jati, Desa Candirejo, Kepanewon Semanu.

Kasus antraks terbaru di Gunungkidul, kata Nuryani, ditemukan oleh Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates setelah menerima sampel tanah dari lokasi kematian ternak yang diduga antraks pada 15 Juni 2023.

Baca juga: Antisipasi Antraks, Pempov Kalsel Perketat Lalu Lintas Ternak

Dari hasil penelusuran Dinas Peternakan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, diketahui kematian ternak terjadi pada November 2022, April, dan Mei 2023. Namun hal itu baru dilaporkan ke dinas terkait pada 2 Juni 2023.

Nuryani mengatakan, Kementan sudah memberikan vaksin antraks ke Kabupaten Gunungkidul setiap tahunnya. Tahun ini, misalnya, Kementan mengalokasikan 96 ribu dosis antraks ke tiap provinsi. Sebanyak 2.500 dosis diantaranya dialokasikan ke Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Namun karena kurangnya kesadaran masyarakat, antraks masih kerap terjadi, utamanya di Kabupaten Gunungkidul.

"Tapi karena terbentuk spora di tanah dan adanya faktor risiko dari Purak, yang masyarakat di Yogya ini ketika ada hewan mati, dibagi-bagikan kepada tetangganya dan itu kemudian memunculkan risiko kejadian antraks yang begitu cepat kasusnya pada manusia," jelas Nuryani.

Lebih lanjut, ia menyampaikan, Kementan telah melakukan penyuntikkan antibiotik kepada 78 sapi dan 286 kambing dan domba pada daerah rentan tertular dan di daerah terancam tertular. Sejalan dengan itu sosialisasi dan vaksinasi antraks pada daerah tertular dan terancam juga dilakukan guna mengantisipasi penyebaran.

Nuryani menambahkan, Kementan telah menyusun rencana tindak lanjut terkait kasus antraks di Gunungkidul, yakni, melakukan penyelidikan dan penelusuran terhadap potensi adanya penjualan ternak sekandang dengan ternak sakit atau mati.

Lalu melakukan koordinasi lintas kabupaten/kota dan provinsi yang berbatasan dengan Gunungkidul untuk antisipasi mencegah munculnya kasus di lokasi baru. Kemudian melanjutkan luasan pengobatan dan vaksinasi ternak di padukuhan dan desa di luar yang berbatasan dukuh tertular.

Selanjutnya melanjutkan monitoring ada tidaknya spora antraks di lokasi bekas pemotongan, penguburan, dan tempat lainnya yang berisiko. Terakhir, yaitu, meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi terkait bahaya kesehatan aktivitas purak atau brandu ternak-ternak yang mati atau sakit. (Mir/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat