visitaaponce.com

Pemerintah Harus Prioritaskan Rel Trans Sumatra Dibanding LRT dan Kereta Cepat

Pemerintah Harus Prioritaskan Rel Trans Sumatra Dibanding LRT dan Kereta Cepat
Pengamat kebijakan publik Bambang Haryo Soekartono (pakai batik) meninjau Stasiun Kertapati, Kota Palembang, beberapa hari lalu.(Ist)

KERETA  reguler (biasa) berbasis rel dinilai mampu menghidupkan perekonomian dengan mengangkut penumpang dan logistik (barang) dengan jumlah besar/massal, sehingga dengan kuantitas yang besar angkutan penumpang dan logistik bisa menumbuhkan dan menghidupkan perekonomian di wilayah Sumatra. 

Hal tersebut diungkapkan pengamat kebijakan publik Bambang Haryo Soekartono (BHS) saat meninjau operasional kereta api Stasiun Kertapati, Kota Palembang, beberapa hari lalu.

Untuk saat ini Trans Sumatra sudah terhubungkan separuh dari panjang rel yang telah dibangun di zaman Hindia Belanda dan masih sekitar 1.300 kilometer yang belum terhubungkan rel kereta api dari sekitar 3.500 kilometer panjang rel Trans Sumatra.

Baca juga: Mudahkan Layanan ke 12 Juta Pelanggan, KAI Luncurkan Aplikasi Terbaru

“Dan ini harusnya menjadi prioritas utama bagi pembangunan yang ada di wilayah Sumatra, bukan kereta cepat atau LRT,” ungkap Bambang Haryo dalam keterangan tertulis, Jumat (11/8). 

Untuk membangun 1.300 kilometer membutuhkan biaya sekitar Rp 40 triliun dengan harga per kilometernya rel rata-rata sekitar Rp30 miliar-Rp40 miliar.

Biaya Pembangunan LRT Bisa Tiga Kali Lipat

“Harga tersebut setara dengan tiga kali lipat biaya pembangunan LRT di Palembang yang hanya menghasilkan pendapatan untuk saat ini sebesar Rp15 miliar per tahun,” imbuh Bambang Haryo.

Alumni ITS Surabaya ini juga mengatakan, sebagai contoh angkutan kereta api dijalur Palembang-Lampung dengan jarak sekitar 230 kilometer saat ini sudah mengoperasikan tiga rangkaian kereta penumpang.

Baca juga: Ke Masa Depan dengan Kereta Api Indonesia

Setiap rangkaian terdiri dari 10 gerbong penumpang dengan kapasitas 60 tempat duduk pergerbong yang total menghasilkan per tahunnya sekitar Rp50 miliar dengan asumsi  setiap keberangkatan  load factor rata rata sekitar 70%. 

Di lintas tersebut juga mengoperasikan 60 rangkaian kereta barang per hari, yang setiap rangkaian kereta terdiri dari 61 gerbong barang yang bermuatan 50 ton setiap gerbong, sehingga per harinya terangkut sekitar 186 ribu ton barang (data dari KAI Pusat dan KAI Sumatra Selatan) yang nilainya jauh lebih besar daripada pendapatan LRT per tahunnya. 

Baca juga: Ada 122 Kejadian Tertemper Kereta, KAI Sosialisasi Keselamatan Lalu Lintas

“Apalagi keberangkatan dari Palembang juga ada yang menuju ke Lubuklinggau arah utara Palembang yang berjarak sekitar 300 kilometer dengan jumlah rangkaian kereta penumpang dan barang jauh lebih besar daripada yang menuju ke Lampung,” ucap Bambang Haryo.

Load factor kepadatan rangkaian ini masih bisa dimaksimalkan dengan penambahan rangkaian kereta api dijalur tersebut dan ini jelas bisa berfungsi untuk memindahkan kepadatan jalan raya di angkutan penumpang dan logistik.

Baca juga: Presiden Sebut Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan Diresmikan September

Tentunya juga bisa menghemat biaya kerusakan infrastruktur akibat angkutan ODOL serta mengurangi jumlah kecelakaan di jalan raya, dan juga bisa menumbuhkan ekonomi secara cepat karena dihidupkannya transportasi super massal penumpang dan logistik kereta api. 

Membangun Rel Trans Sumatra Lebih Efektif

“Apalagi kalau kita merealisasikan pembangunan rel Sumatra, maka tidak hanya PT KAI bisa membiayai investasi relnya tetapi juga bisa menumbuhkan ekonomi wilayah-wilayah yang saat ini belum terhubungkan dengan rel kereta api di sepanjang rel trans Sumatra,” kata Anggota DPR RI periode 2014-2019 ini.

Karenanya, lanjut Bambang Haryo, pembangunan rel Trans Sumatra jauh lebih efektif dibandingkan dengan membangun kereta api cepat atau LRT yang hanya mengangkut penumpang saja dalam jumlah kecil yang kurang bermanfaat untuk pembangunan ekonomi dan malah menggerus APBN. (RO/S-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat