visitaaponce.com

Yudha Bertahan di Sisi Bara Tradisi Jaga Kualitas

Yudha Bertahan di Sisi Bara Tradisi Jaga Kualitas
Yudhasedang memerhatikan kondisi tungku di pabrik peleburan aluminium PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Jumat (8/9/2023)(MI/Yoseph Pencawan )

HANDUK putih yang tampak kumal terlilit di leher Yudha bukan hanya untuk menyeka keringat.  Handuk kecil itu juga berfungsi melindungi lehernya dari debu panas yang bisa saja berembus dari deretan tungku peleburan.

Yudha dan para karyawan lain sebenarnya sudah cukup aman. Mereka selalu mengenakan helm berpenutup fiber glass transparan dan seragam tebal saat bekerja. Namun sepertinya itu belum cukup jika berurusan dengan panas hingga 1.000 derajat celsius.

Berada puluhan meter dari tungku yang tertutup saja masih terasa seperti terpanggang. Apalagi sampai harus berkutat mengawasi, merapikan atau memperbaiki tungku yang terbuka jika ada masalah. Tidak ada toleransi untuk satu kesalahan.

Yudha Putra Utama bertugas sebagai Supervisor Potline 1 di pabrik peleburan aluminium PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Dengan 170 dari sekitar 510 tungku peleburan yang ada di Potline 1 saja,  perseroan bisa menghasilkan 1,4 ton aluminium dalam sehari.

Yudha dan sejumlah karyawan di Stasiun 1 sedikit lebih sibuk dari biasanya pada Jumat (8/9) siang itu. Beberapa serpihan katoda terjatuh ke dalam salah satu tungku sehingga harus dibersihkan. Tungku harus selalu dalam keadaan bersih agar dapat menghasilkan aluminium murni (ingot) yang baik.

Inalum menggunakan energi listrik dalam menjalankan pabrik yang sudah beroperasi sejak 1982 itu. Proses elektrolisis di dalam tungku yang
menghasilkan suhu panas tinggi untuk meleburkan alumina menjadi aluminium, membutuhkan bongkahan katoda.

Dan serpihan dari bongkahan katoda tersebut kadang terjatuh ke dalam tungku. Namun menurut Yudha itu bukan masalah besar. "Sekali-sekali serpihan katoda terjatuh ke tungku, biasa. Tapi harus cepat dibersihkan. Tungku harus bersih supaya peleburan berjalan lancar," jelasnya.

Terlihat upaya pembersihan dilakukan dengan mengangkat satu per satu serpihan dengan menggunakan penjepit baja besar yang digerakkan operator. Yudha dan sejumlah karyawan terlihat tenang meski berhadapan dengan tungku yang terbuka dan serpihan katoda yang masih membara.

Mereka tidak memadamkan bara karena tungku harus terus beroperasi kecuali mengalami kerusakan, pemeliharaan atau atau pergantian komponen. Dalam kondisi normal, tungku mampu beroperasi nonstop lebih dari enam tahun.

Tidak sampai 30 menit, semua serpihan sudah dimasukkan ke dalam tong besar berbahan logam. Ketenangan dan kecermatan mereka bekerja mungkin dapat menjawab bagaimana bisa pabrik bersuasana bak "neraka" itu sangat minim terjadi kecelakaan kerja. "Sepanjang tahun 2023 ini tidak ada kecelakaan kerja," ungkap Yudha.

baca juga: DPR Apresiasi Bahlil Tarik Investasi Baterai Kendaraan Listrik Rp630 Triliun

Untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan gangguan kesehatan, seluruh karyawan pabrik peleburan juga wajib menjalani pemeriksaan medis setiap enam bulan. Menghindari kecelakaan fatal akibat operasional kendaraan angkut, diterapkan pula keharusan untuk berhenti minimal tiga detik di setiap persimpangan.

Mendekam beberapa saat di sisi tungku yang baru dibersihkan, Yudha kembali mondar-mandir di Stasiun 1. Dari beberapa area kontrol di Potline 1, dia lebih sering wara-wiri di sekitaran Stasiun 1.

Menurutnya stasiun ini unik. Pada beberapa tungku di stasiun itu kerap dilakukan uji coba teknologi formula peleburan terbaru. Seperti yang kini dilakukan, mereka sedang mengujicoba teknologi formula peleburan yang didatangkan dari Uni Emirat Arab. "Kalau kita bilang, ini namanya Pot Pilot Test," ujarnya.

Hari sudah mulai sore, tetapi belum nampak kesibukan pabrik yang mengendur. Pandangan mata Yudha juga masih berbinar, seperti saat kali pertama dia memulai kerja di pagi hari. Baginya, bekerja di dalam kantor atau pabrik peleburan seperti tidak ada perbedaan. Di matanya, jabatan adalah tanggungjawab yang tidak dapat diwakilkan.

Lulusan Teknik Kimia Universitas Sumatra Utara  itu melihat apa yang mereka kerjakan juga bermanfaat untuk negara dan masyarakat global dengan tetap memerhatikan pelestarian lingkungan. Dia tahu persis, pabrik yang berada di Kabupaten Batubara ini tidak menyisakan buangan yang membahayakan lingkungan. Gas CO² yang keluar dari peleburan dihisap dengan instalasi GTS (Gas Treatment System).

Anoda yang sudah dipakai juga akan didaur ulang dan dijadikan lagi sebagai bahan baku. Begitu pun dengan tumpahan atau ceceran alumina, akan didaur ulang kembali.

Sepak terjang Yudha dan kawan-kawan di pabrik peleburan menjadi salah satu pondasi tumbuh kembang Inalum setelah dinasionalisasi dari Jepang mulai 2013 dan menjadi salah satu BUMN milik negeri. Jika rapuh di peleburan, maka produksi akan mudah rontok.

Data terkini menunjukkan Inalum mampu mencatatkan kinerja yang optimistis. Mahyaruddin Ende, Corporate Secretary Inalum membeberkan bahwa sepanjang 2022, perseroan mengantongi pendapatan bersih 57% lebih banyak dari tahun lalu.

Kinerja ini sesuai dengan rencana pertumbuhan yang berkelanjutan dari perusahaan yang ditandai oleh pertumbuhan compounded annual growth rate (CAGR) 2020-2022 sebesar 38%. Kemudian pertumbuhan laba bersih hingga 252%, EBITDA 81%, aset 13% dan ekuitas 23%.

Key Performance Index (KPI) Inalum juga berhasil meraih skor 100,86 dan Tingkat Kesehatan Perusahaan di angka 95% (berpredikat sehat/AA). Pada 2023, Inalum akan fokus pada pengembangan operasional di ekosistem hilirisasi aluminium nasional. Baik dalam hal pengembangan lingkup rantai pasok aluminium maupun pengembangan energi hijau.

Dengan semangat membara Yudha dan karyawan yang lain serta portofolio yang kinclong itu rasanya sangat mungkin bagi Inalum mencetak target produksi double capacity demi memenuhi permintaan pasar domestik yang saat ini mencapai 1 juta ton aluminium per tahun.(N-1)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat