visitaaponce.com

Tujuh Desa Wisata di Lombok Tandatangani MoU dengan Industri Pariwisata

Tujuh Desa Wisata di Lombok Tandatangani MoU dengan Industri Pariwisata
Program kemitraan desa wisata di Lombok dengan pelaku industri pariwisata(Dok. Kemenparekraf)

PROGRAM Kampanye Sadar Wisata (KSW) 5.0 yang telah berjalan sejak 2022 dengan dukungan penuh Bank Dunia, di enam Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP), kini telah memasuki tahap pendampingan akhir di desa-desa wisata

Proses pendampingan terus melahirkan sejumlah langkah kolaborasi dengan berbagai pihak termasuk industri pariwisata, untuk memastikan keberlanjutan program peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan kualitas pelaku pariwisata dan pengembangan desa wisata yang telah dilakukan selama program Kampanye Sadar Wisata 5.0.

Sebanyak 7 desa wisata di Lombok mengesahkan nota kesepahaman dengan pelaku industri pariwisata pada Kamis (14/9), untuk bekerja sama dalam peningkatan kapasitas SDM pariwisata, pemasaran paket wisata, serta hilirisasi produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) desa wisata. 

Baca juga : Desa Wisata Edelweiss Raih Penghargaan Berkat Kolaborasi Bersama 

Langkah awal kerja sama itu diharapkan dapat menjembatani dan mengakselerasi kebutuhan kedua pihak serta saling memberikan manfaat, agar dampak positif program Kampanye Sadar Wisata 5.0 semakin dirasakan pada peningkatan ekonomi dan perluasan lapangan kerja.

Penandatanganan nota kesepahaman antara desa wisata di Lombok dengan kalangan industri adalah sebagai berikut Desa Wisata Senteluk dengan Holiday Resort Lombok, Desa Wisata Jerowaru dengan Ekas Breaks Resort, Desa Wisata Pusuk Lestari dengan Sunset House Lombok, Desa Wisata Medana dengan Lombok Golf Kosaido, Desa Wisata Buwun Mas dengan Lombok Experience Tour & Travel, Desa Wisata Gili Gede Indah dengan Ko Ko Mo Resort, dan Desa Wisata Sekotong Barat dengan Ko Ko Mo Resort.

Baca juga : Nominasi ADWI 2023, Kemenparekraf Kunjungi Desa Wisata Kenderan Gianyar

“Kemitraan itu penting, karena desa wisata adalah pariwisata yang berbasis masyarakat, sehingga membutuhkan pendampingan.  Di sisi lain, industri pariwisata juga tidak bisa mendominasi dengan aspek bisnis karena usaha pariwisata ini adanya di destinasi pariwisata, termasuk di desa wisata,” jelas I Ketut Suabawa, narasumber Pendampingan KSW 5.0 yang berasal dari kalangan industri hospitality dan asosiasi. 

Penandatanganan nota kesepahaman ini, ujar Suabawa, akan ditindaklanjuti dengan ruang diskusi agar pihak industri dan desa wisata dapat merumuskan Memorandum of Agreement (MoA) yang bersifat lebih rinci untuk kebutuhan jangka pendek maupun menengah. 

“Adanya keberlanjutan ini yang membedakan Kampanye Sadar Wisata dengan program-program serupa. Kami juga akan terus memonitor pelaksanaannya, serta menjembatani apabila terdapat kendala meskipun program ini sudah selesai,” lanjutnya. 

Isi nota kesepahaman yang ditandatangani meliputi pendampingan lanjutan untuk peningkatan kapasitas SDM, pemasaran paket wisata dari desa wisata bagi tamu hotel, serta upaya agar hasil produksi UMKM desa wisata dapat terserap pihak industri. 

“Paket wisata ini kita susun selama proses pendampingan dan sudah diuji coba oleh narasumber sehingga kualitasnya sudah sesuai standar. Maka hotel dapat merekomendasikan paket ini kepada tamu, sehingga masa tinggal tamu pun jadi lebih lama,” terang Suabawa. 

Sejalan dengan itu, salah satu pelaku pariwisata yang dalam program ini disebut sebagai Local Champion yakni Lukmanul Hakim dari Desa Wisata Jerowaru, Lombok Timur, menyatakan apresiasi terhadao program Kampanye Sadar Wisata 5.0 yang telah berhasil membantu desa Jerowaru membuat dan mematangkan berbagai paket wisata hingga menjadi nyata dan layak jual. 

“Saya juga berharap informasi paket wisata ini bisa lebih disebarkan juga ke hotel-hotel agar banyak wisatawan berkunjung ke Desa Jerowaru, misalnya ke Bale Mangrove. Sudah terbukti setelah kami menyebarkan brosur di hotel, turis mancanegara mulai datang. Karena itu, kami juga sekarang memerlukan pelatihan untuk pemandu berbahasa asing,” paparnya.

Dampak positif berkembangnya pariwisata pasca program KSW 5.0, jelas Lukman, sudah dirasakan warga. Misalnya para penjual di destinasi wisata per hari bisa mendapatkan penghasilan di atas Rp300 ribu sementara sebelumnya sebagai petani atau nelayan pendapatan per hari sekitar Rp30 ribu. 

Difasilitasi program KSW 5.0, Desa Jerowaru juga berhasil mencairkan pendanaan sebesar Rp231 juta dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk pengembangan pariwisata. 

“Melihat progress dan potensi yang ada, kami juga telah mendapatkan anggaran dari berbagai kementerian. Ini wujud kolaborasi pentahelix  antara pengelola, badan usaha, pemerintah, antar kementerian,” ujar Lukman.

Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) Florida Pardosi mengatakan, Program Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan (P3TB) dan Program Kampanye Sadar Wisata (KSW 5.0) memang berakhir tahun ini, namun berbagai kolaborasi dilakukan untuk memastikan keberlanjutan dukungan bagi pengembangan desa wisata.

“Untuk menjaga keberlanjutannya, kami mengetuk pintu ke semua korporasi, lembaga internasional, maupun Kementerian dan Lembaga untuk 'jualan' program desa-desa wisata yang terintervensi program ini. Banyak sekali kemungkinannya agar program ini bisa terus berjalan, dengan dukungan lintas sektor dan pentahelix,” tegasnya.

Kepada pelaku pariwisata, Florida menyampaikan ajakan terus semangat mengembangkan pariwisata. 

“Dari desa juga kami harapkan semangat dan percaya diri yang lebih besar lagi. Karena sudah mendapatkan pembekalan bagaimana melakukan pendekatan pada stake holder, untuk mendapatkan dukungan baik secara fisik maupun non fisik, termasuk peningkatan SDM,” ujarnya. 

Deputi Budang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf, Martini M. Paham menegaskan pentingnya sinergitas unsur pentahelix dalam pembangunan sektor pariwisata, termasuk di desa-desa wisata. 

“Untuk memastikan pariwisata mampu secara berkelanjutan memberi manfaat jangka panjang bagi masyarakat;  komitmen, dukungan, dan kolaborasi seluruh komponen pentahelix adalah kunci sukses untuk mencapai tujuan tersebut. Terutama sinergitas antara pemerintah daerah, dinas pariwisata, asosiasi industri, dan badan usaha yang memegang peranan penting mewujudkannya,” ucap Martini.

Kolaborasi merupakan salah satu pesan kunci yang selalu ditekankan Menparekraf/Kabaparekraf Sandiaga Salahuddin Uno pada berbagai kesempatan. Dalam hal ini, desa wisata memiliki andil penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.  

"Desa wisata telah menjadi pemenang di masa pandemi yang dapat menciptakan peluang usaha dan lapangan kerja guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan target tahun 2024 sebanyak 4,4 juta lapangan pekerjaan,” ujarnya. 

Untuk itu, Sandiaga mengundang peran aktif semua pihak yang berkepentingan untuk turut mendukung pengembangan desa wisata secara berkelanjutan. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat