Terapkan CSA, Petani Purworejo Buat Pupuk Organik secara Swadaya
![Terapkan CSA, Petani Purworejo Buat Pupuk Organik secara Swadaya](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/10/aab5959562cad71cda46f17f76e57aea.jpg)
ANGGOTA Kelompok Tani (Poktan) Maju Rukun mulai terbiasa menggunakan pupuk organik di Desa Bragolan, Kecamatan Purwodadi, Jawa Tengah (Jateng).
Poktan Maju Rukun merupakan para alumni dari kegiatan Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) dari Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Program SIMURP tahun 2023 di Kabupaten Purworejo, Jateng,
Perubahan sikap terjadi Poktan setelah faham membuat pupuk organik secara swadaya kemudian digunakan pada budi daya tanaman pangan dan terbukti manfaatnya luar biasa bagi tanah maupun tanaman.
Baca juga: Kementan Kawal Sekolah Lapang Terapkan Genta Organik di Kalteng
Dengan hasil pupuk organisk sesuai harapan, maka petani hari-hari ini, kian bergantung pada pupuk organik dan mengabaikan pupuk kimia.
Sebelumnya Tergantung Pupuk Kimia Bersubsidi
Sebelumnya, anggota Poktan Maju Rukun di Purworejo sangat bergantung pada pupuk kimia bersubsidi.
Bergabung menjadi Penerima Manfaat dari Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) mendorong mereka 'melek' pada pupuk organik.
Guna mereplikasi penggunaan pupuk organik pada Poktan lain, Poktan Maju Rukun menginisiasi kegiatan pengolahan kotoran hewan [Kohe] menjadi pupuk organik padat secara swadaya dengan efektif dan efisien, belum lama ini, di kediaman Ketua Poktan Maju Rukun, Budi Haryono.
Upaya tersebut sejalan kebijakan Kementan setelah meluncurkan Gerakan Tani Pro Organik [Genta Organik] pada awal Desember 2022. Tujuannya, memperbaiki kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia bersubsidi, yang harganya terus melambung.
Hal senada dikemukakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi bahwa yang bisa menyuburkan tanah bukan hanya pupuk kimia melainkan pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah.
Baca juga: Petani CSA Takalar, Sulsel, Terapkan Budi Baya Padi Ramah Lingkungan
"Pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah, bisa petani buat sendiri. Asalkan ada kemauan. Artinya, untuk menyuburkan tanah tidak ada alasan gara-gara pupuk mahal kita diam. Proses penyuburan tanah, genjot produktivitas dan produksi harus terus kita lakukan," katanya.
Meski demikian, Dedi Nursyamsi, menegaskan bahwa Genta Organik bukan berarti mengharamkan penggunaan pupuk kimia, pupuk anorganik masih boleh digunakan, tapi tidak berlebihan atau mengikuti konsep pemupukan berimbang.
"Genta Organik bukan berarti mengharamkan pupuk kima. Jadi, di dalam Genta Organik untuk mengatasi pupuk mahal di dalamnya ada pupuk organik, pupuk hanyati, pembenah tanah dan pemupukan yang berimbang," katanya lagi.
Inisiasi replikasi pupuk organik oleh Poktan Maju Rukun selaku alumni CSA di Purworejo disambut baik Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian [BPP] Purwodadi, Sudiyono bersama penyuluhnya mendampingi kegiatan replikasi di kediaman Budi Haryono, Ketua Poktan Maju Rukun.
Baca juga: Petani CSA Demak Sosialisasi Pupuk Organik dari Urine Kelinci
“Saya mempunyai program bersama kelompok tani, agar ke depan, kami mampu memproduksi pupuk organik dari kotoran hewan secara kontinyu," kata Budi Haryono.
Setidaknya, katanya lagi, dapat memenuhi kebutuhan pupuk organik bagi anggota Poktan Maju Rukun, yang antusias menggunakan pupuk organik setelah faham manfaatnya.
Budi Haryono mengakui, pupuk kimia [anorganik] masih menjadi primadona oleh sebagian besar petani dalam proses budi daya pertanian. Praktis, adalah salah satu alasan di balik penggunaannya dan sudah menjadi kebiasaan dalam kurun waktu yang cukup lama.
"Tanpa disadari dampaknya. Tanah menjadi keras dengan tingkat keasaman tinggi adalah sebagian sejumlah dampak yang ditimbulkan pupuk anorganik, terlebih dosis yang diberikan melebihi rekomendasi pemupukan berimbang," kata Budi Haryono.
Koordinator BPP Sudiyono mengakui inisiasi Poktan Maju Rukun sebagai gagasan positif, selain memperbaiki struktur tanah yang 'sakit' dapat menjadi alternatif menekan penggunaan pupuk kimia.
"Harapan kami ke depan, tidak hanya dimanfaatkan internal kelompok saja, juga dimanfaatkan oleh petani lain di wilayah lain bahkan bisa dipasarkan pada Poktan lain," katanya. (S-4)
Terkini Lainnya
Serapan Pupuk Subsidi Baru 32%, Komisi IV DPR: Penyaluran tidak Efektif
Jawa Barat Targetkan Peningkatkan Produksi Gabah Naik 11 Juta Ton
Kementan Gencar Sosialisasikan Kebijakan Pengembangan Tebu Rakyat
Ancaman Kekeringan terhadap Sektor Pangan harus Segera Dimitigasi
Produktivitas 1.000 Ha Lahan Pertanian di Cianjur tidak Terpengaruh Kemarau
Pesanan 2.000 Ekskavator Haji Isam Terbesar di Dunia, Tanda Kemajuan Pertanian Indonesia
Kebut OPLAH demi Amankan Pangan Nasional, Petani Senang Kementan pun Tenang
Hasil Panen Kelompok Tani Hutan Hadir di Pasar Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang digelar KLHK
KLHK Pamerkan Hasil Panen Petani melalui Pasar Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Lewat Program Kesatria, Kementan Upayakan Produksi Padi yang Melimpah
Surveyor Indonesia Tanam 1.000 Tanaman Kopi Dukung Pertanian Berkelanjutan
MIM Gelar Panen Raya Bersama Kelompok Tani Binaan di Serang
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap