visitaaponce.com

Subsidi Tepat Sasaran Elpiji, Jadi Andalan Nelayan dan Petani

Subsidi Tepat Sasaran Elpiji, Jadi Andalan Nelayan dan Petani
Penggunaan gas elpiji 3 kilogram yang tepat sasaran dapat membantu petani dan nelayan untuk lebih berhemat dan meningkatkan produksi mereka.(Mi/Lilik)

TUSMAN, 38, keluar rumah membawa mesin gantar dan menaruhnya di sampan. Sesaat kemudian pria yang berprofesi sebagai nelayan itu kembali ke rumah mengambil dua tabung elpiji 3 kilogram (kg) atau elpiji melon. Di Dermaga Kelurahan Kutawaru, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah (Jateng),  Tusman menghubungkan mesin perahu dengan dua tabung elpiji.

Greenggg...suara mesin kapal dengan kapasitas 13 PK berbunyi. Tak lama kemudian, kapal itu sudah bergerak melintasi Segara Anakan Cilacap. Selama seharian, Tusman berkeliling Segara Anakan, bahkan sampai ke arah Kampung Laut untuk mencari ikan, udang, maupun kepiting.

"Sebelumnya saya menggunakan bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite. Biasanya masih dicampur dengan oli. Untuk melaut, membutuhkan antara 5 liter pertalite, tergantung jaraknya. Dengan harga Rp10 ribu per liter, maka membutuhkan biaya hingga Rp50 ribu. Belum lagi harus membeli oli, sehingga totalnya dapat mencapai Rp80 ribu sekali melaut," jelasnya pekan lalu.

Baca juga: Menteri ESDM Endus Kebocoran Elpiji 3 Kg hingga 1,5 Juta Metrik Ton

Setelah menggunakan mesin gantar, tabung elpiji, dan konverter kit, Tusman mengaku lebih hemat. "Sekarang, untuk melaut seharian, paling hanya membutuhkan 2 tabung elpiji. Kalau harganya Rp20 ribu, maka saya mengeluarkan ongkos Rp40 ribu sekali melaut. Jadi bisa memangkas operasional hingga 50%," ungkapnya.

Program konversi BBM menjadi gas untuk nelayan dari Kementerian ESDM bersama dengan Pertamina juga berdampak baik Watiman, 42, nelayan asal Kelurahan Karangtalun, Kecamatan Cilacap Utara. "Dengan penghematan setidaknya Rp40 ribu setiap hari, maka dalam sebulan, misalnya melaut 25 hari saja, bisa irit Rp1 juta," jelasnya.

Baca juga: LPG Subsidi Ukuran 3 Kilogram Langka, Menteri ESDM Duga Ada Kebocoran

Saban hari, Watiman melaut di sekitar perairan Cilacap untuk menangkap ikan dan udang dari hasil menjala di Segara Anakan. "Hasil tangkapan saat sekarang belanak, kakap merah dan putih dan lainnya. Saya berangkat jam 16.00 atau 18.00 WIB dan pulang jam 08.00 
atau 09.00 WIB. Kalau bagus bisa menjual hasil tangkapan senilai Rp500 ribu hingga Rp600 ribu sekali melaut. Namun kadang juga lebih sedikit dapatnya. Tidak tentu. Namun, dengan adanya perubahan dari BBM ke elpiji, jauh lebih irit ongkos melautnya," katanya.

Plt Kepala Dinas Perikanan Cilacap Indarto mengatakan sudah lebih dari 6 ribu paket konverter kit yang tersalurkan untuk nelayan. Bantuan di Cilacap yang paling terakhir pada akhir tahun 2022 lalu dengan dengan jumlah 1.921 paket untuk nelayan.

"Dari pengakuan mereka, saat sekarang melaut jauh lebih irit. Mereka sangat merasakan itu. Pendapatan nelayan bisa lebih besar sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan para nelayan," kata Indarto.

Dia menilai elpiji melon bagi nelayan merupakan bentuk subsidi tepat sasaran. Pasalnya, mereka yang memanfaatkan adalah para nelayan kecil dengan jangkauan pencarian ikan terbatas.

Elpiji Melon Menjadi Pahlawan

Subsidi tepat sasaran dari elpiji 3 kg juga dirasakan para petani. Di Purbalingga, selama El Nino, elpiji melon tampil sebagai pahlawan untuk menghidupkan pompa air. Para petani merasakan sangat terbantu dengan adanya pompa air dengan bahan bakar elpiji melon.

Sebutan pahlawan untuk elpiji melon disampaikan Ketua Kelompok Tani Waringin Jaya I Desa Majasem, Kecamatan Kemangkon, Nasirudin. Ia mengatakan tanpa elpiji, dirinya tidak akan mampu panen pada musim kemarau yang disertai El Nino pada tahun ini. Dia menyelamatkan tanaman padi dengan mengalirkan air dari Sungai Klawing ke areal sawahnya sejauh 500 meter.

"Sewaktu masih membutuhkan air, saya mengalirkan air Sungai Klawing melewati saluran irigasi. Dari saluran irigasi kemudian masuk ke sawah-sawah di desa ini. Pada musim kemarau sekarang, pompa air bertenaga elpiji sebagai penyelamat padi. Karena kami harus mengairi 
sawah yang mengering akibat El Nino," katanya.

Dalam setiap kali mengalirkan air, Nasirudin biasanya menghabiskan satu tabung untuk mengoperasionalkan pompa selama 5 jam. Jika menggunakan BBM jenis pertalite, operasional selama 5 jam membutuhkan 5 liter pertalite.

"Dengan demikian, saya bisa menghemat hingga Rp30 ribu dengan menggunakan elpiji melon. Pertalite membutuhkan anggaran Rp50 ribu dalam 5 jam, sedangkan dengan waktu yang sama, hanya memerlukan satu tabung melon dengan harga Rp20 ribu. Saya bisa mengalirkan air minimal 10 kali. Dengan demikian dapat menghemat hingga Rp300 ribu," ungkapnya.

Ia mengakui dengan adanya pompa air bertenaga elpiji mampu menjadi penyelamat kala El Nino terjadi. Sehingga dia bisa memanen padi meski kemarau melanda. "Saya masih bisa panen dengan hasil lumayan. Dari luasan sawah sekitar 1.400 meter persegi (m2), saya mendapatkan hasil kisaran 6 kuintal. Lumayan lah hasilnya. Karena tidak semua petani dapat 
panen saat musim kemarau," ujarnya.

Senada, Jumadi, dapat memanen padi, karena ada pompa air bertenaga elpiji. "Yang jelas, areal sawah kami diuntungkan dekat dengan sungai serta ada bantuan pompa air bertenaga elpiji. Benar-benar bermanfaat dan membuat petani tidak mengeluarkan uang banyak untuk pompa air. Karena seharian memompa hanya membutuhkan Rp20 ribu. Saya juga bisa panen karena tertolong pompa air elpiji," tambahnya.

Kepala Dinas Pertanian (Dinpertan) Purbalingga Mukodam mengatakan tahun ini, para petani mendapat bantuan konversi dari BBM ke gas dari Kementerian ESDM sebanyak 400 unit pompa air dan tabung elpiji. "Dengan adanya bantuan pompa air bertenaga elpiji, sangat bermanfaat bagi petani. Apalagi tahun ini musim kemarau panjang, sehingga para petani yang dekat dengan sungai dapat memanfaatkan pompa air untuk mengairi sawahnya," katanya.

Para petani memanfaatkan sungai, sumur bor dan embung untuk menyelamatkan tanaman padi. "Selain itu, petani di Purbalingga beruntung, karena dengan adanya konversi dari BBM ke gas, maka ada penurunan pengeluaran dari petani. Sebab, dengan menggunakan gas melon, petani sangat berhemat. Ongkos operasionalnya jauh lebih hemat ketimbang BBM," ujar dia.

Terpisah, Area Manager Communication, Relations & CSR Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho, mengatakan subsidi tepat sasaran elpiji 3 kg di antaranya untuk nelayan dan petani. "Bagi petani, yang berhak mendapatkan adalah mereka yang hanya memiliki lahan di bawah 5.000 m2 atau 0,5 ha. Mereka bisa memanfaatkan elpiji sebagai bahan 
bakar pompa air," katanya.

Tahun ini, lanjut Brasto, ada penugasan dari Kementerian ESDM kepada PT Pertamina Patra Niaga untuk membagikan paket konversi bagi petani dan nelayan. "Untuk nelayan di Cilacap, hingga akhir tahun ini direncanakan akan dibagikan 802 paket tabung elpiji 3 kg beserta peralatan konversi. Sementara untuk petani di Kabupaten Purbalingga, dibagikan sebanyak 400 paket," ujar Brasto.

Dia mengatakan penggunaan elpiji memiliki kelebihan, sehingga program konversi ini terus diperluas. "Kelebihannya adalah elpiji bakal menghemat biaya operasional antara 30%-50%. Selain itu, perawatan mesin lebih mudah dan awet serta aman bagi penggunanya. Yang tak kalah penting adalah emisi jauh lebih rendah karena rantai karbon bahan bakar gas lebih pendek dibandingkan BBM. Serta paket konversi ini membantu ekonomi nelayan dan petani karena dibagikan kepada yang berhak. Inilah subsidi tepat sasaran," tandasnya. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat