visitaaponce.com

Terjerat Utang Pinjol jadi Motif Ayah di Malang Bunuh Diri Setelah Racuni Istri dan Anak

Terjerat Utang Pinjol jadi Motif Ayah di Malang Bunuh Diri Setelah Racuni Istri dan Anak
SD Sukun 3 Kota Malang tempat Wahaf Efendi yang bunuh diri dan membunuh keluarganya bekerja sebagai guru.(MI)

KASUS kematian satu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak di Kota Malang mulai memiliki titik terang. Sang ayah, Wahaf Efendi, 44, yang bunuh diri setelah membunuh istri dan dua anaknya dengan racun diketahui memiliki utang pada berbagai pihak, termasuk pada pinjaman online (pinjol).

Wahaf yang merupakan guru di SD Sukun 3 Kota Malang telah mengajar sejak 2006 dan diterima PPPK tahun 2019 bidang studi matematika dan guru kelas 5 di SD setempat. Mendiang memiliki dua anak perempuan kembar yang masih SMP.

Polisi menyelidiki sebab kematian lantaran motif ekonomi. Kasat Reskrim Polres Malang AKP Gandha Syah Hidayat menyatakan sebelum meninggal, guru ini terjerat hutang karena sempat meminjam uang pada sejumlah orang. Terkait dugaan terjerat hutang pinjol, polisi masih mendalami telepon selulur milik yang bersangkutan.

Baca juga: Ibu dan Anak di Malang Tewas Diracun Ayah, Pelaku Bundir

"Tujuh saksi sudah diminta keterangan, kesimpulan sementara motif karena masalah ekonomi. Tapi kami terus mendalami," ujar Gandha, Selasa, (12/12).

Mendiang meregang nyawa bersama istri dan seorang anak bungsu perempuannya berusia 12 tahun dalam satu kamar rumah di Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Selasa (12/12).

Sedangkan seorang anak sulung perempuan satunya yang juga berusia 12 tahun masih hidup karena diminta tidur di kamar lain. Peristiwa ini terungkap setelah anak itu meminta tolong pada warga untuk membukakan kamar sang ayah. Di kamar itu dua orang ditemukan sudah tak bernyawa, tetapi Wahaf yang berlumuran darah sempat dilarikan ke rumah sakit namun akhirnya tewas.

Baca juga: Kasus Bunuh Diri Satu Keluarga Jadi Fenomena. Ada Apa?

Saat olah TKP, polisi menemukan tulisan di kaca rias diduga tulisan tangan mendiang, yakni "Kakak jaga diri. Papa, mama, adik pergi dulu. Nurut uti, kung, tante dan om. Belajar yang baik. Uang papa mama untuk pemakaman jadi satu love you kakak."

Sosok Guru Berprestasi

Kepala SD Sukun 3 Kota Malang, Sri Mursinah mengatakan kematian Wahaf selain mengejutkan juga penuh misteri. Sri mengatakan pada Senin (11/12), sempat berfoto bersama keluarga besar guru saat acara mengembalikan rapor siswa. Ternyata, itu momen terakhir berfoto bersama Wahaf.

"Terakhir ketemu Senin, beliaunya izin jam 09.00 WIB mau menjemput anak. Saya bertanya jam segini kok mau dijemput, tidak seperti biasanya. (Mendiang) hanya senyum," tegasnya.

Sri seakan masih belum bisa menerima kepergian guru berprestasi itu yang begitu cepat. Sebab, Wahaf seperti tak pernah ada masalah. Mendiang juga tidak pernah bercerita masalah pribadi, termasuk hutang sekalipun.

"Tidak pernah cerita apa pun," ucapnya.

Saat meninggalkan siswa masih belajar di kelas, mendiang sempat berpamitan pada guru kelas 5 lainnnya, Titik. Begitu juga Mulyadi, petugas keamanan sekolah, sempat berkomunikasi dengan mendiang mau kemana. "Dijawab akan menjemput anak."

Setelah itu, Wahaf tak kembali ke sekolah. Lalu, keesokan harinya muncul kabar duka. Menurut Sri, Wahaf merupakan guru teladan karena pernah membawa sekolah memenangi kompetisi science Jawa Bali. Mendiang rajin beribadah, rutin salat duha bersama siswa saat mengawali proses belajar mengajar. Salat zuhur pun selalu berjamaah. Terkadang pulang sore hari ketika guru lainnya sudah pulang lebih dulu.

"Orangnya komunikatif, tapi tidak pernah bercerita tentang persoalan apa pun," katanya.

(Z-9)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat