Gunakan Simbol Keranda, Akademisi UII Indonesia Telah Dimutilasi
![Gunakan Simbol Keranda, Akademisi UII: Indonesia Telah Dimutilasi](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/03/677951d657b3ab5b87d349e311a64b24.jpg)
AKADEMISI Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta mengkritik keras tingkah pemerintah yang disebut sudah merusak demokrasi. Guru besar Fakultas Hukum UII, Ridwan Khairandy menyebut Indonesia seperti telah dimutilasi.
"Negara hukum telah mati dengan dimutilasi pemimpin negeri. Hukum administrasi dan tata negara berfungsi, di situ negara eksis. Ketika keduanya tak berfungsi, demokrasi mati," kata Ridwan dalam pernyataan sikap bertajuk 'Selamatkan Demokrasi Indonesia' di Halaman Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Muzakkir Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang pada Kamis, 14 Maret 2024.
Ia merujuk pada sederet peristiwa, dari intervensi Mahkamah Konstitusi (MK), tindakan pelanggengan kekuasaan keluarga atau politik dinasti, hingga upaya Presiden Jokowi untuk menjabat 3 periode. Selain itu, juga persoalan bansos diduga untuk memenangkan salah satu kontestan Pilpres.
Baca juga : Perjuangan Demokrasi Masih Harus Dilanjutkan
"Negeri ini telah dimutilasi tapi tidak ditemukan di mana bagiannya. Pemimpin sendiri yang melakukan mutilasi demokrasi. Pemimpin negeri yang akalnya sudah tidak sehat itu," kata dia.
Sebulan pascapemilu 14 Februari lalu, Indonesia dinilai menunjukkan kerusakan di berbagai aspek. Kerusakan itu membuat bangsa Indonesia layak berduka setelah gelaran Pemilu. Duka tersebut lantas disimbolkan dengan keranda tertutup kain hitam bertulis 'DEMOKRASI'.
"Kita menyaksikan, sejak 14 Februari sampai hari ini demokrasi telah mati, gurgur, telah dikebiri oleh pemimpin tertinggi negara," kata Guru Besar Program Studi Ilmu Komunikasi UII, Masduki.
Baca juga : Spanduk Raksasa Nawa Bencana Jokowi Terpampang di Aksi Gejayan Kembali Memanggil Yogyakarta
Dosen Program Studi Hubungan Internasional UII, Karina Utami Dewi mengatakan Presiden Jokowi telah merusak demokrasi. Narasi Indonesia emas yang terus digaungkan telah dirusak sendiri oleh pemerintah dari cara lain.
"Narasi Indonesia emas membahana. Rakyat dikecoh dengan tindakan pelanggaran-pelanggaran," kata dia.
Ia menilai, pernyataan sikap tersebut menjadi keputusan dari hati nurani untuk mengingatkan pemerintah sebagai check and balances. Selain itu, partai politik yang diharapkan menjadi kontrol juga telah mati atau dibungkam pemerintah.
"Kita harus melawan demi masyarakat, bukan demi pelanggengan kekuasaan," ujarnya.
(Z-9)
Terkini Lainnya
UMKM Perajin Blangkon di Yogyakarta Diberikan Pembiayaan dan Pendampingan
Indonesia Hadapi Jepang di Perempat Final Kejuaraan Asia Junior
Tim Bulu Tangkis Junior Indonesia Menang 4-1 atas India
Komunitas UGM Peduli Gagas Kegiatan Polmas Kawasan Pendidikan
Pemerintah Arab Saudi Ingin Gudeg Jadi Hidangan bagi Jemaah Haji
Louis Gilbert Yulianto, Seniman Cilik Asal Yogya Pamerkan Karya di ArtJog 2024
Residivis Asal Jabar Dihajar Massa Tepergok Curi Sepeda Motor
Polisi Imbau Massa Aksi di Depan KPU untuk Membubarkan Diri
Polri Antisipasi Aksi Massa Usai KPU Umumkan Hasil Pemilu 2024
Demo Apdesi di Depan DPR Ricuh, Tol Dalam Kota yang Sempat Diblokade Massa
Mahasiswa Protes Intimidasi Atas Aksi Unjuk Rasa 11 Januari di Seluruh Indonesia
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap