visitaaponce.com

Sekolah Vokasi UGM Gelar Market Place dan Workshop tentang Kebencanaan

Sekolah Vokasi UGM Gelar Market Place dan Workshop tentang Kebencanaan
Sekolah Vokasi UGM dan Badan Nasional Bencana (BNPB) mempertemukan berbagai stakeholders untuk membahas tentang kebencanaan.(MI/ Ardi Teristi)

PENANGGULANGAN kebencanaan perlu melibatkan banyak pihak, termasuk dunia pendidikan. Melalui kegiatan Market Place dan Workshop bertajuk Inovasi dan Industrialisasi Peralatan Kebencanaan, Sekolah Vokasi UGM dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan didukung ADEXCO  mempertemukan berbagai stakeholders untuk membahas tentang kebencanaan.

"Tujuan market place ini mengumpulkan dan teknologi-teknologi terkait kebencanaan. Di market place ini industri dapat bertemu dengan inventornya sehingga penemuan itu bisa diproduksi (secara massal) dan siap dibeli oleh konsumen," terang Dekan Sekolah Vokasi UGM, Prof Dr Ing Ir Agus Maryono IPM ASEAN Eng, usai Kuliah Umum Market Place Inovasi dan Industrialisasi Peralatan Kebencanaan, di Sekolah Vokasi UGM, Selasa (21/5).

Ia menyebut, kegiatan ini menjadi embrio agar produk-produk kebencanaan buatan Indonesia bisa mencukupi kebutuhan alat-alat untuk penanggulangan kebencanaan di dalam negeri. Selain itu, kegiatan ini bisa mengolaborasikan antara teknologi dan sosial dalam penanggulangan kebencanaan.

Baca juga : BMKG: Gempa Susulan di Bawean Mencapai 299 Kali

Sekolah Vokasi UGM memiliki banyak hasil penelitian, baik dalam wujud alat maupun metode, terkait kebencanaan. Misalnya, alat pemanen air hujan dan meja tahan bantingan dari atas. Saat ini Sekolah Vokasi UGM memiliki 8 departemen dan 23 program studi yang siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk penanggulangan kebencanaan.

Kepala BNPB periode 2008-2015, Mayjen TNI (Purn) Prof Dr Syamsul Maarif MSi, mengatakan dalam penanggulangan bencana, ilmu yang didapat di kampus harus mampu dikolaborasikan dengan kearifan lokal (local wisdom) di tempat yang berpotensi terjadi bencana. "Kita harus mampu membuat knowledge manajemen yang menggabungkan antara antara knowledge western dan eastern," kata dia.

Menurut dia, teknologi kebencanaan sangat penting dan harus ada, tetapi harus dibumikan di masyarakat lewat sosial dan budaya. Artinya, penanggulangan bencana juga dilihat dari aspek manusianya.

Baca juga : Bappenas: RI Kekurangan Tenaga Kerja Terampil yang Ahli di Bidangnya

Dewan Pengawas Center for Technology & Innovation Studies (CTIS) Prof Dr Ir Indroyono Soesilo MSc, mengatakan penanganan kebencanaan di Indonesia saat ini jauh lebih baik. Alat monitoring sudah terpasang, lembaga sudah ada, dan sistem sudah terbentuk.

Ia mencontohkan, BMKG sudah memberikan prakiraan cuaca dan menginformasikan gempa yang terjadi secara cepat. Di sisi lain, BNPB juga sudah memiliki peta bencana.

Dalam penanggulangan bencana, BNPB tidak bisa berjalan sendiri. Pihak swasta saat ini juga sudah ikut serta dalam penanggulangan bencana, semisal melakukan antisipasi kebakaran hutan dan lahan. "Mitigasi terus dipersiapkan ada atau tidak ada bencana," pesan dia. (Z-2)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat