visitaaponce.com

Gelombang PHK di Jawa Tengah Diperkirakan Berlanjut Hingga September

Gelombang PHK di Jawa Tengah Diperkirakan Berlanjut Hingga September
ilustrasi(Antara)

GELOMBANG pemutusan hubungan kerja (PHK) di Jawa Tengah diperkirakan masih akan berlangsung hingga September mendatang. Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) mencatat ada 13.800 pekerja terkena PHK sejak awal tahun 2024.

Pemantauan Media Indonesia Jumat (21/6) gelombang PHK di Jawa Tengah masih akan berlanjut, satu persatu industeri terutama bidang tekstil dan garmen masih terus melakukan pengurangan karyawan dan diperkirakan masih ada ribuan pekerja sektor ini yang akan menerima pemutusan hubungan kerja.

Ribuan pekerja industeri di sejumlah daerah mulai gelisah menghadapi fenomena PHK ini, mereka mengaku tidak tenang karena kondisi produksi perusahaan yang terus menurun. 

Baca juga : Banjirnya Produk Impor Picu PHK di Industri Tektil Semakin Santer

"Sejak awal tahun produksi terus menurun, saya sekarang terus berupaya mencari pekerjaan lain sebelum PHK terjadi," ujar Rahma,38, seorang pekerja di industeri garmen di Kabupaten Semarang.

Hal serupa juga diungkapkan Kristanto,40, seorang pekerja di industeri tekstil di Kabupaten Pekalongan. Meskipun saat ini masih bertahan namun khawatir terjadi PHK massal karena produksi perusahaan turun hampir 50%, bahkan perusahaan sudah mulai mengurangi jam kerja sebagai karyawan.

"Kami harus bersiap, beberapa karyawan bahkan sudah mengundurkan diri dan mencari pekerjaan baru karena kondisi ini," ungkap Kristanto.

Baca juga : Bea Cukai Disebut Biang Keladi Badai PHK Industri Tekstil

Presiden KSPN Ristadi mengatakan sejak Januari hingga awal Juni 2024 tercatat sudah enam perusahaan yang melakukan PHK karena menutup pabriknya dan ada empat perusahaan yang melakukan PHK akibat efisiensi dengan jumlah pekerja terkena PHK sekitar 13.800 orang. Diiperkirakan gelombang PHK masih akan berlangsung hingga September mendatang.

"Kalau dari awal 2021 catatan kami ada 70 ribuan orang terkena PHK," imbuhnya.

Sementara itu Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Indonedia Perjuangan (FSPIP) Karmanto mengungkapkan gelombang PHK pabrik tekstil ini telah terprediksi. Hal ini karena berkorelasi langsung dengan konflik internasional yang mempengaruhi siklus ekonomi dunia terjadi saat ini serta tingkat kebutuhan yang kian menurut.

Baca juga : Santer Gelombang PHK, Presiden Aspek Salahkan Omnibus Law Cipta Kerja

"Ekspor dalam kurun waktu terakhir menurun, menurut BPS Jawa Tengah pada April menurun hingga 13,52% dibandingkan bulan sebelumnya, sedangkan untuk efesiensi perusahaan ada strategi memindahkan pabriknya ke daerah lain yang memiliki upah kerja lebih murah," ujar Karmanto.

Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana mengatakan penyebab terjadinya gelombang PHK karena terpuruknya industri garmen dan tekstil akibat persaingan global saat ini, sehingga anyak perusahaan yang mengalami penurunan pemesanan hingga menyebabkan goyah dan melakukan efisiensi.

"Pemerintah akan terus menjaga dan mengantisipasi berlanjutnya gelombang PHK, kita terus lakukan dengan dengan perusahan-perusahaan lain di Jawa Tengah, jika ada permasalahan, pihaknya meminta para pengusaha dapat menempuh jalur bipartit, kami siap menjadi mediator," kata Nana Sudjana. (P-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akmal

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat