China Klaim Produk Otomotif Mereka Murah Karena Efisien
![China Klaim Produk Otomotif Mereka Murah Karena Efisien](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/02/200145af5cd2f81b8667ed68420e7313.jpg)
JURU Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengklaim produk-produk otomotif China dapat dijual dengan harga lebih murah karena ongkos produksi yang efisien, dan bukan akibat subsidi pemerintah seperti yang dituduhkan sejumlah pihak.
"Pembagian kerja dan kolaborasi yang saling menguntungkan merupakan ciri khas rantai industri otomotif. Perkembangan industri otomotif China yang sangat pesat sehingga telah menghasilkan produk-produk hemat biaya dan berkualitas tinggi," kata Mao Ning saat menyampaikan keterangan rutin kepada media di Beijing, China pada Selasa.
Hal tersebut terkait dengan investigasi Uni Eropa (UE) atas dugaan mobil listrik China dijual dengan harga rendah di negara-negara UE karena adanya subsidi dari pemerintah. Sedangkan Amerika Serikat (AS) juga mempertimbangkan untuk membatasi impor mobil pintar China dan komponen terkait lainnya.
Baca juga : Ada BYD dari Tiongkok, Ini Daftar Lengkap Peserta IIMS 2024
"Setiap satu dari tiga mobil yang diekspor dari China adalah mobil listrik, yang berkontribusi signifikan terhadap transisi ramah lingkungan dan rendah karbon di dunia," tambah Mao Ning.
China Association of Automobile Manufacturers (CAAM) mengklaim bahwa China mengekspor 443.000 kendaraan pada Januari 2024 atau tumbuh sebesar 47,9 persen dibandingkan Januari 2023, namun dibanding Desember 2023, terjadi penurunan sebesar 22,7 persen.
"Langkah-langkah proteksionisme dagang yang diambil oleh negara-negara lain terhadap China, seperti yang disampaikan Menteri Luar Negeri Wang Yi, untuk mengubah aktivitas perdagangan biasa menjadi masalah keamanan dan ideologi, mungkin tampak seperti suatu keuntungan, namun sebenarnya merupakan kerugian pembangunan jangka panjang dan menjadi beban dari kemajuan dan kesejahteraan dunia," ungkap Mao Ning.
Baca juga : Tesla Targetkan Kapasitas Kemudi Mobil Otonom Penuh Tahun Ini
Mao Ning menyebut China percaya pada solidaritas, kerja sama, dan keterbukaan dibandingkan perpecahan, konfrontasi dan isolasi.
"Kami percaya bahwa penting untuk mengakomodasi kepentingan orang lain sambil tetap mengejar kepentingannya sendiri, bekerja untuk pembangunan bersama sambil mengupayakan perkembangan pribadi, menciptakan lingkungan kelas dunia, berorientasi pasar dan berbasis hukum untuk kerja sama ekonomi dan perdagangan global, serta mewujudkan globalisasi ekonomi yang lebih inklusif dan bermanfaat bagi semua orang," jelas Mao Ning.
China, kata Mao Ning, juga mempunyai hak untuk melakukan kerja sama biasa dengan negara-negara lain.
Baca juga : Pikat Pengunjung Datang, Konser Musik Semarakkan Ajang IIMS 2024
"Kami selalu menentang sanksi unilateral yang tidak memiliki dasar hukum internasional atau mandat Dewan Keamanan PBB. China akan terus melakukan apa yang diperlukan untuk secara tegas menjaga hak dan kepentingan perusahaan China yang sah," tegas Mao Ning.
Beijing sebelumnya telah menyatakan keberatan dengan rencana UE untuk menerapkan Mekanisme Penyesuaian Pembatasan Karbon yang akan menetapkan tarif sebesar 20-35 persen atas barang-barang dengan harga karbon tinggi, seperti baja dan bijih besi.
UE telah menerapkan tarif tambahan terhadap 20 jenis baja dan produk baja tahan karat China serta menetapkan kuota impor sebagai langkah untuk melindungi pasarnya hingga pertengahan 2024.
Baca juga : Tiongkok Dilanda Gelombang Dingin dan Salju Ekstrem
Dominasi industri otomotif dunia khususnya untuk mobil listrik saat ini didominasi oleh China, setelah selama beberapa dekade industri otomotif dunia didominasi oleh pabrikan Eropa, Jepang dan Amerika Serikat.
China menyebut telah mengekspor lebih dari setengah juta mobil listrik di dunia pada paruh pertama 2023. Angka tersebut setara dengan pertumbuhan sebesar 160 persen dibandingkan periode yang sama pada 2022.
Salah satu keunggulan pabrikan China yang belum dapat ditandingi oleh produsen negara lain adalah ongkos produksi yang murah. Hal itu pun menjadi masalah bagi Uni Eropa. Saat ini, sebanyak 26 produsen mobil listrik China sudah berencana masuk pasar Jerman pada 2025. (Z-8)
Terkini Lainnya
2 Warga Tiongkok Ditangkap Lakukan Penambangan Emas Ilegal di Palu
Astropolitik dan Rivalitas Penguasaan Luar Angkasa
Kemendag Musnahkan Barang Impor Ilegal Rp9,3 Miliar di Bogor, Paling Banyak Asal Tiongkok
PBSI: Performa Fajar/Rian Perlu Diperbaiki
Jadwal Timnas Indonesia Vs Uzbekistan di Babak 16 Besar Asian Games Cek di Sini
Atlet Muhammad Sejahtera Raih Emas Pertama Indonesia dari Cabor Menembak
Wuling Donasi Mesin untuk SMK dan Universitas di Jateng dan DIY
49% Warga Jakarta tidak Setuju Kebijakan Pembatasan Kendaraan Bermotor
Drag Fest 2024 Jadi Bentuk Dukungan untuk Olahraga Otomotif Nasional
Jelang GP Indonesia, Pertamina Selenggarakan Pertamax Turbo Drag Fest 2024
Wuling Mulai Tampilkan SUV Terbarunya Wuling Starlight S
9 Tips Memilih Dashcam Mobil yang Tepat Untuk Pemula Agar Tidak Rugi
Perang Melawan Judi Online
Ujaran Kebencian Menggerus Erosi Budaya
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap