Sibuk dengan Ketum Parpol, Presiden Jokowi Dinilai Sulit Netral di Pemilu 2024
![Sibuk dengan Ketum Parpol, Presiden Jokowi Dinilai Sulit Netral di Pemilu 2024](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/05/c0799d2cacd5537727bc57d11f14609b.jpg)
PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan akan melakukan pertemuan dengan sejumlah ketua umum partai politik (parpol) di Istana Negara pada Selasa (2/5) malam. Selain menjadi acara silaturahmi Lebaran, pertemuan itu diperkirakan juga akan membahas terkait Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Ini bukan merupakan kali pertama Presiden Jokowi melakukan pertemuan dengan sejumlah ketum parpol menjelang Pemilu 2024. Jokowi akhir-akhir ini memang terlihat sibuk melakukan pertemuan yang berkaitan dengan parpol.
Menanggapi pertemuan tersebut, Dosen Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) Aditya Perdana menilai, secara politik fenomena tersebut bisa dipahami, dia menilai ada beberapa hal yang dapat dicermati terkait agenda itu.
Baca juga: Presiden Kumpulkan Para Ketum Parpol Koalisi Pemerintahan Hari Ini
"Pertama, presiden memiliki kepentingan untuk menjaga keberlanjutan program kerjanya kepada calon atau bahkan parpol yang memiliki pandangan dan satu visi dengan presiden," tutur Aditya dalam keterangannya, Selasa (2/5).
"Kedua, pada saat ini presiden juga perlu memastikan koalisi pemerintahan berjalan efektif dikala dinamika pencapresan semakin menguat," imbuhnya.
Baca juga: Hadiri Pencapresan Ganjar, Demokrat Nilai Presiden Jokowi Berpotensi Cederai Demokrasi
Disinggu terkait, bukankah seharusnya presiden bersikap netral di tahun politik, Aditya menyebut akan sangat sulit bagi Jokowi untuk bersikap sepenuhnya netral.
"Presiden sebagai institusi politik tidak bisa sepenuhnya netral dalam kontestasi karena memang pemilu sarat kepentingan, termasuk kepentingan presiden sebagai individu," jelasnya.
Aditya pun dapat memahami apa yang sedang dilakukan Jokowi saat ini, dia pun menyebut secara hukum kegiatan ini merupakan hal yang normatif.
"Secara politik bisa dipahami fenomenanya. Secara legal, saya pikir hanya aspek normatif saja dalam interaksi di koalisi pemerintahan ataupun koalisi pencapresan dalam pemilu," tukasnya. (Rif/Z-7)
Terkini Lainnya
Kabupaten Bantaeng Dapat Bantuan 150 Unit Pompa
Peluang Kaesang Maju Pilkada, Jokowi: Tanya Ketua PSI
Surat Keppres Pemberhentian Hasyim Asy'ari Belum Masuk Meja Presiden
PKB Usulkan Nagita Slavina Jadi Cawagub Bobby Nasution
Calon Kepala Daerah Butuh Kematangan Jiwa Raga
DPR Diyakini tidak Bahas RUU Perampasan Aset
Anggota KPU DKI Dilaporkan ke KPK Terkait Dugaan Gratifikasi Caleg DPRD
Langgar Kode Etik, DKPP Pecat Tiga Penyelenggara Pemilu
Urus Kampanye Pilkada 2024, KPU-Bawaslu Diminta Belajar dari Pemilu 2024
Partisipasi Warga Jakarta untuk Pemilu 2024 Capai 78%
Perputaran Uang Pemilu 2024 Mencapai Rp80 Triliun
Menteri PPPA: Pelaku Kekerasan Seksual terhadap Perempuan Harus Diberikan Efek Jera
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap