visitaaponce.com

Dinamika Golkar Dinilai sebagai Mosi tidak Percaya terhadap Airlangga

Dinamika Golkar Dinilai sebagai Mosi tidak Percaya terhadap Airlangga
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (tengah) bersama dengan Sekjen parttai Golkkar Lodewijk Freidrich Paulus (kiri)(MI / M Irfan )

PAKAR politik Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam menilai ada sejumlah elemen di dalam Dewan Pakar Partai Golkar yang sedang memanfaatkan ketidakjelasan posisi Partai Golkar dalam konfigurasi koalisi jelang Pilpres 2024 mendatang, sebagai celah untuk mendegradasi kepemimpinan Airlangga Hartarto di internal Golkar.

"Jelas, manuver itu merupakan mosi tidak percaya terhadap kepemimpinan Airlangga yang dinilai belum bisa menunjukkan tanda-tanda keberhasilan dalam pembentukan koalisi, sebagaimana yang dijanjikan dalam Munas Golkar sebelumnya," jelasnya, Sabtu (15/7).

Akibatnya, pasca bubarnya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang diinisiasi Golkar, kini nilai tawar politik Golkar menjadi anjlok dalam konstelasi Pilpres 2024. Hal itu menjadi peluang emas bagi elemen kekuatan lain di internal Golkar untuk mendegradasi dan menggergaji legitimasi kepemimpinan Airlangga.

Baca juga: Tiket Cawapres Airlangga Dinilai bakal Redam Kisruh Internal Golkar

"Pasca bubarnya KIB, praktis Golkar tidak punya banyak pilihan antara bergabung dengan poros pencapresan Ganjar dan Prabowo, atau membentuk poros baru dengan partai yang tidak terakomodir atau mendapatkan tempat di koalisi-koalisi yang ada," ungkapnya.

Dalam konteks tersebut Golkar bisa menyatu dengan PKB jika Ketum PKB Muhaimin Iskandar ditolak sebagai cawapres Prabowo atau Golkar bersama PAN jika akhirnya Prabowo menyetujui pencawapresan Muhaimin Iskandar.

Baca juga: Pengamat: Keputusan Pergantian Ketum Golkar Harus Dikembalikan pada AD/ART Partai

"Manuver dewan pakar ini merupakan hal biasa. Golkar yang diisi oleh beragam faksi-faksi kekuatan, akan selalu saling mengincar dan mencari titik kelemahan untuk saling memangsa satu sama lain, atau saling bekerja sama satu sama lain, bergantung pada momentum dan agenda kepentingan yang dimainkan," tukasnya. (Sru/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat