visitaaponce.com

Mayoritas Pemilih Nasionalis Bergeser

Mayoritas Pemilih Nasionalis Bergeser
Ilustrasi(Dok MI)

TEMUAN  survei yang dilakukan Jakarta Research Center (JRC) menunjukkan elektabilitas Prabowo-Gibran mencapai 50,3% Pasangan capres-cawapres lainnya dari kalangan nasionalis yaitu Ganjar Pranowo dan Mahfud MD hanya merebut 18,4%.

Pasangan Ganjar-Mahfud hanya bisa mendapatkan ceruk pemilih dari partai pengusungnya PDIP yang notabene partai nasionalis utama. Pemilih nasionalis yang moderat lebih banyak melabuhkan pilihannya kepada Prabowo-Gibran.

Baca juga: Data Pemilih Bocor, Bawaslu Kaji Dugaan Pelanggaran KPU

Anggota KIM antara lain Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, dan PSI yang mewakili segmen pemiilih nasionalis dan Islam perkotaan. Sementara itu Islam modernis didukung kalangan tradisional dan nasionalis lainnya mengarahkan dukungan kepada Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.

“Sebagian besar pemilih dari segmen nasionalis cenderung memilih pasangan Prabowo-Gibran, terbukti dari elektabilitas yang mencapai 50,3 persen,” kata Direktur Komunikasi JRC Alfian P lewat keterangan yang diterima, Senin (9/1).

Baca juga: Data Pemilu 2024 Diduga Bocor, Gus Muhaimin: Upaya Sistematis Ganggu Pemilu

Menurut Alfian, para pemilih nasionalis moderat ini melihat potensi kemenangan Prabowo-Gibran untuk mencegah terjadinya polarisasi seperti pernah terjadi dalam beberapa kali gelaran pemilu sebelumnya.

“Trauma yang cukup mendalam terhadap politik identitas, terutama pada momentum Pilkada DKI Jakarta 2017 silam, membuat segmen pemilih nasionalis berbondong-bondong mendukung Prabowo-Gibran yang peluangnya lebih besar untuk menang pada Pilpres 2024,” tandas Alfian.

Endorsement yang diberikan oleh Presiden Jokowi dan majunya putra sulungnya Gibran sebagai cawapres Prabowo meyakinkan mereka soal pilihan tersebut. Hasilnya, dukungan terhadap Prabowo-Gibran menguat hingga berpeluang kuat memenangkan Pilpres dalam satu putaran.

“Perpecahan yang terjadi antara Jokowi dan Megawati membuat dukungan terhadap Ganjar-Mahfud melemah, sehingga elektabilitas Ganjar yang sebelumnya cukup tinggi merosot drastis ketika sudah berpasangan dan didaftarkan ke KPU,” jelas Alfian.

Dukungan utama terhadap pasangan Ganjar-Mahfud terkonsentrasi pada pemilih PDIP, terlihat dari irisan antara elektabilitas pasangan capres-cawapres itu dengan partai pengusungnya. Partai-partai lain anggota koalisi hanya menyumbang sedikit dukungan bagi Ganjar-Mahfud.

“Sikap kubu Ganjar dan PDIP yang melontarkan serangan terhadap Jokowi dan Prabowo-Gibran semakin menimbulkan kekecewaan, lebih-lebih penentangan keras terhadap kemungkinan Pilpres berlangsung hanya dalam satu putaran,” Alfian menerangkan.

Langkah politik yang diambil oleh kubu Ganjar dan PDIP terkesan sangat pragmatis, hanya semata-mata demi kepentingan elektoral semata. “PDIP bertekad untuk menang ketiga kalinya atau mencetak hattrick, dan kembali mengalahkan capres yang diusung oleh Gerindra,” tegas Alfian.

Padahal dalam perkembangan terkini, Ganjar-Mahfud sudah jauh tertinggal dan dominasi PDIP tampaknya bakal segera berakhir. “Tingginya elektabilitas Prabowo-Gibran memberikan coattail effect bagi Gerindra, sehingga berpeluang menggeser PDIP sebagai pemenang Pemilu,” ujar Alfian.

“Jika kubu Ganjar dan PDIP tidak mengubah perspektif dan strategi, bisa jadi elektabilitas keduanya bakal makin melorot hingga hari pencoblosan, dengan makin besarnya pemilih nasionalis yang meninggalkan dan beralih mendukung Prabowo-Gibran,” pungkas Alfian.

Survei digelar pada 26-31 Desember 2023, secara tatap muka kepada 1200 responden mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,9% dan pada tingkat kepercayaan 95%. (P-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat