visitaaponce.com

KPK Tunggu Hasil Praperadilan Sebelum Panggil Eks Wamenkumham

KPK Tunggu Hasil Praperadilan Sebelum Panggil Eks Wamenkumham
KPK akan menunggu hasil dari praperadilan sebelum memanggil mantan Wamenkumham Edward Omar Sharif Hiariej alias Eddy. (MI/Moh Irfan)

KOMISI Pemberantasan Korupsi (KPK) akan menunggu hasil dari praperadilan sebelum memanggil mantan Wamenkumham Edward Omar Sharif Hiariej alias Eddy. 

“Soal wamenkumham itu masih dalam proses praperadilan yang sudah didaftarkan,” kata Wakil Ketua KPK Johanis Tanak di Jakarta, Rabu (17/1).

Johanis mengatakan pihaknya hanya menunggu praperadilan kelar untuk memanggil Eddy. Pencarian informasi dari pihak lain terus dilakukan. “Pemeriksaan tetap kita lakukan sambil menunggu proses praperadilan gimana tapi yang perlu kita simak bersama bahwa praperadilan itu hanya bersifat administratif,” ujar Johanis.

Baca juga: Praperadilan Penyuap Eks Wamenkumham, Helmut Hermawan, Digelar 22 Januari

Menunggu praperadilan kelar juga dinilai bagus untuk memastikan semua proses hukum berjalan dengan semestinya. Jika ada kesalahan, KPK tinggal melakukan perbaikan. “Manakala praperadilan diterima (dikabulkan hakim tunggal) kita akan perbaiki mana yang keliru (dari penetapan tersangkanya),” ucap Johanis.

KPK menetapkan empat tersangka dalam kasus dugaan penerimaan suap dan gratifikasi di Kemenkumham. Yakni, Dirut PT CLM Helmut Hermawan, eks Wamenkumham Edward Omar Sharif Hiariej, pengacara Yosi Andika Mulyadi, dan Asisten Pribadi Eddy, Yogi Arie Rukmana.

Baca juga: KPK Tak Hadiri Praperadilan Kedua Eks Wamenkumham

Eddy diduga menerima Rp8 miliar dari Helmut. Dana itu untuk mengurus sengketa status kepemilikan PT CLM, penghentian perkara di Bareskrim, dan dana keperluan pribadi berupa pencalonan Ketua Pengurus Pusat Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (PP Pelti).

Total uang yang diterima itu belum final. KPK bakal mengembangkan dugaan adanya aliran dana lain yang masuk kepada Eddy. Saat ini, baru Helmut yang ditahan.

Helmut disangkakan melanggar Pasal 5 ayat (1) huruf a atau b atau Pasal 13 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat