visitaaponce.com

Sabotase Kampanye Akbar Bentuk Kejahatan Pemilu

Sabotase Kampanye Akbar Bentuk Kejahatan Pemilu
Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar berjoget bersama dengan Raja Dangdut Rhoma Irama di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Senin (29/1/2024).(MI/Usman Iskandar)

DIREKTUR Eksekutif Setara Institute Halili Hasan menilai upaya penghalangan terhadap kampanye akbar terhadap pasangan calon 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar serta paslon 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD sebagai upaya sistematis.

"Sulit untuk tidak mengatakan itu sebagai sabotase politik. Menurut saya, ada upaya sistematis negara untuk memobilisasi dukungan bagi pemenangan paslon yang didukung oleh presiden, yakni paslon 02," katanya di Jakarta, Rabu (31/1).

Sebelumnya, kubu 01 dan 03 menyatakan adanya indikasi upaya penghalangan kampanye akbar dengan cara penggagalan moda transportasi yang telah disewa dan sulitnya mencari kendaraan sewaan untuk peserta kampanye akbar. 

Baca juga : Lihat Gibran Rakabuming Raka di Debat Kedua, Masyarakat Kelas Atas Ubah Pilihan

Di sisi lain, netralitas Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan aparatur negara juga dipertanyakan ketika anak presiden Gibran Rakabuming Raka berstatus sebagai cawapres pendamping capres 02 Prabowo Subianto.

Menurut Halili, pola gangguan tersebut juga mirip dengan upaya penggagalan aktivitas masyarakat sipil yang kritis terhadap pemerintah. Kini, cara seperti itu digunakan kembali untuk menghadang pergerakan kampanye paslon 01 dan 02.

"Cara-cara sabotase ini sudah sering kita saksikan dalam aneka kegiatan masyarakat sipil yang sangat kritis terhadap pemerintah. Cara-cara sabotase ini juga digunakan oleh pemerintah untuk menekan dukungan politik pada paslon 01 dan 03," sambungnya.

Baca juga : Pemilih yang masih Gamang Tentukan Arah Pilpres

Halili menekankan langkah menghalangi aktivitas kampanye merupakan bentuk kejahatan pemilu seperti halnya mobilisasi aparat dan intimidasi pemilih.

"Langkah untuk menghalangi kampanye akbar paslon di luar Paslon 02 ini bukan hanya kecurangan pemilu, tapi sudah bisa dikategorikan sebagai kejahatan pemilu, electoral evil. Langkah-langkah serupa itu, seperti mobilisasi aparat pemerintah, intimidasi terhadap mereka, juga intimidasi terhadap pemilih, jelas-jelas akan merusak kredibilitas dan legitimasi pemilu sebagai instrumen demokrasi," pungkasnya.

 

Makin Semangat

Baca juga : Pernyataan Jokowi Bikin Kaget

Sementara itu, Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno mengatakan ‘penggembosan’ alias pembatalan sepihak sewa bus untuk rombongan paslon 01 Anies-Muhaimin dan 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD, justru kian membakar semangat pendukung mereka. 

“Justru halangan semacam ini melipat gandakan semangat pendukung Anies dan paslon 03 Ganjar-Mahfud datang ke lokasi acara kampanye akbar,” kata Adi. 

Massa Anies dan Ganjar kata Adi, dikenal militan. Satu jalan digembosi, ada banyak jalan menuju tempat kampanye akbar. 

Baca juga : Survei Indikator: 5,68% belum Tentukan Capres Cenderung Pilih Anies-Muhaimin

Kampanye Paslon 01 dan 03 ‘digembosi’ sudah sering terjadi. Misalnya, acara Desak Anies pindah di Jogja pindah lokasi. Videotron Anies yang sudah kontrak, justru batal tayang dan pindah ke Bekasi. Kemudian dari pasangan 03, kerap kali APK (Alat Peraga Kampanye) hilang. Dari kasus-kasus tersebut, publik menilai ada pembajakan pada proses pemilu. 

“Dugaan ke arah itu ada. Meski sulit dibuktikan. Yang jelas pola semacam ini dianggap biasa dan makin memompa semangat pendukung Amin dan Ganjar-Mahfud,” tandas Adi. (Z-7)

 

Baca juga : Tentukan Pilihan di Pilpres 2024 Berdasarkan Rekam Jejaknya

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat