visitaaponce.com

Tiga Calon Presiden Isyarat Rekonsiliasi pada Debat Pamungkas

Tiga Calon Presiden Isyarat Rekonsiliasi pada Debat Pamungkas
Anies Baswedan, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo.(AFP/Yasuyoshi Chiba.)

PARA calon presiden mengisyaratkan spirit politik rekonsiliasi dalam debat, Jakarta, Minggu (4/1) malam. Pasalnya, tidak seperti debat-debat sebelumnya yang sarat dengan intensitas serangan panas, debat kelima justru menunjukkan sejumlah sikap yang cukup simpatik di antara para kontestan.

Itu disampaikan Dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam. "Memang ada serangan terkait politisasi distribusi bansos, isu ketimpangan dan ketidakadilan, serta isu konflik kepentingan. Namun takaran serangannya, tidak sekuat debat-debat sebelumnya," ujar Umam, Minggu (4/2).

Menurutnya, debat terakhir seolah memberikan pesan tentang proses pendinginan (cooling down) sehingga politik pecah belah tidak berkembang menjelang hari pemungutan suara Pemilu 14 Februari 2024.

Baca juga : Haedar Nashir Harap Debat Capres Cawapres Lebih Substantif

Ia mengatakan kubu calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan dan calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo menunjukkan kekompakan dengan mencoba saling memancing untuk menghantam kubu 2. Namun, penampilan calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto dinilai lebih siap dibanding debat sebelumnya yang tampak hanya pasrah menikmati serangan rival.

"Di debat pamungkas ini, sejumlah poin-poin penting dan detail argumen solutif bisa ia (Prabowo) paparkan sehingga ruang serangan terhadap capres 02 relatif tidak sekuat debat-debat sebelumnya. Prabowo cukup diuntungkan dengan diberikan kesempatan pertama memaparkan visi misi, sehingga dirinya bisa menghindari kegusaran akibat serangan yang dilakukan oleh lawannya di momentum serangan awal," tutur Umam.

Secara konten, Umam mengatakan tema pendidikan dan pembangunan sumber daya manusia (SDM), memang terasa 'Anies banget'. Ia menganggap Anies mampu menghadirkan sejumlah argumen filosofis tentang pentingnya investasi SDM yang akhirnya disetujui dua paslon lain. Namun, sambungnya, Ganjar dan Prabowo tampak mampu mengimbangi dengan jawaban yang berbasis pengalaman lapangan masing-masing.

Baca juga : Anies dan Ganjar Dinilai Kompak Serang Prabowo saat Debat Capres

Terkait isu kebudayaan, elaborasi tema dianggap cenderung direduksi hanya sebatas aspek seni budaya. Ketiga paslon, sambung Umam, tidak banyak mengelaborasi sisi kebudayaan sebagai suprastruktur peradaban untuk pembangunan SDM unggul, berintegritas, disiplin, jujur, dan bertanggung jawab, sebagai prasyarat hadirnya angkata kerja yang produktif dan berdaya saing tinggi.

"Patut disayangkan pula capres 1 dan capres 3 tidak mengevaluasi janji Revolusi Mental sebagai ekspresi revolusi kebudayaan yang pernah digaungkan oleh Presiden Jokowi yang saat ini terasa lekat dengan kubu 02. Di tema kesehatan, evaluasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan juga tidak termanfaatkan optimal sebagai materi debat dan serangan," tuturnya.

Ia juga menilai para paslon mencoba menggunakan sejumlah narasi dan argumen untuk dioptimalkan guna mengonsolidasikan basis dukungan elektoral. Ia mencontohkan Anies sering menggunakan terminologi Jawa untuk mengonsolidasikan basis pemilih dari segmen Jawa. Anies juga beberapa kali menggunakan argumen Islam moderat yang bisa diarahkan untuk mengonsolidasikan dukungan Nahdliyin yang saat ini terfragmentasi.

Baca juga : Anies Baswedan Dapat 90% Sentimen Positif Media Sosial

"Sementara itu, janji Prabowo untuk membantu keraton-keraton kerajaan dan Kesultanan berpotensi mengonsolidasikan basis pemilih adat dan para raja-raja di tingkat lokal yang juga masih punya pengaruh dan akar sosial-politik di wilayah masing-masing," tukasnya. (Z-2)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat