visitaaponce.com

Waktu Lailatul Qadar, Ciri-Cirinya, Tanda Orang yang Memperolehnya

Waktu Lailatul Qadar, Ciri-Cirinya, Tanda Orang yang Memperolehnya
Jemaah membaca Al-Qur'an saat beriktikaf di Masjid Raya Habiburahman, Bandung, Jawa Barat, Rabu (12/4/2023) dini hari.(Antara/Novrian Arbi.)

UMAT Islam mulai mencari lailatul qadar (lailatulkadar) atau malam kemuliaan yang bernilai 1.000 bulan pada 10 hari terakhir bulan suci Ramadan 1444 H. Ada ciri-ciri lailatul qadar dan tanda-tanda orang yang mendapatkan lailatur qadar.

Jadi kapan lailatulkadar datang dan ciri-cirinya? Berikut penjelasan lailatulkadar secara rinci. 

Lailatul qadar di 10 hari terakhir Ramadan

Ada berbagai pandangan tentang waktu lailatul qadar. Ada hadis Nabi Muhammad SAW yang menyatakan agar umatnya mencari lailatulkadar pada 10 hari terakhir.

تَحَرَّوْا ليلة القدر في العشر الأواخر من رمضان

Carilah lailatul qadar pada 10 hari terakhir Ramadan. (Muttafaqun 'alaihi)

Lailatul qadar pada malam ganjil 10 hari terakhir Ramadan

Ada hadis lain yang lebih spesifik bahwa lailatulkadar ada di 10 malam terakhir pada malam-malam ganjil.

Baca juga: Keistimewaan Lailatul Qadar Malam 1.000 Bulan

إِنِّى أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ، وَإِنِّى نُسِّيتُهَا ، وَإِنَّهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فِى وِتْرٍ

Sungguh aku diperlihatkan lailatul qadar, kemudian aku dilupakan--atau lupa--maka carilah ia di 10 malam terakhir, pada malam-malam yang ganjil. (Muttafaq alaih)

Lailatul qadar pada 27 Ramadan

Ada juga hadis yang menyatakan lailatul qadar pada 27 Ramadan. Setidaknya, ada tiga hadis yang menyebutkan bahwa lailatul qadar jatuh pada 27 Ramadan.

Baca juga: Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah dan Doa bagi Pemberi Zakat

قَالَ أُبَىٌّ وَاللَّهِ الَّذِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ إِنَّهَا لَفِى رَمَضَانَ – يَحْلِفُ مَا يَسْتَثْنِى – وَوَاللَّهِ إِنِّى لأَعْلَمُ أَىُّ لَيْلَةٍ هِىَ. هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا.

Ubay (bin Ka’ab) berkata, "Demi Allah yang tiada ilah kecuali Dia. Sesungguhnya ia (lailatul qadar) terjadi di bulan Ramadan. Dan demi Allah sesungguhnya aku mengetahui malam itu. Ia adalah malam yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk qiyamullail, yaitu malam ke-27." (HR Muslim)

قَالَ أُبَىٌّ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَاللَّهِ إِنِّى لأَعْلَمُهَا وَأَكْثَرُ عِلْمِى هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ – وَإِنَّمَا شَكَّ شُعْبَةُ فِى هَذَا الْحَرْفِ – هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.

Ubay (bin Ka’ab) berkata tentang lailatul qadar, "Demi Allah, sesungguhnya aku mengetahui bahwa ia (lailatul qadar) adalah malam yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk qiyamullail, yaitu malam ke-27." (HR Muslim)

مَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِى لَيْلَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ

Barangsiapa ingin mencarinya, hendaklah ia mencarinya pada malam ke-27. (HR Ahmad)

Baca juga: Doa Menerima Zakat Fitrah Arab, Latin, dan Arti

Berdasarkan hadis-hadis tersebut, sebagian ulama meyakini lailatul qadar terjadi pada malam ke-27. Namun, jumhur ulama menjelaskan bahwa hadis tersebut hanya menyatakan bahwa lailatul qadar pernah terjadi pada malam ke-27. Adapun pada tahun-tahun lain, lailatul qadar berganti dan tidak bisa dipastikan terjadi pada malam ke-27 atau malam ke-23, malam ke-25, atau malam ke-29.

Lailatul qadar pada 21 atau 23 Ramadan

Para ulama kemudian berusaha meneliti pengalaman mereka dalam menemukan lailatul qadar. Menurut keterangan Fathul Qarib, Hasyiah Al-Bajury, dan Fathul Muin, beserta Ianatut Thalibin, Imam Syafii menyatakan bahwa lailatul qadar itu ada pada 10 akhir Ramadhan, lebih-lebih pada malam ganjilnya. Yang paling diharapkan ialah pada malam 21 atau 23 Ramadan.

Lailataul qadar menurut Imam Al-Ghazali

Ada pula ulama yang punya kaidah atau formula untuk mengetahui lailatul qadar berdasarkan hari awal Ramadan. Contohnya Imam Al-Ghazali. Dalam kitab Ianatut Thalibin dan Hasyiah al-Jamal, Imam Al-Ghazali berpendapat jika awal Ramadan dimulai pada Sabtu, kemungkinan besar lailatul qadar terjadi pada malam 23 Ramadan.

Baca juga: Qunut saat Salat Witir sejak Pertengahan Ramadan, Dalil dan Caranya 

Jika awal Ramadan jatuh pada Minggu atau Rabu, Imam Al-Ghazali memperkirakan lailatul qadar jatuh pada malam ke-29. Jika awal Ramadan jatuh pada Senin, Imam Al-Ghazali memperkirakan lailatul qadar jatuh pada malam ke-21.

Jika awal Ramadan jatuh pada Selasa atau Jumat, Imam Al-Ghazali memperkirakan lailatul qadar jatuh pada malam ke-27. Jika awal Ramadan jatuh pada Kamis, Imam Al-Ghazali memperkirakan lailatul qadar jatuh pada malam ke-25.

Lailatul qadar menurut Imam Abul Hasan as-Syadzili 

Formula Imam Abul Hasan as Syadzili atau Syekh Abu Hasan berbeda lagi sebagaimana tertulis pada kitab Hasyiah Al-Bajury. Dikatakan semenjak baligh beliau selalu mendapatkan lailatul qadar dan menyesuai dengan kaidah ini.

Baca juga: Rincian Delapan Golongan yang Berhak Memperoleh Zakat

Jika awal Ramadan jatuh pada Sabtu, Syekh Abu Hasan memperkirakan lailatul qadar jatuh pada malam ke-21. Jika awal Ramadan jatuh pada Minggu, Syekh Abu Hasan memperkirakan lailatul qadar jatuh pada malam ke-27.

Jika awal Ramadan jatuh pada Senin atau Jumat, Syekh Abu Hasan memperkirakan lailatul qadar jatuh pada malam ke-29. Jika awal Ramadan jatuh pada Selasa, Syekh Abu Hasan memperkirakan lailatul qadar jatuh pada malam ke-25.

Baca juga: Amil atau Petugas Zakat Punya Enam Seksi dan Ditunjuk Pemerintah

Jika awal Ramadan jatuh pada Rabu, Syekh Abu Hasan memperkirakan lailatul qadar jatuh pada malam ke-27. Jika awal Ramadan jatuh pada Kamis, Syekh Abu Hasan memperkirakan lailatul qadar jatuh pada malam ganjil 10 hari terakhir Ramadan.

Ciri-ciri lailatul qadar

Ada sejumlah hadis yang menerangkan ciri-ciri lailatul qadar.

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء

Lailatul qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi harinya matahari bersinar lemah dan tampak kemerah-merahan. (HR. Ath Thoyalisi dengan sanad yang baik menurut Haitsami)

إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيهَا قَمَراً سَاطِعاً سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ لاَ بَرْدَ فِيهَا وَلاَ حَرَّ وَلاَ يَحِلُّ لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيهَا حَتَّى تُصْبِحَ وَإِنَّ أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَلاَ يَحِلُّ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ

Sesungguhnya tanda lailatul qadar ialah jernih lagi terang, seakan-akan ada rembulan yang terang-benderang, tenang lagi sejuk, tidak ada dingin padanya tidak pula panas, dan tidak pula ada pelemparan bintang (meteor) pada malam itu hingga pagi. Sesungguhnya tandanya yaitu pada pagi hari, matahari keluar dengan sempurna tanpa ada kesilauan padanya, seperti bulan pada bulan purnama. Setan tidak halal untuk keluar bersama (lailatul qadr) pada hari itu. (HR Ahmad, hasan)

Ada pula penjelasan Ubay bin Ka'ab.

وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا

Dan sebagai tandanya adalah pada pagi harinya matahari terbit dengan cahaya putih yang tidak bersinar-sinar menyilaukan. (HR Muslim)

أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا وَأَرَانِى صُبْحَهَا أَسْجُدُ فِى مَاءٍ وَطِينٍ

Telah diperlihatkan kepadaku lailatul qadr, kemudian saya dibuat lupa terhadapnya, dan saya melihat bahwa diriku sujud di atas air dan tanah pada pagi hari. (HR. Muslim)

Berdasarkan hadis-hadis itu, tanda lailatul qadar ada lima.

1. Langit pada malam lailatul qadar relatif cerah dan tenang.
2. Hawa malam lailatul qadar sejuk atau tidak panas dan tidak terlalu dingin.
3. Malam lailatul qadar tidak ada penampakan meteor.
4. Terkadang malam lailatul qadar turun hujan.
5. Pagi harinya cahaya matahari relatif tidak menyilaukan.

Doa saat lailatul qadar

Saat lailatul qadar, kita dianjurkan banyak membaca doa atau memohon kepada Allah. Berikut satu doa yang dianjurkan dibaca pada saat lailatul qadar.

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Allaahumma innaka ‘afuwwun kariim tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii.

Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia, Engkau Mencintai Pemaafan, maka maafkanlah aku. 

Ciri orang yang memperoleh lailatul qadar

Sedangkan ciri orang mendapat lailatul qadar dilihat dari amal setelah Ramadan. Orang yang memperoleh lailatul qadar akan ada perubahan ke arah positif. 

Ustaz Abdul Somad menyatakan orang yang memperoleh lailatul qadar akan mengalami perubahan dari awalnya pemarah menjadi peramah, pelit menjadi dermawan, melakukan ibadah lebih baik lagi, serta lebih peka terhadap penderitaan sesama dan ringan tangan untuk menolong sesama.

Muhammad Quraish Shihab dalam Membumikan Al-Qur’an (1999) mengungkapkan lailatul qadar dapat diraih dengan upaya yang bersifat aktif, bukan pasif dari setiap Muslim. Bahkan ikhtiar kebaikan itu dapat diusahakan sejak awal Ramadan. Ini berarti orang yang mendapat lailatul qadar sudah guat beribadah sejak awal Ramadan bukan hanya 10 hari terakhir Ramadan.

Dalam Al-Qur'an menyatakan bahwa dalam malam lailatul qadar, malaikat turun (QS Al-Qadr: 4). Ketika malaikat turun dan mengunjungi seseorang, malaikat senang dengan kebaikan. Malaikat mendukung manusia yang berbuat baik. Dengan demikian, melakukan kebaikan secara terus-menerus bisa mengantarkan manusia mendapatkan malam lailatul qadar. 

Kedua, di malam lailatul qadar ada kedamaian sampai fajar (QS Al-Qadr: 5). Artinya, damai dengan diri dan damai dengan orang lain. Damai itu ada damai aktif dan ada damai pasif. Misal ketika manusia naik bus, banyak orang di bus, lalu hanya duduk diam, tidak menyapa samping kiri dan samping kanannya. Hal itu termasuk damai, tetapi damai pasif. Damai aktif yaitu ketika saling menyapa atau memberi sesuatu kepada orang lain dengan tujuan yang baik. Hal ini juga berlaku bahwa ketika manusia tidak bisa memuji orang lain, tidak perlu memakinya. Kalau tidak bisa memberi sesuatu kepada orang lain, jangan lalu mengambil haknya. Kalau tidak bisa membantunya, jangan menjerumuskannya. Ini prinsip kedamaian yang dapat mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin. 

Di saat itulah manusia mendapat malam kemuliaan, yaitu malam lailatul qadar. Secara singkat, bisa ditarik simpul bahwa pertanda orang yang mendapatkan malam lailatul qadar ialah kebaikannya terus meningkat dalam kehidupan sehari-hari setelah Ramadan serta hati dan perilakunya penuh dengan kedamaian. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat