Sajak-sajak Joni Hendri
Ilustrasi: Pingkan Patricia
Angin dan Pelabuhan
Angin sepoi di pelabuhan
saat aku duduk sendirian
membuang galau yang berlabuh
Dendam bertuah dalam sampan
para jomlo menunggu jamuan malam.
“Kau masih sendiri?”
“Aku laki-laki menunggumu!”
Pelabuhan Penyalai, 2021
Menerjemahkan Kehidupan
Matahari muncul,
menyerupai sumbu pelita yang hidup
aku peluk panasnya untuk menerjemahkan kehidupan.
Hembusan angin meluruskan kekeliruan
yang berlarian di pori-pori hidung:
mencari nafkah di masa sulit,
tubuh pun kering tak bernasib.
Aku menangkap pekerjaan,
di tempat duduk yang lapuk
dipenuh semut merah yang menggigit kulit
dari lorong-lorong tanah liat sebagai kematian.
Ada letih yang terletak pada setiap pertanyaan
sebagaimana kedatangan Munkar dan Nakir
menguji kematian itu sendiri
saat mata melihat dinding tanah
dan hidung menciumnya.
Sulit menterjemahkan kehidupan,
yang berakhir kekeliruan!
Pekanbaru, 2021
Tukang Kangen
“Aku kangen kau!”
Semut-semut mulai berkerumun
begitu manis, memakan rasa yang suram.
Bayang-bayang ditelan mimpi
sebelum bersembunyi
mencari kangen yang berlari.
Ia tak mengerti perbuatan,
kangen menjelma bara api
abu terbang menjadi mimpi.
Mungkin, aku kangen
dan kau telah lama pergi.
Pekanbaru, 2021
Proposal Akhirat
Kertas-kertas menangkap makna
tulisan-tulisan yang kusam mengucap;
berbagai huruf luka hinggap, yang coretannya
menjadi kalimat, sebelum dibacakan sampai tamat.
Kata-kata melingkari kepala
menjadikan bentuk abstrak;
menelaah di ujung kampung,
di mata hanya bulatan jari,
berbentuk lembaran-lembaran.
Proposal-proposal tak terkirim,
menatap di jendela besi yang dipunggunginya
hingga curhatan membekas pada puntung rokok
terbang oleh kenakalan, yang menjelma puing-puing.
Sebuah pintu lebar terbuka
menuju Masjid di gang sempit
mata jadi cermin menyimpan semesta
sekarat bermain-main dalam jamuan hidup.
Tetesan kopi di gelas, penuh perangkap
seolah-olah membangkitkan bunyi masa lalu
memecahkan sepi dari iman,
membangun sirkus peradaban
hingga lima tugas jadi paku.
Setiap pagi,
amal-amal tak berpintu
menziarahi sepanjang jalan.
Maka, proposal sebagai niat
mengantar dosa-dosa pada episode
membungkus lembar-lembar pahala
menepi dari keramaian, ingar-bingar serupa makian orang gila
memahat istiqomah sebelum sampai ke ujung nyawa.
Suku Seni Riau, 2021
Maka, proposal sebagai niat mengantar dosa-dosa pada episode.
Sang Pengantin
: kepada Dendi Jefriadi
Malam menikam perasaan,
keris pusaka diasah, untuk melukai
pedih pun berguguran ke lantai
merebus asmara di rumah sendiri
kebahagiaan memeluk sekujur tubuh
berharap sesuatu menjadi manusia
dalam desakan-desakan cintamu.
Cahaya padam,
mengingat kekosongan
yang sedang diisi, masuk ke relung terdalam
semesta yang bersembunyi di sebalik rok mini
menyambut dengan estetika paling berharga
kenangan sepajang jagat raya kehidupanmu.
Abaikan satu bunyi derit pintu
di tengah perjalanan alam tangan
sebutir peluru mulailah menembak sasaran
mencari bagian tersesat
sebelum siang memaksa untuk berhenti
dan matahari pagi membakarnya.
“Selamat pengantin baru,” kataku.
Pekanbaru, 2021
Demam Panas
Suhu panas menyelimuti tubuh
dingin tak sudi menghampiri
mendung pun tersenyum pada bumi
yang demam sangat menderita
tak ada mobil tuk membawanya ke rumah sakit.
Suasana mengerang dalam gemuruh
berselimutkan kata-kata yang lugas
tak ada kalimat “sembuh” sebagai reaksi
radang tenggorokan membentuk kolam
saluran-saluran tersekat, mengental
merasakan air liur yang kelat
menyekat pencarian di lubang-lubang galian.
Imun-imun berlarian,
meninggalkan penjajah saat terinfeksi
bakteri menyamar bagai sekawanan tentara
dan dokter-dokter menukar wajah menjadi parasit.
Ketakutan terus datang,
menari di panggung kemih
meminta penonton duduk di saluran-saluran
lalu memaksa cahaya langit mengenai tubuh,
saat mendapat sepercikan merah kizmis
hingga harapan menjadi dosa segalanya.
Tak tenggelam ketiadaan; wajah sumbang
kusaksikan nada-nada minor dalam keringat
meransang telinga, lalu membentuk senyum
tempat tidur tidak menjawab, sebab demam
menyerupai kelaparan dan menuntaskan pikiran
cahaya matahari sebagai obat.
Pekanbaru, 2021
Selamat Jalan
: kepada Aki
Meratap dalam angin
Yassin kami bacakan
bermalam-malam.
Aku lambat melihat,
memuntahkan kekesalan
di laut dari nasib.
Doa-doa di sisinya,
sebagaimana darah membeku
mata pejam dan kendur.
Ia pergi selama-lamanya
pesan begitu mendalam
gugur bagai air mata.
Hingga ziarah
melihat ketenangan di hari Jumat
zaman pun berganti baru
kami tinggal, Aki.
Penyalai, 2021
Saat Pandemi Kita Membaca Kematian
Kabar itu bagai hujan deras
menyerupai jarum yang menikam dada
setiap detik-detik yang berlalu adalah nyawa
ambulans berbunyi mengikuti waktu
menyusun huruf-huruf kematian pada buku.
Tak kupahami ikhtiar,
pada lapisan-lapisan ajal saat pandemi
lambat atau cepat ia datang ke rumah
hinggap di beranda, lalu ia memeluk.
Membaca kematian,
di kaki para petugas yang menyeret kelelahan
memasang garis-garis pada pasangan kekasih
mendengar lolongan, di pembaringan
peluk dan cium sebagai cita-cita yang diinginkan.
Dua tahun usia terseret rasa cemas
merenggut ribuan tubuh yang kaku
liang-liang menganga diam tak berbicara
menggantung doa-doa di udara yang hampa
ujung dari angin dosa, semua berhenti dan sengsara.
Malam membentuk sekatan yang panjang
hanya bertemu pada siang saat direnovasi
ruang-ruang rezeki sedang hancur
akibat tertutupnya wajah-wajah negeri
betapa panjang jalan panik di kepala
bersembunyi di dada sesak
terus mengeja nyawa-nyawa.
Rasa takut,
tersimpan di jantung benua
menyerang, tapi tak tersentuh mata
terus terganggu dan terhambat.
Kita sedang membaca kematian dalam hujan
setiap yang menetes ke bumi saling tabrakan
merobohkan segalanya dan menggenangkan.
Pekanbaru, 2021
Baca juga: 2022 Menjemput 2024
Baca juga: Memelihara Antusiasme
Joni Hendri, pegiat sastra dan teater, kelahiran Teluk Dalam, Pelalawan, Riau, 12 Agustus 1993. Karya-karya berupa esai, naskah drama, cerpen, dan puisi sudah dipublikasikan di sejumlah media cetak, daring, dan antologi. Bergiat di Rumah Kreatif Suku Seni Riau dan berkegiatan di Komite Teater Dewan Kesenian Kota Pekanbaru. Kini, tercatat sebagai mahasiswa S-1 Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Lancang Kuning. (SK-1)
Terkini Lainnya
Angin dan Pelabuhan
Menerjemahkan Kehidupan
Tukang Kangen
Proposal Akhirat
Sang Pengantin
: kepada Dendi JefriadiDemam Panas
Selamat Jalan
: kepada AkiSaat Pandemi Kita Membaca Kematian
Pengertian Rima dalam Puisi serta Jenis dan Contoh
Prosa: Penjelasan, Jenis, Ciri-Ciri, dan Contoh
Mengenal Penokohan yang Umum Digunakan dalam Cerita Fiksi, Novel, ataupun Cerpen
Melestarikan Puisi dengan Sederhana
UBM Gelar Kuliah Umum Tiffany Tsao, Penerjemah Pemenang PEN Translation Prize 2023
Sajak-sajak Remy Sylado
Pemprov Beberkan Alasan Penerima KJMU Dicabut, Disdik : Judi Online Salah Satunya
Muhadjir: Pinjol Bisa Dimanfaatkan untuk Pembiayaan UKT dengan Pengawasan Ketat
Mahasiswa Gunakan Pinjol untuk Biaya Kuliah, Muhadjir: Kampus Bisa Bantu Subsidi Bunga
Pemerintah tak Merevisi Permendikbud 2/2024, Sebut Perguruan Tinggi Tax Spender
Melalui Program MSIB, Mahasiswa Diperkaya lewat Beragam Program Pembelajaran
PDNS Diserang, Kemendikbudristek Jamin Data Penerima KIP Kuliah Aman
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap