Reformasi PSSI Bagian Penting Transformasi Sepak Bola Nasional
TIM Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan mempertanyakan keseriusan serta tanggung jawab moral PSSI serta para pemilik suara untuk mengikuti rekomendasi terkait reformasi di tubuh federasi sepak bola tersebut. Anggota TGIPF Anton Sanjoyo menyatakan sampai saat ini PSSI tak menunjukkan kemauan ke arah sana.
"Mereka (PSSI) tidak ada kemauan sama sekali untuk mengikuti saran TGIPF dan kemauan masyarakat yang menginginkan adanya reformasi. Permulaannya sebenarnya adalah pernyataan mereka ikut tanggung jawab. Mereka sebenarnya diminta untuk mereformasi dalam kaidah-kaidah organisasi, mereka punya mekanisme kongres," kata Anton Sanjoyo ketika dihubungi, Rabu (19/10).
TGIPF menyadari proses perubahan kepengurusan ada di tangan PSSI dan pemerintah tak mau ikut campur karena federasi memiliki mekanisme. Akan tetapi, ucap Anton, PSSI punya kewajiban moral untuk bertanggung jawab atas tragedi yang menewaskan 133 orang tersebut.
"Tim pencari fakta menyerahkan proses reformasinya kepada PSSI. Tidak ingin pemerintah ikut campur urusan mereka tapi mereka punya kewajiban moral untuk bertanggung jawab," imbuhnya.
"Sebelumnya di GBLA (Stadion Gelora Bandung Lautan Api) dua orang mati tidak ada yang tanggung jawab. Sekarang 133 orang mati Ketua Umum PSSI minta maaf pun enggak," tegasnya.
Baca juga: TGIPF: Sekarang Tinggal Kesadaran dari PSSI
Selain tak ada kemauan dari pengurus pusat, Anton menyebut para pemilik suara yakni asosiasi provinsi (asprov) dan klub pun seolah juga hanya bergeming setelah rekomendasi TGIPF keluar. Padahal, imbuhnya, mekanisme kongres bisa diusulkan para pemilik suara.
"Para pemilik suara juga sebenarnya kita pertanyakan nilai moralitasnya," ujarnya.
Anton menyampaikan reformasi di tubuh PSSI penting untuk memastikan transformasi sepak bola Tanah Air berjalan. Pasalnya, dari kasus Kanjuruhan TGIPF menemukan pengabaian dari PSSI atas aturan dan pelaksanaan standar keamanan dan keselamatan. Pengabaian itu, imbuh Anton, bahkan sudah terjadi bertahun-tahun.
"Karena yang dinilai oleh tim adalah PSSI selalu berlindung di balik statuta, manual (aturan) liga, bahwa semua tanggung jawab panpel dan panpel melepaskan tanggung jawab kalau ada kejadian terhadap PSSI," ungkapnya.
"Secara formal mereka berlindung di aturan yang dibuat sendiri tapi kan ada yang namanya kebenaran substansial. Kebenaran substansial ini tidak bisa diterima karena kami melihat dari proses awal ada kesalahan besar dari PSSI," ujarnya.(OL-4)
Terkini Lainnya
Kata Eks TGIPF Soal Sidang Perdana Tragedi Kanjuruhan
FIFA Restui Percepatan KLB PSSI
Rhenald Kasali: Seluruh Pengurus PSSI Mestinya Mundur Bersama-sama
Erick Thohir Diusulkan Jadi Ketum PSSI untuk Sepak Bola yang Lebih Baik
Mahfud MD: KLB PSSI Sesuai dengan Rekomendasi TGIPF
Dede Yusuf: Jangan Sampai Temuan TGIPF Hanya Berupa 'Paper Works' Saja
Tragedi Kanjuruhan, Polda Jatim Manut Proses Hukum Vonis Kasasi MA
Tanggapi Vonis MA, Korban Kanjuruhan Kecewa karena Belum Mendapatkan Keadilan
Kompolnas : Kasus Sambo, Teddy Minahasa, dan Kanjuruhan Jadi Pelajaran Penting untuk Polri
Wapres: Pembatalan Tuan Rumah Piala Dunia U-20 Bukan Kiamat
Kapolda Jatim Dicopot, PW GMPI Apresiasi Kapolri Jenderal Listyo Sigit
Lingkungan Perempuan Pancasila
Perang Melawan Judi Online
Ujaran Kebencian Menggerus Erosi Budaya
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap